40🐄(ending)

5.5K 221 19
                                    

Nyatanya ... janji itu teringkari.
Aku terpaksa menyerah pada keadaan, menerima kenyataan bahwa kita yang tertumbuk tak mungkin bisa disatukan.
Aku hanya menerka, apa kamu kembali terjebak di zona cintamu yang lain atau keadaan juga yang memaksa?
Tulis Gresea.

Gresea menutup matanya saat bulir-bulir itu kembali menghiasi pipinya. Merasakan beberapa goncangan akibat pesawat yang melewati awan. Ia menahan sesak di dadanya saat melihat awan-awan cerah di langit.

Ibunya yang berada di sampingnya hanya mampu memegang bahunya menguatkan.

"Hiks dia janji dateng setelah empat hari Bundaa."

Gresea akhirnya memeluk sang ibu dan menumpahkan segala kekecewaannya. Nyatanya Gema berbohong lagi, hal itu semakin membuat sesak dan menciptakan kesakitan panjang.

Ingatan Gre melayang, dua hari setelah Gema pergi ke Jakarta, keadaan Gre semakin collaps. Saat Gre sadar, tahu-tahu ia sudah di beri kabar bahwa ia akan melakukan cangkok ginjal di Singapure. Tentu saja Gre menolak namun setelah negosiasi alot, akhirnya dia memberi permintaan untuk dokter dan orangtuanya menunggu dua hari lagi, iyaa ... Gre percaya Gema akan kembali dua hari kemudian, pergi bersamanya, Gre akan sembuh, dan akhirnya kisah ini berakhir bahagia. Namun nyatanya, sampai di hari kelima, Gema tak menunjukkan wujudnya. Terpaksalah, tadi pagi mereka akhirnya pergi karena Gresea terus memburuk.

"Selamat tinggal Gema, kamu adalah kenangan paling membahagiakan akuu." Lirih Gre sebelum akhirnya menutup mata untuk tidur.

----

"Jen! Bawa mobilnya lebih cepet lagi bisa gak!" protes Gema dengan nada tinggi pada Jenio yang membawa mobil seperti membawa keong.

Gema terlambat, 3 hari dari janji ... itu membuatnya khawatir, Gresea akan marah padanya. Gema akhirnya menghela nafas setelah sampai di parkiran rumah sakit tempat Gre di rawat.

Tanpa menunggu apapun, Gema berlari membuat heboh seisi rumah sakit. Ia sudah membayangkan wajah marah 3 menit Gresea ... selanjutnya Gema akan di sambut pelukan hangat Gresea.

Ceklek.

Gema dengan senyum sumringahnya seketika menyerngit panik ketika tak menemukan siapapun diruangan ini.

"Hossh ... cepet banget lari lo!" maki Jenio yang tak Gema hiraukan sama sekali. Gema menggeleng, "JEN! GRESEA GAK ADA JEN!"

Gema tak terkontrol, ia berteriak masih mencari-cari sosok Gresea di semua sudut.

"Ha?" Mendengar itu Jenio menyerngit, ia menengok ke sekitar, dan benar saja kamar rawatnya rapih. "Lo yakin gak salah ruangan?"

"Yakinn Gem! Astaga Gre kamu kemana!" Suara Gema mulai parau dan panik. "GREE! KAMU KEMANA GRE!"

Gema berlari mencari dan mengacak seisi ruangan. "GRESEAAA!"

"GEMA! GRESEA GAK ADA!" teriak Jenio mengguncang tubuh sahabatnya agar sadar.

Gema bernapas berat dan menggeleng menatap Jenio dengan air muka tak percaya. "Hiks ini pasti boong! Jen! Dia pasti marah Jen."

Gema menangis, ia luruh lagi memeluk kaki Jenio. "Aaargh! Gue benci kenapa gue harus sakit."

Gema menangis, ia sudah memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang tidak-tidak. "Hikss Jen, dia pasti maraah."

Bucin Boy✅[LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang