39. Fanya harus apa?

1K 244 71
                                    

Sejujurnya, Angkasa tida terlalu menyukai nongkrong di DPR—depan pohon rindang—bersama anak-anak Ecstasy. Bukannya apa-apa, ia malas jika menjadi pusat perhatian seperti sekarang ini. Berbeda dengan teman-temannya yang memang senang diperhatian oleh para siswi, Angkasa justru merasa risi. Ia berniat pergi ke perpustakaan, tapi teman-temannya itu melarang Angkasa pergi dan mengancamnya dengan hal-hal tidak masuk akal jika ia pergi dari DPR.

"Chat sama siapa sih bro? fokus banget kayaknya dari tadi liatin hp mulu," celetuk Jevin sambil menyenggol Angkasa.

"Pasti sama si Naomi lah, kan lagi anget-angetnya mereka ke tai ayam."

"Cihuuuy, otw jadian," sambar Hasa sambil tos dengan Zach.

Angkasa tidak begitu memedulikan kicauan teman-temannya, ia sibuk mengetik pesan yang berisi penjelasan untuk materi yang ditanyakan Fanya. Zach yang menjulurkan kepalanya karena kepo pun melihat dengan siapa Angkasa berkirim pesan.

"Lah chat sama Fanya dia, bukan sama si Naomi."

"Lah?"

"Lah?"

"Lah?"

"Lah?"

Semua orang yang ada di sana dengan kompaknya heran sambil menatap pada Angkasa. Setelah cowok itu selesai membalas pesan Fanya, ia mengangkat wajahnya dan menatapi teman-temannya dengan datar. Merasa tidak ada yang salah dengan dirinya, tapi entah mengapa teman-temannya malah menatapinya seperti itu.

"Jadinya yang mana sih, Ka?" tanya Hasa.

"Naomi atau Fanya?" tanya Zach.

Angkasa tidak mengerti. Mengapa mereka menanyakan hal seperti itu.

"Kenapa sih lo pada?" Angkasa balik bertanya heran.

"Gila lo, lagi deket sama Naomi tapi masih respon si Fanya," sahut Dhirendra tidak habis pikir.

"Kenapa emang kalau gue respon Fanya?"

Pertanyaan yang dilontarkan Angkasa itu murni karena ia memang tidak mengerti. Ia merasa tidak ada yang salah dengan membantu Fanya dalam hal ini karena ia adalah tutornya. Selain itu, ia juga berteman dengan Fanya saat mereka masih kecil, bersikap baik pada gadis itu rasanya bukan sebuah kesalahan menurutnya.

"Asli sumpah parah juga lo, Ka. Bisa-bisanya lo embat dua cewek mentang-mentang lo sempurna," kata Hasa dramatis.

"Bukannya lo tahu Fanya sama Naomi itu sodara tiri dan hubungan mereka enggak sebaik itu 'kan?" tanya Dhirendra.

"Terus? Apa masalahnya?"

"Ya masalah lah, duh anjir lo ya! Pinter pinter tapi minus kagak peka. Naomi sama Fanya sama-sama suka sama lo dan lo respon dua-duanya? Lo gila? Apa emang niat poligami?" Dhirendra jadi gedek sendiri melihat ekspresi wajah Angkasa yang selalu datar itu.

"Kata siapa Fanya suka sama gue?" Angkasa bertanya dengan nada heran. Sungguh ia tidak pernah merasa jika Fanya menyukainya. Ia sudah kenal Fanya dari kecil dan agaknya gadis itupun hanya menganggapnya seperti sosok kakak, karena ia pun hanya menganggapnya sebagai sosok adik.

"BUSET LO BUTA?!" teriak Zach dan Hasa berbarengan.

"Siapapun yang liat juga pasti tahu lah kalau cewek itu suka sama lo. Cara dia natap lo aja udah beda, sikap dia sama lo juga udah jelas. Sumpah lo goblok banget anjir gue kira selama ini lo emang nyadar," oceh Dhirendra.

Angkasa dibuat terdiam sesaat. Jika memang Fanya ternyata menyukainya, berarti kedekatannya dengan Rainne akan menyakiti gadis itu. Ditambah, Angkasa juga tahu hubungan diantara kedua saudara itu tidak baik. Sial, Angkasa mendadak bingung dengan posisinya saat ini. Ia jadi kasihan pada Fanya.

Dear AnonymousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang