Lapar yang memalukan!

25.1K 2.5K 19
                                    

Sebuah lagu—Perfect dari Ed Sheeran—mengalun pelan dari stereo, hanya itu satu-satunya yang menyelamatkan mereka dari rasa canggung satu sama lain di dalam mobil lelaki tersebut.

Tyas tidak habis pikir, bagaimana dia malah terjebak di sini bersama Dhito!

Jika posisinya dulu saat dia tidak melihat Dhito bersama Luna dan masih mengagumi lelaki ini. tentu saja, saat-saat seperti inilah yang dia nantikan selama cin—sori maksudnya suka sama lelaki di sampingnya itu.

"Hm, Tyas.." panggilnya pelan, Tyas tidak menoleh dengan tetap menatap lurus pada jalanan yang tampak padat.

"Ya, pak?" sautnya.

"di depan sana ada tempat makan enak." Katanya yang membuat Tyas terpaksa harus menoleh sampai dia mengamati bagaimana tangan-tangan lelaki itu terlihat keren saat menyetir.

sadar ada yang salah dengan pikiran barusan, Tyas segera menghapus pikiran tersebut. "Maksudnya?"

"Bagaimana kalau Kita mampir makan—"

Tyas mengerti, "Boleh.. tapi Tyas nggak ikut makan ya pak, Tyas sud—" Krriuk.. krriuk..

Sepertinya hukum karma itu dibayar tuntas jaman sekarang ini, Tyas yang memotong kalimat Dhito harus lebih malu lagi karena kalimatnya di potong oleh suara lain yang berasal dari perutnya.

"Oke, sepertinya kamu juga sudah lapar. Begitukan?" Astaga! kenapa suara Dhito terdengar lebih lembut saat bicara dengan dirinya, akhir-akhir ini.

"Saya bisa makan di rum—" Kriuk.. kriuk.. "—rumah." Ini memalukan karena perutnya kembali berbunyi. Dhito tergelak dan Tyas melongo melihat itu.

But you heard it, darling, you look perfect tonight...

Sepenggal lirik lagu tersebut tiba-tiba terdengar jelas di telinga Tyas, meski samar bibirnya tertarik membentuk senyum simpul dan dibalik bulu mata lentiknya dia memperhatikan Dhito yang tertawa lepas.

Menyadari itu tidak sopan, Dhito segera menetralkan tawanya dan melirik Tyas yang masih menatapnya. "Sori saya nggak sopan." sesalnya.

Sudut bibirnya tertarik, dia menggeleng kecil, Tyas terdiam bukan karena tersinggung justru dia terkesima melihat tawa Dhito yang terdengar renyah ditelinganya.

"Nggak apa-apa, pak. saya juga merasa lucu sih.. Umm, jadi kita mampir?"

"Tentu saja, saya juga udah sangat lapar." Dhito terlihat semangat sekali lalu menyetir mobil menuju tempat makan yang dia maksud.

Sementara Tyas merutuki dirinya di dalam hati—itu adalah lapar yang memalukan!

***

Seporsi cah kangkung, udang saus tiram, cumi krispy serta ikan gurame bakar ditambah dua gelas es jeruk yang segar di tenda biru sisi jalan menjadi pilihan makan malam pertama yang terjadi diantara mereka.

Pertama? Tyas menggeleng samar dengan pikirannya barusan, apa itu artinya dia berharap ada makan malam bersama lainnya?

Tidak, Tyas kamu harus ingat siapa lelaki di depanmu ini! bisiknya di dalam hati.

"Kenapa, nggak enak?" tanya dhito karena melihat Tyas termenung menatap makanan yang tersaji di depan meja lesehan.

"Enak banget malah, pak!" katanya terlihat terburu-buru menjawab, kembali melanjutkan makanya.

Uhuk... Uhuk

Karena itu, dia sampai tersendak udang yang sedang dikunyahnya. Dhito dengan sigap mengambil gelas miliknya berpindah ke samping Tyas "Minum ini Tyas!" perintahnya yang langsung dituruti Tyas.

Bukan Cinta diam-diam [no secret!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang