Suasana ruang rawat VIP begitu mencekam. Beberapa menit yang lalu, Gema memaksa masuk walau sudah terkena tendangan dari Anissa dan kini, Gema harus menghadapi tatapan tajam Fath dan tatapan tidak bersahabat Tira.
"Saya tidak akan ikut campur dengan masalah kamu dan Greaea, namun saya kecewa karena kamu membahayakan nyawa anak saya."
Rasanya Gema ingin menghilangkan mukanya sekarang juga, kalaupun meminta maaf apa akan dimaafkan?
"Saya rasa senang atau sedih Gresea dalam masalah percintaannya itu biasa, dia butuh pengalaman agar tidak terjebak di lubang yang sama. Namun saya menyayangkan kelakuan kamu yang seperti ingin membunuh putri saya."
Gema menegang, ia rasanya ingin menangis saja kenapa harus memojokkan Gre dan membuat Gre meminum itu semua, sekali lagi Gema hanya bisa menunduk.
"Dengan atau tidaknya persetujuan kamu dan Gre, kalian harus berhenti berhubungan ... lebih baik anak saya sakit hati tiga hari dari pada stress dan berujung sakit terlalu banyak."
Gema menggeleng, ia menghapus kasar air matanya dan berlutut. "Om saya mohon maaf atas semua khilaf saya Om, saya gak mau pisah sama Gre Om, saya mohon."
Gema menangis di bawah kaki Fath, sedangkan yang disujudinya hanya mampu memalingkan muka entah karena tak tega atau tak sudi menatap orang pemberi luka begitu dalam bagi putrinya ini.
"Saat minggu-minggu ini putri saya memberikan saya tatapan sendu tak seceria biasanya, saya mencoba biasa saja dan memaklumi bahwa itu biasa, putri saya hanya remaja biasa yang tengah merasakan pahit dari proses pubertasnya, namun tak saya sangkal ... saya membenci laki-laki yang menyakiti putri saya begitu dalam padahal saya ... Ayahnya mencoba menjaganya."
Gema memundurkan tubuhnya masih dengan posisi yang masih sama. Ia menunduk dalam mendengar semua lontaran-lontaran Fath yang mengenai ulu hatinya.
"Gemaa, saya kira dengan kamu anak saya bahagia, namun ternyata sebaliknya ... anak saya yang mati-matian mencoba membuat dia tetap menjadi alasan kamu tersenyum. Puncaknya, kamu mau membunuh putri saya? Tidak perlu membunuh Gema, seharusnya kamu katakan saja pada saya bahwa Gresea saya adalah penghalang ... dengan senang hati saya akan membawanya pergi."
Gema kembali menggeleng dalam tundukkannya, ia tidak pernah mau membunuh Gresea tidak akan pernah. "Hiks Om, Gema ngaku salah ... ijinin Gema bahagiain Gresea lagi."
BUGH.
"Ih greget banget gue dari tadi! Jangan kira Gre gak punya abang, Mbaknya gak bisa bertindak. Lo cuma pembawa sakit hati Gre! MENDING PERGI! Papa ngapain ijinin dia masuk sih!" Gritt menendang Gema membuat Gema sedikit oleng namun segera kembali ke posisi awal.
"Grittya!" Suara penuh penekanan dari Ayahnya membuat janda itu mundur perlahan.
"Saya ijinin kamu satu jam berbicara dengan Gre ... dengan syarat! Satu jam itu kamu harus membuatnya membencimu, jadi saat dia benar-benar kehilangan kamu dia tak lagi sakitt."
Gema yang awalnya berbinar menatap Fath merubah sendu wajahnya saat mendengar ucapan Fath. Lebih baik ia mengangguk, ia akan berbohong, ia hanya ingin berbicara dengan Gre sekali saja.
"Mas ngapain nyuruh dia buat benci Gre, Gre udah benci dia tapi Gre juga cinta dia ... jadi biarin waktu yang buat Gre terbiasa." Ibu ketua umum DPR terhormat menimpali ucapan suaminya dengan nada sarkas. Seketika Gema ingat, Gre memang sudah membencinya.
"Tante bener." Gema tersenyum, "makasi satu jam yang gak akan Gema sia-siain."
Gema lekas berdiri, tersenyum walau terasa hampa. "Tiga hari lagi Gema tanding, doain ya Om ... Tante."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Boy✅[LENGKAP]
Teen Fiction[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu ... kurangnya buat lo, lebihnya buat gue." Punya pacar sangat bucin adalah suatu kebahagiaan, seperti G...