35. Feeling

1K 272 94
                                    

Rainne diantar pulang oleh Angkasa sekitar pukul setengah tujuh malam. Selama perjalanan pulang, gadis itu sibuk senyum-senyum sambil memangku cheesecake yang dibelikan Angkasa untuknya.

"Kenapa enggak dimakan?" tanya Angkasa pada akhirnya. Heran sendiri mengapa gadis itu menyisakan cheesecake untuk dibawa pulang. Ditambah ekspresinya yang kegirangan bukan main, membuat Angkasa bertanya-tanya.

"Nanti, mau pamer dulu," kata Rainne dengan bangga.

Angkasa memilih untuk tidak memedulikan tujuan Rainne itu, entah pamer pada siapa yang dimaksudnya pun Angkasa enggan memikirkan.

Sampai di depan rumah Rainne, gadis itu langsung melepas sabuk pengamannya dan buru-buru membuka pintu. Angkasa menahan lengan gadis itu sebelum ia turun dari mobilnya.

"Eh, kenapa?" tanya Rainne bingung sambil menoleh pada Angkasa.

"Makasih."

Rainne memiringkan sedikit kepalanya. Agak bingung ucapan terimakasih dari Angkasa itu untuk apa. Pasalanya, ia merasa tidak melakukan apa pun untuk cowok ini. Mengabaikan ucapan terimakasih, Rainne malah kesenengan karena cowok itu memegang lengannya sambil menatap dirinya.

Angkasa gelap aja ganteng sumpah, jeritnya dalam hati.

"Angkasa kamu ganteng deh."

"Gue lagi serius."

Lama-lama Angkasa jengkel sendiri karena Rainne malah memasang tampang seperti orang tolol sambil memandanginya.

"Ya aku juga serius kok, serius banget malah."

"Rainne!"

"Ih ya ampun jangan gitu dong, nyeremin. Lagian makasih buat apa sih kamu ini?" kata Rainne bingung.

"Makasih buat hari ini, juga karena udah baik sama Queen." Intonasi bicara Angkasa kembali melunak dan terdengar tulus.

Jujur, hari ini Rainne juga teramat senang karena menghabiskan waktu bersama Queen dan Angkasa. Juga sebelum pulang tadi ia sempat bertemu dengan neneknya Angkasa dan beliau berterimakasih padanya karena sudah mau menjaga Queen dan mengatasi kerewelan gadis kecil itu. Neneknya Angkasa juga bersikap baik dan ramah padanya, hal itu yang membuat Rainne merasa teramat senang karena kehadirannya diterima.

Rainne membalas dengan senyum tulus sambil berkata, "Sama-sama. Lagian aku juga seneng kok bisa main sama Queen, sama kamu juga hehe."

Angkasa terdiam, memandangi Rainne sesaat sambil teringat kejadian beberapa hari yang lalu dan juga perkataan Queen tadi padanya. Ingatan-ingatan itu memberi dorongan pada Angkasa untuk mengangkat tangannya dan mengusap kepala Rainne dengan lembut.

Gadis itu langsung terdiam, ekspresinya berubah. Sepertinya agak kaget dengan tindakan Angkasa yang seperti itu padanya.

"Itu ... buat apa?"

"Apa aja, terserah mau lo artiin apa."

Rainne tidak bisa mengukur level senang dan terharunya ada di tingkat berapa sekarang.

"Sana masuk, istirahat."

Mengangguk, Rainne tersenyum kaku. Masih tidak bisa mengembalikan kewarasannya karena Angkasa mengusap kepalanya barusan. Seperti mimpi sekali. Ia merasa disayang oleh cowok ini.

"Yaudah. Kamu pulangnya hati-hati, dadah." Dengan suara pelan Rainne mengatakan itu seraya turun dari mobil Angkasa.

Saat mobil Angkasa mulai meninggalkan area rumahnya, Rainne masih dadah-dadah pada cowok itu. Baru setelah mobil itu semakin menjauh, Rainne menutup mulutnya guna menahan teriakannya karena terlalu senang.

Dengan perasaan berbunga-bunga, Rainne melangkah riang di halam depan rumahnya. Ia semakin tersenyum lebar saat mendapati keberadaan Fanya di balkon kamarnya dan kini tenang menatap tidak suka padanya. Ia yakin, cewek itu pasti melihatnya turun dari mobil Angkasa tadi.

Rainne dengan cepat masuk ke dalam rumah, tidak langsung pergi ke kamarnya sendiri, ia malah mengetuk pintu kamar Fanya.

Saat pintu kamar Fanya terbuka, Rainne tersenyum manis pada gadis itu. Dengan gerakan menyebalkan ia menyelipkan rambutnya ke belakang telinga.

"Mau ngasih tahu aja, jangan kaget ya kalau nanti gue sama Angkasa pacaran."

Raut wajah Fanya langsung terlihat kesal pada Rainne. Gadis itu lantas membanting pintu kamarnya tepat di depan wajah Rainne.

Alih-alih ikut kesal, Rainne malah tertawa geli karena merasa menang. Ia melangkah dengan riang menuju kamarnya sambil bersenandung gembira.

🌧

Angkasa mengemudikan mobilnya berlawanan dengan arah pulang. Lelaki yang ekspresi wajahnya selalu datar itu kini menuju rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, ia langsung menuju ke kamar rawat temannya. Saat membuka pintu, ia melihat ranjang pasien kosong dan malah menemukan Dhirendra yang tengah duduk di sofa. Sahabatnya itu terlihat sibuk sendiri dengan leptopnya.

"Lah tumben," celetuk Dhirendra saat menyadari kehadiran Angkasa.

"Mau sampe kapan lo di sini dan enggak balik-balik?"

"Gue enggak bakal balik."

Terserah Dhirendra, Angkasa malas memedulikan temannya yang satu ini. Angkasa menghampiri Dhirendra dan tak sengaja melihat apa yang ada di layar leptop cowok itu. Ada banyak sekali foto Rainne dan sepertinya itu hasil jepretan kamera Dhirendra sendiri.

"Lo suka dia?"

Dhirendra yang sedang memilih-milih foto hasil jepretannya itu hanya menyahut dengan tanpa minat, "Bukan gue, Ka."

Alis Angkasa terangkat satu, memikirkan jawaban Dhirendra. Jika memang tidak menyukainya, mengapa Dhirendra sampai memotret Rainne sebanyak itu. Angkasa sudah tahu dan hapal seperti apa sahabatnya ini, selama ini pun Dhirendra tidak pernah memotret seorang gadis dengan kameranya itu.

"Lo mau juga?" tanya Dhirendra tiba-tiba. Membuat pikiran Angkasa tentangnya buyar.

"Apaan?"

"Ya ini, foto si Naomi."

"Buat?"

Dhirendra mendengus geli saat mendengar kata bernada heran yang dilontarkan sahabatnya. Benar-benar deh, ia jadi gemas sendiri.

"Kali aja gitu, lo mau cetak fotonya segede baliho calon DPR terus lo pajang di kamar biar tiap malem bisa lo liatin tuh muka cewek lo."

"Dia bukan cewek gue," bantah Angkasa datar.

"Bentar lagi juga bakal jadi cewek lo."

"Kenapa lo yakin gitu?"

Sebuah senyum mencurigakan terukir di wajah Dhirendra saat ini. Angkasa tidak bisa menebak arti dari senyuman itu apa.

"Gatau deh, tapi feeling gue enggak pernah meleset sih makanya gue jago main togel."

🌧

Jangan lupa tinggalkan jejak. Ramein yaaa, kalau suka boleh juga ajakin temennya buat baca yuuu biar aku semangat terus updatenya 🧚🏻‍♀️🧚🏻‍♀️🍉

Dear AnonymousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang