10. Disappointed

1.7K 175 1
                                    

"Sajangnim, ku mohon beri Lisa unni waktu untuk membuktikan dirinya tak seburuk itu" Seongmin berlutut pada sosok pria berkepala tiga, pimpinan dari agensi yang menaungi acara 99 Girls.

"Seongmin a kau tak perlu berlutut nak, aku paman mu" Ji Changwook adik kandung dari ibu Seongmin menggiring keponakannya untuk beridiri kembali.

"Kau begitu menyayanginya hm??" Ucap Changwook dengan lembut mengelus pipi chubby Seongmin

"Nde aku merasa nyaman berada di dekatnya samchon, dia menggantikan posisi oppa" Seongmin bertutur dalam dekapan Changwook. Dia lah satu satunya keluarga yang masih memperhatikan dan menyayanginya. Sampai pada acara 99 Girls Changwook kabulkan hanya demi keponakannya.

"Geure, bantu teman mu itu. Adakan konferensi pers, aku akan membantu menyiapkan media. Namun, kau harus membawa bukti kuat" Seongmin mengangguk mantap,

Saat Seongmin akan membuka pintu, pintu ruang direktur itu terbuka terlebih dahulu menampilkan sosok yang begitu Seongmin rindukan.

"Sajangnim, manager dari Lee Lisa mengatakan dia membawa bukti bahwa Lee Lisa tidak bersalah" ucap sekretaris Changwook, orang yang mengantarkan manager Lisa.

"Shin Ho...." Belum sempat Changwook melanjutkan kalimat

"Jung Hoseok samchon, dia kemari sebagai manager Lisa unni. Dan kau, lakukan tugas mu dengan baik" Seongmin berucap dengan ketus memotong ucapan Chanwook tadi.

Changwook beridiri dengan heran menatap ke dua ponakannya yang terlihat seperti bermusuhan.

"Bagaimana kabar..."

"Tak usah ber basa basi, aku mohon fokuslah pada artis mu. Bantulah Lisa unniku JUNG HOSEOK-SHI" Seongmin memberi penekanan pada nama Hoseok, lalu melangkah keluar dengan jalan tertatih karena gips yang masih bertengger pada kaki kanannya.

"Margamu, kau ambil dari mana Hoseok a??" Changwook tentu bertanya karena ucapan Seongmin tadi

"Dari seorang wanita tua yang ku tolong, dan kini dia yang merawatku Changwok samchon" Jelas Hoseok, ingin bertanya lebih jauh namun Changwook menyadari tujuan para kepoanakannya adalah mengenai Lee Lisa.

.
.
.

"Unni kau jangan terlalu lelah eoh?? Aku akan membantu mu dikantor nanti" Rose mengenggam tangan Jisoo yang sedang tertancap jarum infus

"Jennie juga akan membantu, kau juga Rose ya jangan terlalu memforsir diri. Kau bilang akhir pekan nanti kau akan ke desa untuk acara sosial kampus bukan??" Jennie memastikan dan Rose mengangguk mengiyakan.

Tadi pagi saat Rose akan berpamitan pada unninya, ditemukannya Jisoo menggigil dengan pakaian kantor yang masih melekat. Dan dengan segera Rose memanggil Jennie, disinilah ketiga bersaudara itu sekarang berada kamar luxury di rumah sakit internasional Seoul.

"Kalian tidak perlu berlebihan, lihatlah kondisi kalian sekarang juga tak bisa dibilang baik" Jisoo membuka suara dengan nada yang begitu lemah.

"Aku bahkan hampir meminta karyawan rumah sakit ini untuk tak menyediakan tv di sini" Jennie merasa tv adalah media yang cukup mudah menayangkn berita.

"Jangan berlebihan Jennie-a, dia tetap adik bungsu kita" Jisoo mengelus lembut tangan Jennie yang sedang menggenggamnya.

"Kau bahkan sudah menamparnya dengan keras kemarin unni" Rose mengingatkan

"Kucing satu ini memang sangat garang ketika sedang marah" Jisoo mencoba mencairkan suasana, namun kedua saudaranya hanya bisa tersenyum tipis menanggapi godaan Jisoo.

"Beri dia waktu untuk instropeksi diri, jangan terus menghakiminya itu bukan tindakan yang baik Jennie-a" Jisoo kembali berkata, berharap Jennie bisa dewasa dalam menanggapi masalah.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang