Entah sudah berapa jam Rainne berkeliling mall tanpa tujuan. Ia hanya bingung mau ke mana, terlalu malas untuk langsung pulang ke rumah, tapi juga merasa bosan karena tidak kunjung menemukan hal yang menarik di sini.
"Oh iya ya, gue belum balikin hoodie Angkasa," gumamnya saat melewati H&M. "Gue beliin yang baru aja kali ya biar yang lama jadi punya gue."
Rainne tersenyum, senang sendiri entah karena apa. Ia melangkahkan kakinya memasuki H&M, tidak terlalu lama di sana karena setelah menemukan hoodie yang sama seperti milik Angkasa, ia langsung membayarnya.
Baru beberapa langkah ia keluar dari H&M, seseorang menepuk bahunya pelan. Rainne langsung berbalik dan berhadapan dengan sosok wanita cantik yang tidak asing.
"Rainne," panggil wanita itu lembut.
"Eh, tante Devina?"
Wanita cantik itu tersenyum lebar pada Rainne.
"Hai, Sayang. Lama enggak ketemu, ya. Kamu sendiri aja?"
"Iya, Tante. Abis beli hoodie nih," ujar Rainne diselingi tawa ceria. "Tante juga sediri aja? Enggak sama om?"
"Kamu nih, mana mau sih itu bapak-bapak satu diajak ngemall?"
"Iya juga ya, Tan. Cowok 'kan paling anti kalau nemenin cewek belanja."
"Makanya tante lebih suka sendiri. Ribet kalau sama om, enggak sabaran. Eh, kamu habis ini mau ke mana lagi, Rainne?"
"Emm ... aku agak bingung, Tan. Enggak tahu mau ke mana lagi, udah bosen banget dari tadi muterin mall. Kayaknya aku mau pulang aja deh."
Tante Devina tersenyum sangat lembut, lalu berkata, "Main ke rumah tante, yuk? Kayaknya udah lama banget kamu enggak main-main ke rumah."
Rainne berpikir sejenak, antara mengiyakan atau menolak langsung ajakan tante Devina itu. Memang sih, terakhir kali ia benar-benar main di rumah tante Devina itu saat ia masih kecil. Setelah ia pindah dari kompleks perumahan di sana, memang sesekali ia mampir dan bertemu tante Devina. Itupun hanya sekedar menginjakan kaki dan pergi lagi jika memang ada kepentingan dengan om Gio. Malah belakangan ini ia lebih sering menemui om Gio di kantornya atau bertemu di rumah sakit karena om Gio yang memang jarang ada di rumah.
"Beneran nih aku diundang ke rumah tante? Bakal ngerepotin enggak?"
Tante Devina tertawa kecil sambil meraih lengan Rainne. "Direpotin juga enggak apa-apa, tante malah seneng kalau kamu mau main ke rumah. Yuk."
Keduanya meninggalkan mall dengan menaiki mobil milik tante Devina. Untuk beberapa saat pikiran Rainne tersita oleh Angkasa. Ia tahu hari ini Angkasa ada jadwal menjadi pembimbing latihan olimpiadenya Fanya. Kesempatannya untuk bertemu Angkasa di rumah jelas nihil, cowok itu saat ini malah menghabiskan waktu di sekolah bersama adik tirinya. Memikirkan itu, membuat Rainne menjadi sebal sendiri.
"Mama apa kabar, Rainne?"
Pertanyaan tante Devina itu membuyarkan lamuan Rainne tentang Angkasa.
"Mama sehat, Tante."
Tante Devina memandangi Rainne yang duduk di sampingnya dengan ekspresi teduh. Bibirnya menyungingkan senyum simpul dan tangannya terlulur untuk mengusap rambut panjang Rainne.
"Rainne seneng di rumah yang sekarang?" tanyanya lembut.
Rainne membalas senyum tante Devina dan hanya menjawab dengan anggukan saja. Jelas sekali Rainne berbohong, dan tante Devina tahu hal itu. Bagaimana pun, ia sedikit mengerti dengan perasaan Rainne. Anak mana yang bisa baik-baik saja disaat ibunya menikah lagi dan ayah kandungnya sendiri malah diabaikan oleh wanita itu dalam keadaan koma di rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anonymous
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melulu di atas, juga tidak melulu di bawah. Hidup juga tidak hanya soal kesedihan, ada juga porsi berisi kebahagiaan di sana. Selama ini, Rainn...