Ardhito pamungkas

27.3K 2.7K 22
                                    

"Kamu mengenali laki-laki yang bersama Tyas?"

Dhito masih tidak percaya bertemu Tyas disini, terlebih wanita itu memergoki dia sedang bersama Luna-atasan Tyas, kebetulan juga mantan pacar Dhito-dengan posisi yang tidak pantas dilihatnya

Mereka tidak kembali bersama, tadi dia tidak sengaja bertemu Luna di sini saat sedang menghadiri undangan teman-temannya. Dhito tidak asing dengan tempat ini, meski bukan member kelab malam disini, tetapi beberapa temannya sering mengadakan pesta dan meminta dia datang. kebetulan Luna menjadi tamu undangan juga. Luna, selalu menarik perhatian Dhito sejak dulu, bahkan setelah perempuan itu mencampa-kan, menikah dan bercerai. Siapa sangka takdir mempertemukan mereka kembali.

Mereka tadi minum dan menari bersama, lalu Luna menarik dhito keluar dari sana dan kembali ke ruangan yang disewa teman-temannya. Tetapi ruangan kosong, rupanya teman-teman mereka belum kembali masih asyik bergoyang di dance floor. Dhito tidak menyangka saat Luna yang ia yakini sedikit terpengaruhi alkohol, tiba-tiba naik ke pangkuannya sampai Dhito tidak bisa menolak.

Sampai sebuah kegaduhan dan gadis yang memekik membuat Dhito sadar dan segera menjauhkan tubuh Luna dari pangkuannya. Sampai matanya terbelalak begitu melihat gadis yang biasa dia temui di tempatnya bekerja, ada di kelab malam. Meski pakaian yang melekat di tubuh Tyas lebih terlihat manis di banding Sexy, tetap saja hal itu membuat Dhito jadi memikirkannya dan semakin penasaran mendapati perempuan yang selalu mengaku menyukainya, ternyata sudah memiliki kekasih yang terlihat menyayanginya.

"Artara Rasyid.. pengacara sukses dan anak Adam Rasyid." Luna sama sekali tidak terlihat canggung setelah yang terjadi di antara mereka. Wanita itu dengan santai duduk dan menikmati bir kembali.

"Salah satu pengacara terbaik negeri ini?" Dhito tentu hafal siapa Adam Rasyid, BM Hotel juga berlindung di firma hukum milik Rasyid. Meski belum pernah bertemu secara langsung, tatap muka.

"Ya, Tara putra tertuanya. Majalah-majalah sering memuat wajah tampan Tara, dia sukses dengan mandiri dan bekerja di firma hukum London." Sepertinya Luna sangat tahu.

"Kamu cukup mengenalnya?"

"Tara?" Luna tertawa. "Ayolah, kamu jelas tahu Dhito. Aku mengincar lelaki yang bisa menjamin masa depanku. Tara itu salah satu yang potensial, sejajar dengan para pengusaha muda terbaik negeri ini. Tetapi, sepertinya aku kalah cepat sama bawahan sendiri." Luna tertawa, Dhito bahkan dulu ditinggalkannya karena Luna menemukan lelaki yang lebih mapan. Mereka berakhir baik-baik, Dhito juga tidak punya dendam sama sekali sehingga bertemu kembali mereka tidak canggung satu sama lain.

"kamu yakin mereka pacaran?" Dhito biasanya tidak tertarik ikut campur atau mau tahu urusan orang lain.

Luna bersandar, kepalanya mulai terasa berat. "Yakin, kalau melihat bagaimana penampilan Tyas yang berbeda dari saat dia kerja. Itu bukan hal mustahil. Kamu setuju kan, kalau Tyas terlihat manis?"

Dhito mengangguk, tetap saja ia tidak cukup merasa puas untuk rasa penasarannya, sampai dia tidak betah dan memilih pulang di beberapa menit berikutnya.

***

"Seharusnya kamu bisa menahan diri, Lun. Besok hari kerja." Luna terkekeh menjawab omelan Dhito. "Kamu bisa pulang sendiri, apa perlu aku antar?" Dhito membantu Luna berjalan, wanita itu sudah sempoyongan tetapi Luna selalu keras kepala, setelah kondisinya begitu saja dia masih memaksa untuk pulang sendiri.

"Aku bisa pulang sendiri. Lagi pula kamu nggak mau kita terlibat game, kan?" guraunya, lalu Luna menarik wajah Dhito dan mencium pipinya sebelum berbalik dan masuk ke taksi yang pintunya sudah terbuka. Dhito setuju, cukup tadi dia tidak bisa mengendalikan diri.

Bukan Cinta diam-diam [no secret!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang