"Gila juga ya jadwal sekolah kita, baru aja kemaren kelar ujian akhir semester, ini senin depan langsung ujian sekolah. Bener-bener enggak dikasih napas gue," gerutu seorang siswi yang berjalan di samping Rainne bersama teman-temannya.
"Belom nih utbk, aduh moga aja gue enggak setres deh."
"Btw gue enggak ikut sbm, gue mau masuk univ swasta aja."
Rainne yang mendengar percakapan itu ikut mendesah lesu. Ia juga sama setresnya dengan mereka. Ditambah lagi, ia juga belum menentukan ingin berkuliah di mana.
Dengan lesu, Rainne berjalan di sepanjang koridor menuju kelasnya. Ia memainkan ponselnya untuk memberitahu Angkasa jika ia sudah sampai di sekolah. Saking sibuknya dengan dunia sendiri, Rainne tidak menyadari jika sedari tadi semua murid yang ia lewati menatapnya dengan ekspresi macam-macam. Beberapa ada yang menertawakannya dan mulai berbisik-bisik pada temannya.
Sebelum ke kelasnya, Rainne terlebih dahulu belok ke toilet siswi untuk buang air kecil. Ia menyelesaikan kebutuhannya dengan cepat dan langsung keluar dari bilik untuk mencuci tangan. Ditengah kegiatannya mencuci tangan, segerombolan siswi masuk sambil tertawa terbahak-bahak. Rainne memutar bola mata ketika menyadari itu gerombolannya Stephany.
"Widih, artis Epsilon nih," ujar Stephany heboh saat melihat sosok Rainne di toilet.
Rainne nampak tidak terlalu memedulikannya dan terus saja mencuci tangannya. Stephany tentu saja tidak berhenti sampai di situ, ia malah tersenyum lebar dan mendekati Rainne.
"Lo dapet berapa jadi simpenan om-om gitu?" tanya Stephany ceria.
Alis Rainne mengkerut heran mendengar pertanyaan Stephany, ia menoleh pada gadis itu dengan raut wajah penuh tanda tanya. Itu gosip yang sudah basi, dulu sekali Rainne memang pernah kena gosip kalau dia simpenan om-om atau tukang morotin cowok-cowok kaya atau yang sejenis itu. Namun, agak aneh karena gosip itu lagi-lagi diungkit.
"Ngomong apa lo?" tanya Rainne dengan nada tidak senang.
"Dih, kok nanya balik sih?"
Stephany memasang ekspresi wajah heran sambil melirik teman-temannya.
"Pura-pura bego deh."
"Ih enggak ngaku, padahal udah keciduk juga."
"Sumpah? Haha, dia enggak malu apa ya masih datang ke sekolah setelah ketauan gitu?"
Teman-teman Stephany tertawa, membuat toilet benar-benar gaduh karena mereka. Rainne sendiri hanya diam, masih tidak mengerti dengan ledekan mereka semua. Namun, lama-lama ia kesal juga melihat ekspresi orang-orang yang menertawakannya seperti itu.
Mendengus malas, Rainne memilih untuk pergi saja. Namun, Stephany menghalangi langkahnya untuk pergi dari sana.
"Buru-buru banget sih, lo. Enggak sabar mau ketemu om, ya? Dikasih gede nih pasti."
"Lo ngomong apa sih, bitch!" sentah Rainne kesal karena tuduhan itu.
"Dih marah! Takut ah, bokingannya om-om, nanti gue diapa-apain kalau dia ngadu sama Sugar Daddy-nya."
"Banyak bacot lo!"
Tangan Rainne yang sedari tadi terkepal akhirnya bergerak untuk mendorong bahu Stephany. Gadis itu malah semakin melebarkan senyum pongah dan menatap Rainne dengan ekspresi meremehkan.
"Kasian banget sih Angkasa dapet barang sisa dari bokapnya. Kalau gue jadi dia, udah gue ludahin kali cewek macam lo gini."
Mendengar itu, Rainne langsung tersulut emosi dan tanpa ia sadari langsung menjambak rambut Stephany.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anonymous
Novela Juvenil[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melulu di atas, juga tidak melulu di bawah. Hidup juga tidak hanya soal kesedihan, ada juga porsi berisi kebahagiaan di sana. Selama ini, Rainn...