03. Ada yang berakhir

2.4K 357 78
                                    

Bunyi alaram dari ponsel yang dikombinasikan dengan gedoran pintu itu samar-sama masuk ke dalam indra pendengar, membuat seorang gadis yang masih bergelung dalam selimut itu mengerang karena tidurnya terganggu.

"Neng Hujan! Enggak mau sekolah?! Katanya ada ulangan!" teriak seseorang di balik pintu kamarnya diiringi gedoran yang tidak berkesudahan.

Butuh beberapa detik sampai Rainne berhasil benar-benar bangun dari tidurnya. Dengan tiba-tiba, matanya terbuka lebar. Ia kaget. Gadis itu menolehkan kepala ke jam dinding dan langsung menyibakan selimutnya. Sadar jika dirinya sudah kesiangan.

"Neng Hujan! Udah siang!" teriak sosok di balik pintu kamarnya lagi.

"Iya, Mbak! Aku udah bangun!" sahutnya sambil mematikan alaram di ponselnya.

Saat turun dari tempat tidur dengan terburu-buru, sebuah botol obat terjatuh dan membuat isinya berserakan di lantai. Rainne mengerang kesal sambil buru-buru melemparkan benda itu ke dalam tong sampah. Jangan sampai ada orang yang menemukannya.

"Pagi, Leci sama Kiwi. Makannya ntar ya, sama Mbak! Aku kesiangan!" ocehnya pada dua ikan kecil yang asik berenang di akuarium berbentuk bulat.

Pergi ke kamar mandi, gadis itu dengan cepat membersihkan dirinya. Bahkan tidak membutuhkan waktu lama untuk gadis itu keluar dari kamar mandi lengkap dengan seragamnya yang sudah dimodifikasi hingga mencetak pas tubuhnya.

Dengan grasak-grusuk gadis itu menabur bedak di wajahnya yang putih pucat, melepaskan jepitan hingga rambutnya yang bergelombang pada bagian bawah itu jatuh menutupi punggung. Ia segera mengenakan kaos kaki dibawah mata kaki sebelum memakai sepatu berlogo nike berwarna putih polos.

Sambil membuka pintu kamar, gadis itu menyambar tas kecil yang hanya berisi binder dan tempat pensil. Turun dari tangga, ia mengeluarkan cermin kecil lalu memoles bibirnya dengan liptint berwarna pink. Tanpa dandan berlebihan, gadis itu sudah sangat cantik dengan wajah alaminya.

"Neng, sarapannya!" teriak Mbak Sinta sambil menyerahkan kotak bekal berisi roti dengan toping keju saat melihat anak majikannya itu turun dari tangga.

"Makasih, Mbak Bohay! Nitip Kiwi sama Leci, ya. Jangan lupa kasih makan!"

Tanpa memedulikan sahutan dari ART-nya itu, ia berlari keluar rumah. Mengecek ke garasi dan tidak menemukan mobil orang tuanya pun mobil Fanya di sana. Lagi, Fanya selalu berangkat duluan dan meninggalkan dirinya.

Yaudahlah, naik ojek aja, batinnya santai.

Sambil berjalan keluar gerbang, ia mengeluarkan ponsel dari rok seragamnya, berniat memesan ojek online.

Gelap, layar ponselnya tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan meskipun ia berkali-kali menekan tombol power. Sudah jelas, ponselnya kehabisan daya.

"Gila! Sial banget gue pagi ini!" erangnya frustrasi sambil mencak-mencak sendiri.

Sadar waktunya sudah semakin menipis, ia celingukan mencari barangkali ada taksi yang lewat. Sayangnya tidak ada. Gelisah, gadis itu malah mengigiti kuku ibu jarinya yang dicat warna biru tosca.

Tiba-tiba, gadis itu bertepuk tangan diiringi senyum lebar saat dari jauh ia menemukan motor yang dikendarai seorang pemuda berseragam SMA Epsilon menuju ke arahnya.

Tanpa tahu malu, ia merentangkan tangannya, bermaksud menggentikan motor ninja berwarna hitam yang melaju cepat ke arahnya. Beruntung, si pengendara motor yang mengenakan segala atribut serba hitam itu segera menghentikan motornya sebelum badan gadis itu tertabrak.

Dari balik kaca helm full facenya, pemuda itu mengerutkan alis heran. Menatapi seorang gadis berseragam persis dirinya dengan name tag bertuliskan Rainne Naomi.

Dear AnonymousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang