10🐄

1.8K 144 1
                                    

"Tante Zane makannya yang teratur yaa biar gak masuk rumah sakit lagi," ujar Gre sembari berdiri dari kursinya. Ia berniat akan pulang karena sudah 2 jam-an ia duduk di sana namun Gema tak kunjung datang.

Zane hanya tersenyum, "iya sayang."

"Yaudah kalo gitu Gre pamit ya Tante," ujar Gre sembari meraih tangan Zane untuk ia cium.

Zane hanya tersenyum sambil mengangguk. "Aduh Tante repotin kamu banget yaa," ringis Zane.

Gre hanya tersenyum. "Enggak sama sekali Tante, dimakan ya yang dari Gre!" pinta Gre.

Gre tadi membawakan roti, susu, buah, bubur dan biskuit.

Gre akhirnya berjalan keluar ruang rawat Zane. Ia menghela nafas karena uangnya sudah habis untuk membelikan buah tangan. Ia kebetulan hanya membawa uang tunai.

Gre akhirnya duduk asal di bangku koridor luar rumah sakit yang menghadapkannya langsung dengan parkiran.

Ia menopang dagunya, bagaimana cara ia pulang? Handphonenya saja sudah lowbat.

Brummm.

Gre mendongakkan kepalanya saat mendengar suara mobil. "Gemaaa," lirihnya sembari tersenyum. Itu Gema.

Sesaat setelah Gema menemui Gre, Gema menemui Fani. Sesuai janji mereka ... mereka pergi bersama-sama untuk ke rumah sakit.

"Kak Gema makasi udah milih aku," ungkap Vani sembari menatap Gema yang fokus mengendarai mobilnya.

"Gue tetep milih Gre kali! Kalo gue tau dia mau jenguk, gak mungkin gue iyain elu!" bantah Gema namun tetap membuat Vani terkekeh.

"Makan dulu ya Kak, biasanya makanan kantin RS gak enak," ujar Vani. "Ga-ga-ga!" tolak Gema cepat.

Vani hanya menghela nafas. "Please Kak," mohon Vani. Gema hanya menyerngit, cuma makan ... benar juga makanan kantin RS itu tidak enak.

"Oke," ujar Gema membuat Vani sumringah.

Entah Gema sadar atau tidak, perlahan ia memperbolehkan dia yang mengetuk pintu untuk masuk ke rumah damai milihnya dan Gre.

----

"Kak Gema!" pekik Gre kelewat bahagia sampai berdiri dari duduknya saat melihat Gema turun dari mobilnya. Namun, ia terkejut sekaligus kecewa melihat bahwa ada yang lain yang ikut keluar.

Gre menegang, entahlah ... ulu hatinya terhimpit sesak. Ia mati-matian menahan air matanya yang keluar dan mencoba positif dengan pikirannya.

"Lho kamu belum pulang yang?" tanya Gema dengan wajah kikuk. Ia panik takut Gre berpikir macam-macam.

Mungkin Gema lupa, Gre bukan orang seperti itu. Gre selalu berpikir baik. "Belum Gem, aku nunggu jemputan," alibi Gre membuat Gema mengangguk-angguk.

"Haii Kak Gre," sapa Vani membuat Gre hanya tersenyum.

"Haii ... dari eskul panahkan?" tanya Gre dengan ramah. Walau ia tak menapik, ia benci Vani.

"Yang aku bareng sama dia soalnya aku ketemu dia di tengah jalan. Sumpah," papar Gema tanpa Gre tanya.

Gre lagi-lagi hanya tersenyum. Gema tak mungkin berbohong padanya.

"Iya Gema ... santai aja," ujar Gre sembari tersenyum.

"Kak Gema ayooo! Katanya mau jenguk adek aku," ajak Vani sembari menarik Gema membuat Gre gamang.

"Heh! Jangan pegang-pegang!" sewot Gema yang langsung menarik tangannya. "Jenguk adek lo gampang gue mau anterin Gre dulu," ujar Gema sedikit membuat Gre tenang.

Bucin Boy✅[LENGKAP]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang