41. Masih sulit dipercaya

1K 268 62
                                    

Angkasa baru saja keluar dari kamarnya dengan seragam sekola rapi saat mendengar ada ribut-ribut di ruang makan. Belum sempat ia melihat apa yang terjadi, papanya muncul dari arah ruang makan dengan setelan kerja lengkap dan melewatinya. Angkasa menoleh dan memerhatikan papanya hingga keluar dari rumah dengan tatapan dingin tapi penuh dengan tanda-tanya.

Pergi ke ruang makan, Angkasa melihat mama tengah menunduk dengan satu tangan berpegangan pada sisi meja makan. Mama terlihat tidak baik-baik saja, Angkasa jadi bertanya-tanya apa yang mama ributkan dengan papa padahal biasanya tidak pernah ada keributan sekecil apapun di rumahnya.

"Ma," panggil Angkasa. Ia berniat menyentuh mamanya, tapi wanita itu menepisnya dan langsung menutup mulut seraya berlari ke kamar mandi.

Panik, Angkasa mengikuti mama dan mendengar wanita itu muntah-muntah di dalam kamar mandi. Angkasa dengan sigap masuk dan membantu mamanya yang terus memuntahkan makananya.

"Ma, kita kerumah sakit, ya?" kata Angkasa setelah wanita itu tidak lagi memuntahkan makannya. Wajah mama terlihat pucat sekali, dan Angkasa tidak suka jika mama sakit seperti ini.

"Mama enggak apa-apa, mungkin cuma salah makan. Kamu kenapa masih di rumah? Nanti kesiangan," katanya lemas.

Angkasa menuntun wanita itu keluar kamar mandi dan membawanya ke kamar. Ia meminta pada asisten rumah tangannya untuk menyediakan teh manis dan obat untuk mama.

"Udah, mama enggak apa-apa. Sana berangkat sekolah."

Angkasa hanya diam sambil menyelimuti mamanya, ia masih tidak tenang dan takut mamanya kenapa-kenapa. Ditambah lagi ia penasaran dengan apa yang terjadi dengan mama dan papa tadi, tapi ia ragu menanyakan hal itu. Angkasa duduk di sisi ranjang mama dan memijat punggung tangan wanita itu.

"Angkasa, mama tahu kamu khawatir, tapi mama enggak apa-apa. Kamu berangkat sekolah aja ya, Sayang." Wanita itu tersenyum lemas pada Angkasa. "Papa marah loh kalau kamu sampai bolos."

"Terus mama gimana? Angkasa enggak mungkin tinggalin mama sendiri kayak gini."

"Ada Mba, enggak apa-apa. Tuh lihat udah jam berapa? Nanti kesiangan loh."

Angkasa tidak mau berdebat, meskipun ia sangat ingin membolos hari ini untuk menjaga mama karena takut wanita itu kenapa-kenapa.

Dengan sangat terpaksa, Angkasa menuruti ucapan mama. Ia mengusap pinggiran rambut wanita yang melahirkannya itu sebelum berdiri dari duduknya.

"Yaudah. Mama kalau ada apa-apa suruh Mba telfon Angkasa," katanya.

Wanita itu hanya mengangguk sambil tersenyum kecil. Asisten rumah tangannya mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamar majikannya itu dengan membawa teh manis dan obat yang tadi dipinta Angkasa.

"Mba, nitip mama. Kalau ada apa-apa langsung hubungin saya," katanya.

Sebelum pergi, Angkasa mencium punggung tangan mama dan wanita itu mengusap kepalanya dengan sayang. Angkasa harus meyakinkan dirinya sendiri bahwa mama baik-baik saja. Semoga.

🌧

"Eh sumpah lo udah liat postingan si Naomi yang tadi malem?" tanya seorang siswi pada ketiga temannya di kelas.

"Beneran itu mereka udah jadian?" Salah satu temannya menyahut dengan antusias.

"Gila! Masih enggak nyangka gue si Naomi bisa dapetin cowok modelan Angkasa begitu. Emang sih dia cakep, tapi cowok modelan Angkasa mah tipe tipenya juga bukan cewek kayak si Naomi yagasih?"

"Ini mah karena si Naomi yang ngejar-ngejar duluan."

"Tapi keren juga ya bisa taklukin itu cowok high quality satu. Gila perfect banget enggak sih si Angkasa itu? Pinter iya, cakep iya, kaya raya juga iya. Si Naomi udah kayak dapet jackpot anjir gue jadi iri!"

Dear AnonymousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang