Fastened

25.9K 2.8K 19
                                    

"Tyas kamu kenal, kan?" Tyas tersentak oleh pertanyaan Tara saat masih setia melihat melalui spion mobil bagaimana Dhito masih berdiri, mengawasi kepergiannya.

"Siapa kak?" Tyas memejamkan mata sekilas, dia benar-benar masih terkejut atas apa yang di lihat malam ini.

"Lelaki tadi yang ngobrol sama kamu, dia lelaki sama di insiden salah ruangan tadi."

Tyas akhirnya mengangguk, "Ya, mereka atasan langsung dan nggak langsung di BM hotel."

"mereka? artinya keduanya kamu kenal?"

"Ibu Luna, Finance controller atasan langsung Tyas dan Dhito, direktur of human resources BM Hotel."

Tara lalu terkekeh tidak percaya, "Astaga, mereka terlibat affair? Wah-wah.. kamu memegang kunci mereka, Tyas." Dan Dhito juga memegang rahasia tentang dirinya, walau Tara mengenalkan diri sebagai pacarnya tetapi Tyas yakin ini bisa jadi awal identitasnya terungkap. Maka, dengan sangat sadar dan semoga Dhito mengerti kalimat terakhirnya tadi. Bahwa, Tyas serius akan merahasia-kan apa yang dilihatnya hari ini, asalkan Dhito berlaku adil padanya juga.

Secara tidak langsung mereka telah terikat dengan perjanjian yang tidak disadari.

"Tapi, kamu sadar nggak sih Tyas.. kalau cara dia menatap kamu aneh?" Tanya Tara lagi, menarik Tyas dari pikirannya.

***

Dhito dan Luna, ada apa dengan dua manusia itu?

Tyas berbaring di atas ranjang yang teramat nyaman, matanya belum juga bisa terpejam. Menatap langit-langit kamar, dia lalu tersenyum kecut tidak bisa melupakan apa yang dilihatnya tadi.

Bagaimana keduanya bersama melakukan hal yang begitu panas, sampai Tyas saja melongo dan hampir ikut-ikutan menggigit bibir sendiri lalu ketika tahu siapa orang yang memerankan serangan saling menghisap bibir itu, semua keadaan menjadi membingungkan dan sesuatu di dalam sana terasa hilang.

"Gila ya, gue suka sama buaya ternyata selama ini!" Tyas terkekeh tidak percaya.

Suka?

Tentu saja, dia bukan hanya pura-pura. Semua yang diperlihatkannya benar-benar apa adanya. Mungkin dari semua, mengaku suka pada Dhito adalah hal paling jujur yang tidak ada kepura-puraan.

"Baguslah perasaan gue mungkin, hm.. belum terlalu dalam." Monolognya lagi karena dengan begitu Tyas harus meninjau ulang perasaannya.

Jelas Dhito bukanlah lelaki yang pantas untuk dia cintai, jika dilihat dari bagaimana pola hidup lelaki itu yang 'bebas'. Tyas tidak mau menambah daftar panjang lagi dengan pilihan yang bisa membuat Mami mengkritiknya.

Memikirkan hal itu semalaman ada gunanya juga, saat dia harus berhadapan dengan Luna-atasannya. Tyas bisa bersikap biasa.

"Ini laporan yang ibu minta." Tyas meletakan fail itu di hadapan Luna.

Luna menarik lepas kaca mata baca yang membingkai wajah cantiknya, matanya menatap lurus mengamati penampilan bawahannya itu. Teramat sederhana, bahkan Luna tidak yakin bahwa perempuan yang memergoki-nya bersama Dhito semalam adalah Tyas Larasati yang sama dengan wanita di depannya ini.

"Oke, tyas thank you."

Tyas mengangguk, "Tyas permisi, bu."

Dia hendak memutar tumitnya. "Tyas, kamu punya saudara kembar?" pertanyaan itu membuat Tyas tetap berdiri disana, lalu dia mengerutkan kening.

"maksud ibu?" tanya dia tidak mengerti.

Luna tersenyum kecil, "siapa tahu yang bertemu dengan saya semalam, bukan kamu tapi kembaranmu."

Bukan Cinta diam-diam [no secret!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang