Rainne menyusuri jalanan sambil menendang-nendang kerikil. Mood-nya benar-benar ada di level buruk, dan kepalanya masih sedikit pusing. Mengecek ponselnya, Rainne mengerang kesal saat melihat Angkasa masih saja memblokirnya. Padahal, ia ingin sekali mengirimi cowok itu stiker-stiker lucu atau sekedar spam apa pun itu.
"Ih pengen tak hiiiih!" ujar Rainne kesal sendiri sambil meremas ponselnya. Kembali ia diingatkan pada kejadian hari Sabtu kemarin soal penolakan Angkasa yang terang-terangan padanya.
Padahal gue belum juga maju, eh udah ditendang duluan, keluh Rainne dalam hati sambil menendang lagi kerikil yang ada di hadapan kakinya.
Namun, yang paling menganggu pikirannya adalah apa yang ternyata cowok itu pikirkan tentangnya. Selama ini, Rainne tidak pernah peduli dengan rumor yang beredar jika dia tukang ganti-ganti cowok, tukang morotin cowok-cowok tajir, atau dicap cewek bekas pakai dan macam-macam cap jelek lainnya. Bahkan sempat beredar rumor ia simpenan om-om.
Entah, Rainne juga tidak tahu dari mana rumor itu berasal. Mungin karena rumor buruk itu juga, ia jadi sering mendaptkan pesan-pesan tidak pantas dari cowok-cowok. Ia sudah dianggap serendah itu sampai cowok-cowok itu sama sekali tidak menghargainya. Bahkan, ada yang sampai mengajaknya melakukan hal-hal aneh dan mengirim gambar-gambar tidak senono.
Senakal-nakalnya Rainne, ia tidak akan pernah sudi melakukan hal seperti itu. Ia juga berani bersumpah bahwa ia tidak pernah melakukan hal-hal seperti itu. Ia memang bodoh, tapi ia tidak sebodoh itu untuk menjadi wanita tidak terhormat.
Selama ini, temannya memang kebanyakan lawan jenis. Ia memang sering main dengan anak-anak cowok, tapi hanya sebatas itu. Ia bahkan tidak pernah benar-benar dekat dengan satu cowok. Ia hanya beberapa kali jalan, mengiyakan ajakan makan atau sekedar menonton. Tidak pernah lebih, Rainne juga tidak pernah berniat berpacaran, sebab hatinya hanya diisi oleh Angkasa.
"Kurang setia apa gue? Bertahu-tahun ngejomblo buat cowok yang bahkan najis banget kayaknya buat sekedar ngeliat gue. Padahal mah, yang ngantri jadi pacar gue banyak, eh dia bisa-bisanya enggak tertarik sama gue!" gerutu Rainne sebal saat wajah Angkasa tiba-tiba melintas di benaknya.
"Semestaaaa! Kamu ngerasa jahat banget enggak sih udah bikin hati aku cuma diisi sama Angkasa? Kenapa sih harus dia?! Kalau jadinya begini, sekalian aja isi hati aku Manurios yang jelas-jelas mustahil bisa dimiliki!" teriak Rainne sambil mendongak ke langit.
Hal itu tidak luput dari perhatian pengendara mobil dan motor yang kebetulan lewat di sana. Seratus persen yakin, mereka semua pasti menganggap Rainne tidak waras. Lagipula, ia memang tidak waras.
Tring!
Rainne mengangkat ponselnya saat mendapat pesan masuk itu. Alisnya berkerut samar saat melihat blafckhole mengiriminya pesan. Ia berhenti melangkah tepat di bawah pohon besar yang ada di sisi jalan, sekalian berteduh.
Messier 87
@BlafckholeNgapain?
Hah?
Ngapain di pinggir jalan gitu teriak-teriak?
Rainne mengangangkat kepalanya dan mulai celingukan mencari sosok yang mengiriminya pesan.
Pasri nyariin ya?
Gue udah lewat kali😤
Ngeselin bgtLo lagi kenapa, Naomi?
Cerita aja, jangan kesel-kesel terus.I'm fine
Cuma kesel dikit aja sama orang-orang
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anonymous
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melulu di atas, juga tidak melulu di bawah. Hidup juga tidak hanya soal kesedihan, ada juga porsi berisi kebahagiaan di sana. Selama ini, Rainn...