34. Came to London

1.2K 112 3
                                    

5 Maret 2020

Ketiga gadis sedang menatap geli pada si bungsu yang tengah repot menyiapkan berbagai barang untuk berkuliah nanti, Lisa berhasil dengan rengekkannya beberapa waktu lalu untuk menata barang-barangnya sendiri di apartemen yang akan ia tinggali selama sekitar 6 tahun ke depan.

Sedangkan ketiga unnienya hanya bisa menunggu di sofa dan melihat semua aktifitas Lisa itu. Setelah 1 jam berlalu, Jisoo berdiri dan menghentikan langkah Lisa yang hendak mengangkat beberapa buku untuk diletakkan di atas rak.

"Waktu habis, sekarang waktunya Lisa makan." Disertai dengan senyuman Jisoo berucap

Jennie melangkah untuk keluar dari apartemen Lisa dan masuk ke apartemen milik keluarganya yang lain. Dia menghangatkan beberapa masakannya yang sudah ia buat pagi tadi, sebelum Lisa yang ingin menata barang terlebih dahulu.

"Hari ini, kita tidak berjalan-jalan. Seharian kita habiskan untuk beristirahat" ujar Jisoo yang menggandeng Lisa untuk mengikuti langkah Jennie.

"Tapi..."

"Kau meninggalkan sarapan jadi itu sudah resiko hem" Rose memotong terlebih dahulu protesan sang adik.

Sudah 6 hari mereka berada di London dan juga sudah dijadwalkan kapan mereka mengurus keperluan Lisa untuk berkuliah dan kapan mereka akan berjalan-jalan mengelilingi kota London. Hari ini adalah jadwal untuk mereka pergi ke salah satu tempat wisatadi tengah kota, namun gagal karena keantusiasan Lisa yang ingin menyusun buku-buku baru yang ia beli kemarin malam.

Keempatnya lalu makan bersama dengan hening, setelahnya Jisoo dengan cekatan menyiapkan obat yang harus dikonsumsi Lisa 3 bulan ke depan pasca oprasi. Rose menyiapkan beberapa dessert untuk menghilangkan rasa pahit akibat obat itu nanti.

"Wah wah, semenjak aku pulang (bubar dari sevG) unnie-unnie ku ini tak membiarkan aku melakukan pekerjaan ku yang bahkan itu untuk keperluan ku sendiri. Jika begini gimana aku bisa mandiri nanti" Lisa bersuara melihat semua aktifitas para unnienya, sangat sibuk seolah sedang mengurus seorang bayi yang tak bisa apa-apa selain menangis.

"kekekek Lisa-ya, kau lupa? Kau pernah mengurus seorang adik 2 tahun belakangan? tingkah sayang kami tidak akan menghilangkan kemandirian mu hem, jadi nikmati saja eoh" ujar Jennie yang berada di sebelahnya sembari mengusap lembut rambut sang adik.

Lisa hanya tersenyum kikuk sambil mengelus tengkuk kepalanya.

"Ca, minumlah dengan hati-hati" Perintah Jisoo setelah semua obat dan air putih siap sedia dihadapan Lisa.

...

...

...

...

...
Rose memandang wajah cantik sang adik, malam ini adalah jatahnya tidur bersama Lisa. Pahatan Tuhan yang begitu indah kini berada dihadapannya, tangannya terulur untuk menyusuri wajah itu dari rambut dahi sampai ke bibir tebal adiknya.

"Akh" seketika Rose menjerit tertahan ketika jari telunjukknya digigit oleh adik yang ternyata belum tertidur itu.

"Appo?" tanya Lisa, Rose hanya mendelik kesal tak hanya sakit yang ia rasakan saat ini namun juga terkejut.

"Mian hehehe, lagi pula kenapa unni mengelus bibir ku"

"Kau pernah berciuman?"

"Ommo unni!! aku oke dengan LGBT tapi tidak dengan incest ya unnie" hampir saja Rose melayangkan pukulan seperti yang biasa Jennie lakukan padanya itu. Bisa-bisanya sang adik berpikir demikian, mana mungkin ck.

"Ya! bersihkan otakmu, aku hanya bertanya sejauh apa kau dengan jungkook?" Rose menghela nafas membuang kesal

"Tidak ada, hanya sebatas kecupan di pipi." Jawaban Lisa membuat Rose bernafas lega. Melihat kondisi bibir sang adik tentu membuatnya khawatir jika itu mengundang nafsu Jungkook.

STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang