35. First Class

902 76 3
                                    

9 Maret 2020

Ketiga gadis Lee menatap haru ke arah gadis bungsu yang sudah melangkah menuju kelasnya, layaknya seorang ibu yang baru pertama mengantar anak kesekolah. Rasa bangga itu membuat ketiganya tersenyum dengan lebar di balik kaca mobil.

"Semoga Lisa tidak bergaul dengan anak yang terlalu ambisius" celetuk Jennie setelah melihat sekeliling, Jisoo dan Rose menatap Jennie heran.

"Lihat mereka" Jisoo dan Rose melihat ke arah tunjukkan tangan Jennie, beberapa anak yang berjalan sendiri sendiri dengan kacamata dan buku tebal yang berada di genggaman. Mereka tampan dan cantik tapi terlihat cukup lusuh untuk ukuran kehidupan gadis Lee.

"Jangan khawatir Lisa adalah mantan Idol, jadi dia pintar menata diri" Rose mengangguk mengiyakan Jisoo, meski dirinya sadar diantara mereka berempat Lisa memiliki kebiasan yang cukup berantakan.

...

Lisa menaruh tasnya, sepanjang perjalanan menuju kelas dirinya tak luput dari perhatian para mahasiswa. Banyak yang memujinya cantik, rambut yang terurai dan bentuk wajah seperti barbie. 

"Hallo, I'm Nadine" baru saja Lisa menempelkan pantat pada kursinya, seorang gadis cantik menghampirinya dan menjulurkan tangan

"Eoh Hai, I'm Lisa. Kau juga mahasiswa baru?" tanya Lisa berbasa-basi, karena sudah jelas yang menempati kelas hari ini hanya mahasiswa baru.

"Iya, kau seorang artis?" tanya Nadine secara spontan, melihat secara menyeluruh penampilan Lisa dari dekat.

"Ah, bisa dibilang hehehe" Lisa agak canggung mengakui dirinya seorang yang terkenal, dia juga tidak berekspetasi akan mendapatkan pertanyaan itu karena negara ini ditempati orang orang yang cukup individualis.

"Baik, kita berteman sekarang. oleh aku duduk di samping mu?" Lisa menatap heran, namun tetap menganggukan kepalanya. Kursi di sini bebas kan, siapa cepat dia dapat dan kenapa gadis itu bertanya padanya.

"Aku dipaksa masuk ke jurusan ini, karena orang tua ku melihat nilai matematika ku paling tinggi dibandingkan nilai pelajaran lainnya. Kalau dirimu kenapa?" Lisa terkekeh sebentar, gadis ini banyak bicara dan Lisa menyukai itu.

"Aku sangat mencintai matematika, wajar saja aku ke sini" Nadine mengangguk angguk kan kepalanya mengerti, mereka lanjut mengobrol dengan Lisa yang tidak canggung lagi.

Seorang dosen dengan penampilan yang cukup santai memasuki kelas. Lisa begitu antusias, dia mendengarkan dengan seksama materi yang disampaikan oleh Dosen tersebut. Akhirnya Lisa bisa merasakan kembali suasana belajar dalam kelas.

...

Usai kelas pertama, Lisa dan Nadine pergi ke cafe dekat kampus untuk makan siang. Keduanya cocok satu sama lain, seolah telah kenal lama berjalan dengan diselingi canda tawa.

"Kau benar berfikir orang london secuek itu?" dengan sisa tawa Nadine menarik kursi untuk ia duduki, Lisa juga melakukan hal yang sama.

"Ya tidak orang London, kau tau sendiri bagaiman image para penyuka science apalagi matematika. Mereka cenderung ambisius dan anti sosial kan" Lisa menjelaskan alasannya dia menyangka karakter teman teman di kelasnya.

"apa di korea seperti itu?" 

"Iya, bahkan kita tidak ngobrol meski di meja makan yang sama" ucap Lisa mengingat kenangannya saat Junior High School, dimana teman teman kelas akselerasinya hanya menatap depan ketika sedang berjalan saja.  Sisanya hanya menunduk untuk belajar dan hal lainnya.

"Sebenarnya sebagian besar temas sekolah ku juga begitu, karena sekolah ku merupakan sekolah yang memang bertujuan untuk kuliah di oxford. Mungkin aku yang salah mengambil jalur pendidikan, kekeke" Kekeh Nadine menyadiri dirinya adalah sebuah pencilan diantara teman teman sekolahnya dulu.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang