15. Clumsy

1.8K 159 0
                                    

Lisa berusaha untuk memejamkan matanya, berusaha tertidur dan mengistirahatkan tubuh. Dia kembali menoleh ke arah samping dimana tubuh Jennie terbaring di sana. Lisa benar benar tak bisa menahannya lagi, tiba tiba saja rasa kecewanya menguak dalam hati membuatnya tak bisa barang memejamkan mata sekali pun.

"Geure, aku akan tidur di rumah Eomma Nara" Lisa berjalan keluar dengan selimut ditangannya, menuruni anak tangga dan berhenti ketika akan membuka pintu kaca.

"Ah jika aku ke sana, aku pasti akan membangunkan eomma dan mengganggu istirahatnya" Lisa mengurungkan niatnya dan melihat sofa ruang keluarga, Lisa berlagak lupa akan dua kamar tamu yang tak ada isinya dan memilih membaringkan tubuhnya di atas sofa.

Pikirannya melayang pada kejadian dua jam lalu, yaitu saat dia menginjakkan kaki di rumah ini dengan sambutan ke tiga kakaknya.

"Anyeong haseyo" lagi lagi Rose mendengar Lisa yang menyapa dengan bahasa formal, sedangkan ke dua unninya yang lain menatap Lisa dengan rindu tanpa menyadari bahasa yang Lisa pakai.

"Ah jwesonghaeyo, Jisoo-shi saya belum mebersihkan diri" Lisa menghentikan langkah Jisoo yang akan memeluknya, Lisa mengabaikan itu dan menyerahkan sebungkus makanan kesukaan Jennie di hadapan Jennie yang sedang duduk.

"Jennie-shi aku membelikan dumpling untuk mu, makan lah selagi hangat" Setelah memberikan makanan kesukaan Jennie, Lisa pergi tanpa melihat kebelakang dengan membawa koper bawaannya.

"Apa dia marah??" Jennie bertanya dengan lemah. Sebenarnya dia ingin memeluk Lisa tadi, Andai saja perutnya tak merasa mual dan kepalanya tak pusing.

"Wajar jika dia merasa kecewa Jennie-a, jangan dipikir terlalu berat eoh?" Jisoo mengelus pucuk kepala Jennie, dalam kepalanya dia terus berpikir bagaimana cara untuk meminta maaf pada Lisa dan mengembalikan keadaan seperti semula.

"Dia bahkan mengacuhkan ku di sana, dia hanya berbicara panjang dengan Nara imo" Jennie dan Jisoo mendongak melihat Rose yang berdiri di depan mereka. Tersirat jelas bahwa Rose bersedih akan hal itu. Lisa masih bisa mendengar ucapan unninya, Lisa sendiri tak mengerti harus berbuat apa.

Sampai setelah ia selesai mandi, dia mendapati Jennie sudah membaringkan tubuhnya di ranjang Lisa. Lisa menatap heran ke arah unni keduanya, Jennie hanya tersenyum.

"Aku lagi sakit dan ingin tidur dengan mu" Ucap Jennie dengan mata memohon kepada Lisa

"Bukan kah lebih nyaman jika Anda beristirahat di kamar Anda sendiri?" Lisa tak bermaksud apa, hanya saja infus yang menempel pada punggung tangan kakaknya lah yang membuat Lisa sedikit khawatir jika Jennie tidur bersamanya.

"Unni merindukan mu Lisa-ya" Lisa tak menyahut, dan duduk di kursi belajarnya mulai membuka laptop untuk mengurus beberapa berkas persyaratan pengunduran diri.

"Tidurlah terlebih dahulu, Saya harus segera menyelesaikan ini" Lisa menoleh mendapati Jennie yang masih membuka matanya.

Huuuuffft
Helaan nafas panjang keluar dari mulut Lisa, merasa bersalah karena meninggalkan Jennie yang tengah sakit sendirian di kamarnya. Lisa memukul dadanya berkali kali, sesak beberapa jam lalu kembali menghampirinya.

"Lisa-ya tubuh mu butuh istirahat, tolong kendalikan perasaan mu eoh..." monolog Lisa seolah mengajak kerja sama dengan hatinya yang selalu mengingat perkataan ketiga unninya. Ditariknya selimut sampai sebatas dada dan terus mengatur nafasnya agar kembali normal serta tidak menyiksa.
.
.
.
.
.
Di lain tempat sosok laki laki tampan sedang menikmati kopi di tangannya, menatap butiran salju yang berjatuhan di cahaya lampu malam.

"Hyung, mianhae membuat Jisoo jadi tak bisa bekerja" sosok laki laki lain menghampiri kakaknya dengan kaca mata yang bertengger di hidungnya.

"Anni, aku bersyukur kau menjadi pencerah bagi mereka. Untung saja aku tak menuruti ucapan Jisoo yang menyuruhku mempublikasikan kepada kalangan kolega bahwa Lisa bukan bagian keluarga Lee" Ungkapan laki laki yang lebih tua membuat adiknya tertegun, tak percaya bahwa teman semasa SMA nya dulu akan berbuat sejauh itu.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang