Angkasayang
Angkasaaa
Nanti istirahat gausah beli nasi goreng di kantin ya
Soalnya aku masakin heheYa
Rainne menjerit gemas sambil menutup mulutnya karena takut ketahuan oleh Bu Tini yang tengah menjelaskan tugas untuk hari ini. ia tidak begitu peduli dengan apa yang dikatakan Bu Tini dan kini sibuk melirik jam dinding. Ia tidak sabar menunggu bel istirahat berbunyi satu menit lagi.
Saat bel istirahat berbunyi, Rainne langsung bangkit dari tempat duduknya sambil menarik Gaby keluar dari kelas. Sahabatnya itu pasrah-pasrah saja karena sudah tahu apa yang akan di lakukan oleh Rainne dan alasan yang membuat gadis itu begitu semangat ke kantin.
Dengan langkah-langkah riang dan tampang bahagia, gadis itu berjalan di koridor sambil menenteng sebuah paper bag kecil. Memasuki area kantin, ia langsung berlari menuju meja yang baru saja ditempati Angkasa dan teman-temannya.
"Angkasaaaa!" panggil Rainne lengkap dengan senyum lebarnya.
"Cieee, Mas Angka." Teman-teman Angkasa kompak menggodanya, tapi Angkasa sama sekali tidak bereaksi. Wajahnya datar-datar saja dan terlihat masa bodoh.
"Naomi, lo cantik deh hari ini," puji Zach.
"Iya, iya, tau," sahut Rainne tidak berminat. Ia beralih ke sisi Dhirendra dan menusuk-nusuk punggung cowok itu.
"Apa?" tanya Dhirendra heran.
"Mau duduk di sini," katanya memohon.
Tanpa banyak omong, Dhirendra langsung meninggalkan tempat duduknya untuk Rainne dan pindah posisi ke bangku kosong yang ada di depan Angkasa.
Dhirendra bisa melihat wajah Rainne nampak senang duduk di samping Angkasa. Ia langsung menyodorkan sebuah paperbag ke hadapan cowok itu dan mengeluarkan kotak makan dari sana.
"Ciee, Mas Angka dimasakin doinya," ledek teman-teman Angkasa lagi dengan sangat kompak.
"Iri deh gue. Kayaknya gue harus segera cari pacar biar ada yang masakin gue," gumam Zach pelan.
"Gaby enggak makan Gab? Mau gue beliin kantinnya sekalian?" goda Hasa.
"Bacot," sahut Gaby malas dan langsung bangkit berdiri untuk membeli makanannya sendiri.
Hasa langsung memegang dadanya dramatis karena ucapan Gaby itu. Zach yang duduk disampingnya mengusap-usap bahu temannya memberikan ketabahan yang sebenarnya tidak ada gunanya sama sekali.
"Makan mie ayam bang Joko emang paling enak kalau lagi sakit hati," ujar Zach. Hasa lantas mengangguk mengiyakan.
Zach dan Hasa pun pergi untuk memesan makanan, Dhirendra tetap di tempatnya dan menitip pesanannya pada Hasa. Lelaki itu sibuk main ponsel, mengabaikan dua pasang manusia di hadapannya yang saat ini masih tidak sadar jika mereka mendapat sorotan dari seluruh penghuni kantin.
"Enak enggak sih?" tanya Rainne ragu saat Angkasa memasukan satu suap nasi goreng buatnya ke mulut. Cowok itu diam saja, membuat Rainne overthinking takut Angkasa tidak menyukai masakannya atau yang lebih buruk malah keracunan.
"Hmm," sahut Angkasa singkat.
"Itu artinya enak apa enggak?" tanya Rainne frustrasi.
Alih-alih menjawab, Angkasa yang baru melihat plester di jari Rainne langsung menghentikan suapannya. Ia meraih lengan gadis itu dan ia angkat kedepan wajah Rainne sendiri.
"Kenapa?" tanya Rainne bingung.
"Ini kenapa?"
"Kena piso, kegores dikit pas lagi motong bawang," kata Rainne jujur dan sepertinya tidak begitu peduli.
Angkasa mendesah. Hal seperti ini juga sering terjadi pada Mama, dan Angkasa tidak pernah suka jika mama terluka saat sedang mencoba memasak sesuatu untuknya.
"Nanti lagi gausah masakin gue kalau bikin tangan lo luka gitu," katanya.
"Hah? Ih apasih Angkasa orang ini kegores doang. Jangan-jangan masakan aku enggak enak ya? Makanya kamu bilang gitu biar aku enggak masakin kamu lagi?"
"Enak. Tapi gue enggak suka lo terlalu maksain nyenengin gue sampe luka kayak gitu."
Dhirendra yang sedari tadi asik dengan ponselnya kini mengangkat wajah dan memerhatikan Angkasa dan Rainne. Ia tersenyum miring menyaksikan keributan kecil yang terjadi antara keduanya. Mereka sudah seperti sepasang kekasih saja.
Sikap Angkasa jadi agak berbeda pada Rainne. Feelingnya memang tidak pernah meleset. Dhirendra tahu seperti apa Angkasa, ia sudah lama berteman dengannya. Membiarkan gadis itu duduk semeja dengannya di kantin saja sudah sedikit menjelaskan apa yang terjadi dengan Angkasa. Apalagi saat sahabatnya itu memberikan perhatian kecil pada Rainne. Jelas sekali bahwa Angkasa sepertinya memiliki perasaan untuk Rainne. Setidaknya, Dhirendra sekarang dibuat lega karena menyadari itu.
"Noh, mie ayam lo. Enggak pake sayur, dikuahin dikit, dan sambelnya dua sendok."
Hasa dan Zach kembali dengan membawa makanan mereka. Beberapa detik kemudian Gaby pun kembali dengan makananya. Gadis itu sempat menggelengkan kepala takjub pada Rainne yang sibuk sendiri dengan Angkasa dan melupakan perutnya sendiri. Sebagai sahabat yang baik dan perhatian, Gaby menyodorkan makanan yang memang ia pesan untuk Rainne.
"Sibuk merhatiin orang lain sampe lupa sama diri sendiri," sindir Gaby pada Rainne.
"Hehe makasih Gabyku sayaaaang."
Rainne mengambil dimsum yang dibelikan Gaby dan mulai memakannya. Ditengah kegiatannya menyantap dimsum, ia merasa ada seseorang yang memerhatikan ke arahnya. Rainne menoleh, ia mendapati Fanya dan teman-temannya tengah menatap ke arahnya. Teman-temannya terlihat sedang membicarakan sesuatu, Rainne mengangkat bahu, tidak peduli. Mereka hanya iri, dan Rainne senang bisa membuat gadis menyebalkan itu iri melihatnya bersama Angkasa.
"Angkasa malam ini ada film bagus loh," kata Rainne setelah memakan setengah dimsusmnya.
"Terus?"
"Aku pengen nonton itu dari lama, tapi malam ini Gaby enggak bisa diajak keluar. Terus dia juga enggak suka nonton film, sukanya nonton drakor jadi aku enggak ada temen buat nonton itu," oceh Rainne. Gaby yang namanya dibawa-bawa hanya memutar bola mata malas.
"Terus?"
"Ya terus aku tuh kode ngajak kamu nonton gitu maksudnya! Mau enggak?" tanya Rainne agak kesal karena Angkasa benar-benar tidak peka.
Angkasa diam sebentar, tidak langsung menyahuti. Ia seperti tengah memikirkan sesuatu. Teman-temannya yang tahu Angkasa seperti apa sudah menduga jawaban apa yang akan diberikannya untuk gadis itu.
"Yaudah," jawabnya kemudian.
Jawaban dari Angkasa itu sontak membuat Hasa dan Zach tersedak mie ayam bersamaan. Dhirendra bahkan menatap Angkasa takjub sambil geleng-geleng kepala.
"Serius?!" tanya Rainne tanpa bisa menyembunyikan perasaan senangnya.
"Hmm," sahut Angkasa cuek.
"Asiiik, ngedate."
Teman-teman Angkasa masih memandanginya takjub dan heran. Ini benar-benar seperti keajaiban dunia. Seorang Razza Angkasa yang tidak pernah suka diajak nonton ke bioskop, dan tidak pernah mau nonton meskipun ditawari sepuluh juta perjam, hari ini mengiyakan ajakan seorang Rainne Naomi untuk nonton.
"Ndra, coba lo tanya ke dukun langanan lo, suruh terawang itu beneran Angkasa apa bukan?" bisik Zach sambil menyenggol Dhirendra.
🌧
gue kira masi jam sore ya makanya gue asik aja baca wind breaker eh taunya udah malem faaak lupa mau update DA jam 7 tadinya😭
semoga part ini kalian suka hwhwwh
sampe ketemu besok lagi kalau gada halangan 🧚🏻♀️🍉
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anonymous
Ficção Adolescente[FOLLOW SEBELUM MEMBACA] [COMPLETED] Seorang pernah bilang padanya, kehidupan itu selalu berputar. Tidak melulu di atas, juga tidak melulu di bawah. Hidup juga tidak hanya soal kesedihan, ada juga porsi berisi kebahagiaan di sana. Selama ini, Rainn...