38. Sebenarnya, sejak kapan?

1.1K 267 77
                                    

Rainne menatap bingung lembaran kertas yang diberikan guru bimbingan konseling kepada seluruh murid kelas 12.

Sungguh, ia bingung harus mengisi apa di kolom universitas tujuan dan jurusan apa yang ia inginkan. Sampai sekarang, ia masih belum menemukan bakat dan minatnya apa. Ditambah lagi, nilai dan juga otaknya tidak memungkinkan untuk membuatnya masuk ke perguruan tinggi negeri favorit. Pupus sudah harapan untuk membuat mamanya bangga.

"Yaampun suram banget sih kayaknya masa depan gue," gumam Rainne sambil menjatuhkan kepalanya di atas kertas.

"Lah bukanya waktu itu lo bilang mau ambil patisserie biar bisa nyaingin toko kue favorite lo itu?"

"Enggak tahu, gue bingung. Lagian nyokap enggak bakal ngasih gue izin buat ambil bidang itu," gumam Rainne.

"Nyokap lo pengen lo jadi apa sih?"

Rainne menggeleng lalu kemudian mendesah keras-keras untuk ketidakjelasan hidupnya. Tidak lama kemudian, bel pulang berbunyi. Semua murid penghuni 12 IPS 1 yang sedari tidak ada guru langsung berhamburan keluar kelas ingin segera pulang.

Energi Rainne langsung pulih sebanyak lima puluh persen saat mendengar bel berbunyi. Dengan semangat gadis itu membereskan tasnya dan segara keluar kelas beriringan dengan Gaby. Tidak lupa Rainne mengirimi Angkasa pesan agar pulang bersama hari ini.

Angkasayang

Angkasaaaaaa
Udah bel
Pulang bareng haiyu 😭

Gue ada pendalam materi

Sampe jam berapa?

3

Yauda aku tungguin yaaaa

Pulang sendiri sana

G mw 😡

Rewel

Jangan atur aku 😡👎🏻

Terserah.

"Kenapa lo senyum-senyum gitu deh?"

"Mau pulang bareng Angkasa dong gue. Udah sana lo duluan aja enggak usah nungguin gue. Ntar lo ngiri lagi liat keuwuan gue sama Angkasa," usir Rainne.

"Yee bodo amat," sahut Gaby tidak peduli sambil menoyor Rainne.

Seperti biasanya, Rainne malah cengengesan seperti orang tolol. Gaby lebih memilih meninggalkan sahabat gilanya itu dan pulang saja. Rainne melambai-lambai ceria pada Gaby dan tidak dipedulikan olehnya.

Rainne kini melangkahkan kakinya menuju kantin, ia memutuskan untuk menunggu Angkasa di sana. Gadis itu memesan jus dan duduk di salah satu kursi sambil memainkan ponselnya. Ia iseng membuka Instagram dan tidak sengaja switch akun ke second acc-nya.

Terdiam sebentar, Rainne menggerakan jarinya untuk membuka pesan. Masih sama. Tidak ada pesan baru dari orang itu. Dia benar-benar menghilang tanpa kabar. Kebiasaanya itu menyebalkan sekali. Pasalnya ini bukan kali pertama cowok itu menghilang cukup lama lalu nanti kemudian muncul lagi dengan tanpa dosa.

"Katanya lo mau ngajakin gue ke Jakarta Aquarium pas gue ulang tahun. Lo bohong," gumam Rainne sangat pelan. Masih agak kecewa.

Langit mulai berubah kelabu, gemuruh pun terdengar kemudian. Rainne memerhatikan sekitarnya, masih ada beberapa orang di kantin dan ia sedikit lega karena sendirian.

Tetesan air hujan mulai berjatuhan, awalnya kecil-kecil lalu mendadak deras seketika. Rainne meletakan tasnya di atas meja kantin dan menidurkan kepalanya di sana. Tidak lupa gadis itu memasang AirPods dan menyetel lagu berjudul I'm in love with you, sorry dari j'san. Gadis itu mulai memejamkan maatnya, menikmati suasana hujan yang turun hari ini sambil menunggu Angkasa selesai dengan kelasnya.

Dear AnonymousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang