Malam hari, di atap sebuah rumah sakit, Rainne termenung entah sudah sampai berapa jam. Hari ini, saat pulang sekolah, lagi-lagi ia bertengkar dengan mama. Ada saja, selalu ada saja yang diributkan.
Rainne tidak tahan di rumah. Ia benar-benar merasa lelah dengan suasana rumahnya. Makanya ia pergi ke rumah sakit untuk bertemu papa. Namun, melihat papa dalam keadaan yang masih tidak ada kemajuan membuat Rainne semakin sedih saja. Ia memutuskan untuk mencari udara segar. Saat ia mencoba naik ke atas sini, ia beruntungnya sebab akses pintunya tidak terkunci.
Ponsel Rainne bergetar, ada sebuah pesan yang masuk. Renungannya terhenti, dan ia melihat nama Angkasa muncul di layar ponselnya.
Tidak, cowok itu bukannya ngechat Rainne duluan, tapi baru membalas pesan yang Rainne kirim sekitar tiga jam yang lalu sebelum ia naik ke sini.
Angkasayang
Angkasa mood kamu udah baikan? ☹
Lo di mana?
Alis Rainne sedikit berkerut heran karena balasan dari Angkasa itu yang menanyakan keberadaanya di mana.
Kenapa gitu?
Sekarang lo lagi di mana?
Aku lagi di RSP
Di atapnyaNgapain?
Diem aja cari angin 🌬
Tidak ada balasan lagi, Rainne menipiskan bibir dan kembali memasukan ponselnya ke saku. Gadis itu melipat kedua tangannya diatas tembok pembatas atap dan menenggelamkan kepalanya di sana.
Entah berapa menit berlalu gadis itu dalam posisinya, sampai langkah kaki seseorang yang mendekat membuatnya mengangkat kepala.
"Ngapain di sini malem-malem?" tanya Angkasa tanpa basa-basi.
Rainne yang kaget dengan kemunculan Angkasa refleks langsung membenarkan rambutnya, ia pasti sedang terlihat acak-acakan saat ini. Namun, Angkasa sepertinya tidak peduli.
"Kamu ngapain di sini?" Gadis itu bertanya balik.
"Khawatir."
"Hah?"
"Sama lo," lanjutnya tanpa eskpresi.
"Kamu kesini karena khawatir sama aku? Tapi ... kenapa kamu tiba-tiba khwatir?" tanya Rainne bingung. Ia sama sekali tidak memberitahu cowok ini apa-apa perihal yang terjadi padanya hari ini.
"Gue dari rumah lo, nganterin buku ke Fanya. Dia bilang lo berantem sama tante Ayumi terus pergi dari rumah dan belum pulang juga," jelas Angkasa.
Rainne terdiam. Entah harus senang karena Angkasa saat ini khawatir padanya, atau justru merasa sedih karena cowok itu ke rumahnya untuk bertemu Fanya. Lagi, seakan belum cukup di sekolah tadi ia melihat cowok itu berbicara dengan Fanya berdua, sekarang cowok itu juga mengatakan habis dari rumahnya untuk bertemu Fanya.
"Makasih udah khawatir," katanya pelan kemudian. Tidak lupa menyungingkan senyum kecil.
"Lo sering banget kayaknya kabur-kaburan dari rumah. Kenapa? Lo bisa cerita sama gue kalau lo mau."
Jujur, Rainne agak sedikit tidak percaya dengan apa yang ia dengar dari mulut Angkasa. Lama-lama, ia tersenyum tulus pada cowok itu, sebagai tanda terimakasih karena benar-benar peduli padanya.
"Yah, gitu deh. Keadaan rumah enggak pernah baik-baik aja. Makanya aku enggak betah, dan sering banget kabur-kaburan," katanya ringan sambil tertawa pelan di akhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anonymous
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melulu di atas, juga tidak melulu di bawah. Hidup juga tidak hanya soal kesedihan, ada juga porsi berisi kebahagiaan di sana. Selama ini, Rainn...