Jam pulang sekolah, biasanya anak-anak Ecstasy menggunakan ruang musik untuk latihan atau sekedar iseng kumpul-kumpul saja. Dhirendra juga ada di sana, sibuk sendiri dengan ponselnya dan mengabaikan teman-temannya yang tengah memainkan alat musik asal-asalan sambil mengobrol ini itu soal cewek.
Dhirendra mendesah cukup keras, terlihat frustrasi sambil men-scroll layar ponselnya. Hal itu sontak membuat perhatian Hasa teralihkan pada Dhirendra.
"Kenapa dah? Kayak banyak beban gitu muka lo."
"Bingung gue ngasih kado buat cewek," kata Dhirendra frustrasi.
"Kasi bunga," saran Hasa.
"Boneka." Zach ikut menyahuti.
"Bikinin lagu juga romantis, cewek mah pasti seneng," usul Hasa lagi.
"Transfer duit seratus juta," ceteluk Jevin lalu kemudian memukul drumnya.
"Itu mah gue juga mau!"
Dhirendra malah mendesah semakin keras karena usul teman-temannya. Dia jadi kesel sendiri dan pusing karena masih tidak tahu harus memberikan kado apa pada seorang cewek. Sebenarnya ia bisa saja memberikan sembarang barang, tapi ia merasa itu tindakan yang tidak tepat.
Bangkit dari posisi duduk, cowok itu menggendong ransel di salah satu bahu serta mengambil kamera yang ia letakan tak jauh darinya, bersiap pergi dari ruang musik karena semakin pening mendengarkan musik tak karuan yang dimainkan teman-temannya.
"Gue cabut dah."
"Mau ke mana?"
"Ke rumah sakit," sahutnya singkat pada Hasa dan kemudian melangkah keluar dari ruang musik.
Dhirendra berjalan di koridor sambil memasang earpod di telingnya dan langsung memutar lagu favoritnya dari the 1975 yang berjudul Somebody Else.
Langkah kaki Dhirendra terhenti saat melewati lapangan basket dan melihat ke arah tribune. Ia mendapati seorang gadis tengah duduk di sana sendirian sambil tersenyum. Wajahnya benar-benar ceria dan terlihat bahagia. Dhirendra mengangkat kameranya, membidik gadis yang tengah tersenyum itu diam-diam berberapa kali.
Ia melihat hasil jeperetannya dan tersenyum tipis. Matanya kini beralih ke area lapangan untuk melihat objek yang menjadi pusat perhatian gadis itu hingga terus tersenyum tanpa henti.
Angkasa. Sosok itu ada di lapangan basket. Tengah bermain basket sendirian seperti kebiasaanya. Tidak heran. Harusnya dari awal ia tahu alasan gadis itu tersenyum pasti karena apa. Dhirendra kembali mengarahkan kameranya pada Rainne dan memotret gadis itu lagi.
"Lo banyak senyum cuma kalau lagi liatin dia," kata Dhirendra sambil memandangi hasil bidikannya yang ia akui sangat cantik.
Gadis itu terlihat sangat bahagia. Padahal yang ia lakukan hanya melihat sosok Angkasa.
"Bagus deh. Semoga Angkasa bakal terus jadi alesan lo buat senyum kayak gini," gumam Dhirendra ikut senang.
Lelaki itu kembali membenarkan letak ransel di salah satu bahunya. Ia kembali melanjutkan langkahnya dari pergi dari sana. Masih dengan senyum yang tidak kunjung lepas dari bibirnya. Bahkan ia juga sampai bersiul sepanjang jalan.
Jika memang seperti itu, sepertinya tugasnya akan cepat berakhir.
🌧
ini mmang pendek tapi penting loh heheh. aku di awal pernah bilang messier itu bukan teka-teki dan ga usah dipecahin juga siapa dia, tapi kalau kalian perhatiin ceritaku yang lain yg ada teka tekinya juga, kalian bakal tahu kalau aku selalu pake pola yang sama dan kalian bakal tahu jawabannya. heheehhgehehege
dadah!
ketemu lagi di next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anonymous
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melulu di atas, juga tidak melulu di bawah. Hidup juga tidak hanya soal kesedihan, ada juga porsi berisi kebahagiaan di sana. Selama ini, Rainn...