Tyas tidak bisa memejamkan mata, Dhito juga tidak mengabari sama sekali sampai dini hari, di tambah tidak ada tiket pesawat yang tersisa untuknya. Pasrah dan berdoa, hanya dua itu yang bisa di lakukan saat ini walau pun Tyas tidak berhenti mengirimi Dhito pesan dan menelepon sampai akhirnya menyerah karena nomor Dhito selanjutnya tidak bisa di hubungi, satu-satunya yang dia punya nomor lainnya adalah nomor Danita, tapi sama saja, tidak aktif.
Memaksa diri untuk bangun, Tyas malah merasa kepalanya sakit dan sedikit demam. Mami yang tahu kondisinya, menahan Tyas untuk tidak pergi ke mana-mana, seharian Tyas istirahat sampai lebih baik.
Tidak tahan terus diam dengan perasaan kalut, Tyas akhirnya minggu pagi putuskan pergi ke rumah salah satu teman Dhito berasal dari Bali juga, menetap di Bandung. Pernah beberapa minggu lalu, Dhito mengajak Tyas datang ke rumah Gege, untungnya Tyas tipe yang mudah ingat jalan pernah di lalui dengan mudah.
“Ini rumahnya?” tanya Yulia yang menemani hari itu. Tyas sudah menceritakan dan minta doa pada semua sahabat-sahabatnya, lalu Yulia kebetulan sedang libur menawarkan diri untuk ikut bersama Tyas.
“Iya, Dhito pernah ajak gue ke sini.” Mereka membuka seatbelt lalu sama-sama keluar, rumah dua lantai, dengan pagar besi putih yang tidak terlalu tinggi. Sahabat Dhito ini sudah berumah tangga, maka tidak heran intensitas pertemuan Dhito dengan teman-temannya juga sudah jarang sekali.
Gege muncul tak lama setelah Tyas menekan bel pintu rumahnya. “Lho Tyas?”
Tyas tersenyum ramah, “Hai Ge, masih ingat kan?”
“Iyalah ingat, Dhito nggak pernah absen pasang foto kalian berdua di profil media sosialnya.” Guraunya, membuat senyum Tyas semakin mengembang. “Eh, masuk-masuk... ngobrol di dalam yuk!” Dari cara Gege menyambut buat Tyas berfirasat kalau Gege tidak tahu soal kondisi ibu Danita.
Tyas mengikuti Gege masuk, “Kenalkan Ge, ini sahabat gue. Yulia.” Tyas memperkenalkan Yulia lebih dulu.
“Mau minum apa?” tawar Gege masih berdiri, bersiap mengambilkan mereka minum.
“Nggak usah, Ge. Gue ke sini ada perlu.” Lanjut Tyas, membuat lelaki tambun itu mengerutkan kening. “By the way ke mana istri sama anak lo? Rumah sepi gini.” Tyas juga di kenalkan pada istri Gege waktu itu, tapi hari ini dia belum melihatnya.
“Oh lagi di rumah mertua.” Kata Gege yang akhirnya duduk juga di hadapan mereka, “rencananya habis ini mau jemput, untung belum jalan pas lo datang.” Gege, Joshua dan Steve adalah teman-teman Dhito yang sangat ramah, Tyas mudah berinteraksi dengan mereka.
“Gue mau minta tolong.” Kata Tyas lagi.
“Gue lupa tanya, kok lo nggak datang sama Dhito? Ke mana dia? Ini minta tolong lo, bukan karena situasi hubungan kalian—“
“Tentu bukan, kami baik-baik aja.” Tyas sudah menduga kalau Gege tidak tahu berita ini. “Ibu yang lagi nggak baik-baik aja.” Tyas mendesah sedih di akhir kalimat.
“Ibu?” tanya Gege tidak mengerti ditambah raut sendu kekasih sahabatnya itu.
“Ibunya Dhito, semalam kami dapat kabar beliau masuk rumah sakit.” Tyas pun menceritakan kabar berita di terimanya, juga Dhito yang lost contact sudah dua hari. “Gue minta kontak siapa pun yang bisa membuat gue tau kondisi mereka, please bantu gue Ge...”
Gege juga terlihat khawatir setelah mendengarnya, karena dia sudah menganggap Danita seperti ibunya.
“Astaga! kok keluarga gue di Bali nggak ada yang kasih kabar.” Dia berdecak tidak percaya. “Gue ambil ponsel dulu, lo harus tenang karena gue kenal Dhito, dia akan kuat untuk ibunya.” Katanya sebelum berlalu, Tyas menunggu dengan gelisah lalu tangan Yulia mengusap bahunya. Yulia memang cenderung lebih pendiam dari teman-teman lainnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/241262310-288-k289854.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
ChickLitTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...