Ada apa dengan Dhito? Mengapa berniat sekali jadi tour guide di Bali untuknya?
Sebagai tuan rumah, dan seorang teman—Ya, Tyas yakin Dhito hanya bertindak sebagai teman dan Bali adalah kampung halamannya seperti yang di katakanya semalam.
Tyas masih berdiri di depan pintu kaca kamar yang di buka sejak tadi, angin dari arah laut berembus membuat gorden cokelat meliuk bagai tarian yang syahdu.
Kembali memikirkan ajakan Dhito tadi, berhasil jadi fokus utama malam ini bahkan mengalahkan omelan marah Mami karena kelakuan kaburnya hari ini. Beruntung ada Papi dan Tara, berhasil membuat Mami berhenti mengomel.
Tok.. tok.. tok...
Seruan ketukan pintu membubarkan Dhito dari pikirannya. “Tyas, udah tidur?” Suara Tara terdengar.
Bergegas dia membuka pintu, Tara dengan kaos pas badan berwarna marun serta sport short white, berdiri di depan pintu kamarnya.
“Kenapa ka?” Tyas sengaja membuka lebar pintu untuk membiarkan Tara masuk sampai duduk di sisi ranjang.
“Ada yang mau di bicarakan. Kamu membiarkan jendela terbuka?”
“oh itu... hanya butuh udara segar."
"Udara malam nggak baik, Tyas." Tara mengingatkan
Tyas mengangguk lalu menutupnya, "ada apa ka?”
Tara menatap adiknya yang berdiri di depannya dengan tangan terlipat. “Kamu seharian sama siapa?”
“Tadi udah bilang aku jalan-jalan, kan?” Tyas sudah mengatakan itu tadi ketika Mami bertanya seharian dia menghilang dan sulit di hubungi.
“Sama siapa?” mempertegas pertanyaanya, Tyas tidak perlu menebak lagi karena jika kakaknya bertanya dengan nada curiga yang yakin, pasti Tara tahu satu hal.
“Dhito tadi—“
“Sudah aku ingatkan untuk nggak memberi lelaki seperti Dhito kesempatan, Tyas! Eh kamu malah jalan sama dia, seharian pula!” omelnya.
Tyas memutar bola matanya, Tara terlalu berlebihan, seakan dia bodoh dan membiarkan hatinya sakit. Tara tidak tahu saja perjuangan dia lari dari Dhito tadi sia-sia. Lagi pula tidak ada yang terjadi hari ini, kecuali ke tempat yang buat Tyas penasaran selama ini.
Huh! Tyas sangat yakin hanya sebatas itu.
“Aku nggak sengaja ketemu dia di Balangan Beach, aku udah menghindar tetapi ketahuan. Kamu nggak perlu khawatir, nggak akan terjadi apa pun diantara aku dan dia. Lagi pula Dhito tahunya aku udah punya kekasih.” Tyas yakin Dhito tidak akan senekat itu mendekati perempuan yang jelas sudah punya seseorang, ia tidak tahu kalau Tyas jomlo dan Tara adalah kakaknya.
“Kalau dia tertarik sama kamu, dia akan nekat nggak peduli kamu punya pasangan atau nggak. Itu prinsip para buaya darat, Tyas.”
Tyas malah terkekeh, “Kamu terdengar seperti paham sekali!”
“Aku lelaki, jelas tahu tabiat sesama lelaki lagi dan dengar ya, Tyas... aku akan dukung kamu kalau memang nggak bersedia dengan perjodohan yang mami rencanakan. Tapi, aku bisa berbalik dukung Mami kalau pilihanmu memang nggak lebih baik dari rencana Mami.” Tyas melongo, Tara terdengar serius dengan ucapan itu.
***
Mami tidak lagi memaksa Tyas untuk menerima Rian pasca kaburnya dia kemarin. Hari ini, Tyas benar-benar bosan di Villa sendirian. Mami sedang perawatan, Papi ada pekerjaan dan Tara entah pergi ke mana dengan Clarisa.
Makan, tiduran, menonton film di televisi begitu saja terus, rasanya Tyas benar-benar bosan. Setelah menolak ajakan Dhito mengapa dia jadi menyesal, ya? Tempat apa yang akan lelaki itu kunjungi jika Tyas setuju? Pasti tidak akan bosan seperti saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
Chick-LitTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...