"Gimana atletik kamu?" tanya Bran sembari menatap anaknya yang asik bermain handphone didepannya.
"Baik Pa ... Gema maju lagi di olimpiade panah nasional," balas Gema membuat Bran mengangguk-angguk.
"Kamu katanya jadi preman?" tanya Bran lagi membuat Gema menegang dan terkekeh canggung.
"Bu Mawar ngelebih-lebihin tuh, orang aku minta sumbangan," elak Gema membuat Bran menghela nafas.
"Papa mau denger rencana kamu buat masa depan," ujar Bran membuat Gema ketar-ketir.
"Emm hidup sama warisan Papa sampe mati mungkin," jawab Gema membuat Bran menghela nafas.
"Bagus, seenggaknya kamu masih mau hidup kaya. Dulu pas SMA, Papa ditanya Kakek kamu ... Papa jawab mau hidup di hutan. Gagasan itu Papa buat soalnya abis nonton tarzan," papar Bran membuat Gema menahan tawanya.
"Gema pengen jadi arsitek, punya kantor sendiri biar cuma bisa ngatur-ngatur ... ngaturkan bakat terpendam Gema," gurau Gema membuat Bran tersenyum, anaknya memang fotocopyannya.
Bran pas kuliah dulu orang yang biasa-biasa aja, pas lulus ia memutuskan mengurus berhektar-hektar lahan kelapa sawit Ayahnya, yaa dapat Bran akui ia kaya karena warisan. Namun, jiwa bisnis tentu saja melekat ... buktinya sekarang, perusahaan properti Bran melebarkan sayap sampai ke negara tetangga.
Bran baru sadar mengapa Ayahnya tidak pernah mengekangnya dulu, karena setelah terjun langsung ... Bran jadi penggila uang kok, semua pebisnis elit pasti seperti itu. Jadi metode itulah yang akan ia gunakan untuk anaknya. Makanya Bran membebaskan Gema berbuat apapun semata-mata agar Gema mengerti bagaimana dunia luar.
Branyu Khalifa, konglomerat Indonesia yang mempunyai anak pengemis seperti Gema.
"Gemaa! Kamu apain Bu Mawar lagi?"
Kalo itu Zane Riqi, Istrinya alias Ibu Gema. Zane dan Bran tidak mempunyai anak lain selain Gema, sayangnya satu anak saja sudah membuat pusing.
"Lha ... lha ... lhaa! Kapan aku apa-apain Bu Mawar sih Mah! Pah, istri Papa ngaur tuh. Jangan bilang Bu Mawar minta tanggung jawab lagi." Menghidari kemarahan Ibunya, Gema memilih berucap ngaur.
Bran terkekeh, Gema memang fotokopiannya.
"Tulisan gak pantes di jendela? Gak sopan pas masuk kelas?" Dengan tajam Zane menatap anaknya membuat Gema hanya mampu nyengir.
"Mama udah datengin guru privat sikap, udah ada lisensi juga ... jadwal kamu sama guru itu nanti jam 8 sampe jam 9. Mama gak mau tau! Kamu harus ikutin lessnya!" papar Zane membuat Gema melotot.
"Mah! Dibayangan aku guru perilaku tuh psikiater yang nanganin orang luar biasa, atau parah-parahnya aku disuruh naruh buku di kepala terus jalan 1 meter. Mama mau daftarin aku jadi model terus pake high heels?" cerocos Gema membuat Bran melebarkan tawanya.
Zane hanya mampu mendengus. "Kalo itu bayangan kamu, terserah ... sekarang kamu siap-siap ya Gema sayaaaang," ujar Zane dan mendorong anaknya untuk bersiap-siap ke kamar.
Gema berdecak dan akhirnya menaiki tangga. Gema membuka pintu kamarnya dan menutupnya dengan tendangan maut.
Segera ia mencari ponsel dan mendial kontak 'jodoh Gema😍'
Tut
Tut
"Hallo yang," sapa suara lembut di sebrang sana membuat Gema tersenyum.
"Yang Mamaku makin ketempelan alieen deh kayanya," ujar Gema menciptakan tawa di sebrang sana.
Tempo hari, Gema memang bercerita Mamanya ketempelan makhluk luar angkasa semacam meteor karena menyuruh Gema ikut bermeditasi. Tentu Gema menolak dengan mengatakan, "yang stresskan Mama, aku sih no problem with jiwa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bucin Boy✅[LENGKAP]
Teen Fiction[cover by : Diitsme] "Hai gue Gema Langit. Hobi gue? Bucin sama Gresea, manah hati Gresea. Intinya hobi gue mencintai Gresea sepenuhnya. Cuma itu ... kurangnya buat lo, lebihnya buat gue." Punya pacar sangat bucin adalah suatu kebahagiaan, seperti G...