28. Last SeongLi

1.5K 124 5
                                    

10 Januari 2020

Dua gadis muda yang masih masuk golongan anak di bawah umur Korea sedang berada di Namsan Tower. Tempat dimana banyak pasangan mengikat janji dalam sebuah gembok di sana. Termasuk pasangan SeongLi, saat ini keduanya tengah menatap kota Seoul dari sudut pandang atas setelah berpuas diri mencari tempat untuk menaruh gembok.

"Unnie" Panggil Seongmin sehingga Lisa menatap adiknya yang masih terfokus ke arah kota.

"Hubungi aku jika kau sudah siap melakukannya" kalimat Seongmin membuat Lisa kembali mengingat ucapan dokter Junwan siang tadi.

Flashback on

Lisa mencengkram erat tangan Seongmin, dia melihat keseriusan wajah sang dokter yang tengah menatap hasil rontgen thorax Lisa. Lisa tau jantungnya tidak normal dan akan berbahaya jika tidak mendapati penanganan sama sekali, namun ia belum tau pasti penanganan seperti apa?

"Jika kalian datang tahun depan, kemungkinan besar saya akan angkat tangan" Lisa semakin memperkuat cengkramannya

"Katup pulmunal mu sudah tidak bisa dipertahankan, kau harus memutus kan segera untuk operasi. Kau masih kecil, beritahu keluargamu segera karena ini yang terbaik untuk mu" 

"Maaf uisa-nim, jika langsung minggu depan apa bisa?" Seongmin angkat bicara karena Lisa yang masih membeku

"YA!!, ehm maaf uisa-nim. Akan saya diskusikan terlebih dahulu dengan keluarga saya. Terimakasih untuk hari ini Junwan uisa, kami pamit dulu" Lisa menarik tangan Seongmin

Seongmin mengangkat satu alisnya, dia menunggu penjelasan gadis didepannya yang masih mengatur nafas. Meski dia merasa kesal, namun dia harus tetap menghargai Lisa sebagai sosok yang lebih tua darinya.

"Jangan terlalu lama berpikir unni, kau sudah berjanji pada ku tadi malam" Lisa menoleh, tatapannya begitu menyiratkan kegelisahan. Dia mengacak rambutnya kasar, masalahnya akan runyam sekarang.

Dia berjanji berlibur satu bulan dengan keluarganya, sekaligus mengurus pendaftaran kuliah di Oxford. Jika dihitung sampai masuk kuliah, Lisa merasa tak ada waktu untuk melakukan operasi ditambah tahap penyembuhan.

"Kau bisa merela..." 

"YA!! Seongmin-a, kau tidak berhak mengatur hubungan ku dengan keluargaku" Lisa tetap memiliki darah Lee, pikirannya sedang tidak jernih sehingga kalimat yang cukup kasar itu keluar.

"Matta, aku hanya bisa memberi saran. Kajja aku sudah memesan tiket ke Namsan Tower" Seongmin tersenyum mencoba menenangkan Lisa, tak ada tempat untuk dirinya tersinggung akan kalimat Lisa tadi.

...

Akhirnya mereka berjalan ke arah parkiran rumah sakit, dan Seongmin membukakan pintu mobil untuk Lisa sebelum ia menaiki kemudi. Keduanya tak berbicara  apapun selama perjalanan. Lisa menghembuskan nafasnya kasar. Dan sebelum Seongmin keluar dari mobil dia mencegatnya.

"waeyo?"

"Mianhae, unni tidak bisa mengontrol diri tadi" Seongmin mengangguk lalu mengelus lembut kepala Lisa, dan sedikit merapikan bagian rambut yang kusut.

Flashback off

Lisa melihat semua pergerakan Seongmin yang belum ia tanggapi, dia pergi meninggalkannya sendiri di bangku tempat mereka duduk menikmati pemandangan kota malam. Lalu sekian menit kemudian Seongmin kembali dengan beberapa makanan hangat street food  Korea dan hot chocolate, senyuman itu masih bertahan di wajah Seongmin dan akhirnya menular pada Lisa.

Lisa menerima segelas hot chocolate dan menyeruputnya perlahan, pikirannya masih pada keluarganya. Entah dari mana asalnya penyakit turunan ini, Lisa merasa kehidupannya selalu diuji. Silih berganti permasalahan yang ada seakan tak pernah berhenti menghampirinya, apa ungkapan ini berlebihan untuknya?

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang