Angkasa lebih suka kepalanya disibukan untuk memikirkan teori-teori politik dari buku Plato yang tengah dibacanya, ketimbang memikirkan setan apa yang merasuki gadis itu hingga membuatnya menginjakkan kaki di perpustakaan.
Sepertinya bukan cuma Angkasa yang heran, semua orang juga ikut heran, bahkan Rainne sendiri pun sepertinya heran dengan dirinya sendiri.
"Pagi Ibuuuu," sapa Rainne dengan suara berbisik pada penjaga perpustakaan.
"Disuruh Pak Jati ambil buku paket ekonomi lagi, Naomi?" tanya Ibu Tita sambil menurunkan kacamatanya. Biasanya Rainne memang ke perpus jika disuruh membawakan buku paket ekonomi oleh Pak Jati.
"Enggak dooong, hehe."
Gadis itu malah cengar-cengir sambil mengisi daftar kunjungan di komputer perpustakaan. Bu Tita sampai heran dengan keajaiban ini. Pandangan Bu Tita tidak kunjung lepas dari Rainne bahkan saat gadis itu melangkah dengan riang menuju rak buku fiksi. Sebuah senyum terukir di bibir Bu Tita saat Rainne terlihat memilih-milih buku di sana. Merasa senang dengan keajaiban yang menghampiri muridnya yang satu itu.
Setelah menemukan buku yang tidak asing untuknya, Rainne langsung mencari spot paling nyaman untuk membaca. Sebenarnya, tujuan utamanya ke perpus saat ini untuk numpang ngadem dan cari wifi. Sekilas ia membaca-baca buku novel yang sudah sering ia baca itu karena ia juga memilikinya di rumah. Ia sudah hapal seluruh isi novel itu, dan novel itu juga sangat relateable dengan keadaanya. Ia juga menjadikan novel itu sebagai referensi untuk mengejar sosok Angkasa.
"Kayaknya kalau di novel gampang banget sih si cowoknya suka sama pemeran utama cewek," gumam Rainne saat ingat kembali hubungannya dengan Angkasa tidak ada perkembangan. "Gue mah boro-boro. Apa karena in real life gue bukan pemeran utamanya ya."
Mendadak putus asa, Rainne menutup novel itu dan menidurkan kepalanya di sana. Ia jadi kepikiran soal Fanya dan Angkasa. Sepertinya Semesta justru memperlancar hubungan mereka. Mungkin di scenario semesta ini, Fanya yang jadi pemeran utamanya.
Mengembuskan napas gusar, Rainne membuka ponselnya dan iseng searching mengenai cara menaklukan cowok dingin. Dengan kepala menempel pada buku, gadis itu serius membaca apa yang tertulis di ponselnya.
"TUH KAN!" seru Rainne geregetan sambil mengangkat kepalanya kembali.
"Naomi, ingat. Ini perpustakaan," tegur Bu Tita.
Rainne malah senyum cengengesan tanpa dosa. Setelah memerhatikan sekelilingnya, ia kembali menggerutu dengan sangat pelan. Mengeluarkan kekesalannya pada sosok Angkasa yang memang kelewat tidak berperasaan.
"Gue udah ngelakuin ini! Selama ini langkah gue bener. Ngasih dia perhatian lebih biar dia luluh sama gue," gerutu Rainne pelan saking gemas sendiri saat membaca 'Tips Meluluhkan Peria Cuek Agar Jatuh Cinta Pada Anda'.
"Ah enggak tahulah, emang Angkasanya aja yang ngeselin."
"Berisik."
Mendengar teguran yang berasal dari belakangnya、gadis itu langsung menoleh ke belakang dan mendapati figure Angkasa yang tengah membelakanginya karena sibuk mencari buku.
"Ih kaget! Aku kira siapa, ternyata jodoh aku."
Tindakan paling bijak yang akan dilakukan Angkasa adalah tidak memedulikan Rainne dan ocehan tidak jelasnya. Angkasa lalu memilih pergi dari sana dan menyusuri rak buku yang lain. Sialnya, Rainne justru malah mengekorinya terus.
"Angkasa nyari buku apasih?" tanya Rainne berkali-kali dan enggan disahuti Angkasa.
Cowok itu menghela napas gusar, ia sengaja ke perpustakaan karena butuh suasana tenang dan menghindari teman-temannya yang super berisik, sialnya ia justru malah bertemu sosok yang lebih berisik dan menganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anonymous
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melulu di atas, juga tidak melulu di bawah. Hidup juga tidak hanya soal kesedihan, ada juga porsi berisi kebahagiaan di sana. Selama ini, Rainn...