Angin laut yang sedari tadi mengembus, membuat rambut Tyas menari-nari. Butuh menghabiskan beberapa menit lebih lama bahwa bertemu Dhito bukanlah sebuah ilusi belaka.
Tyas menyisir rambut dengan jari agar kembali rapi, itu adalah tindakan sia-sia. Sejurus kemudian dia merasakan dress bagian depannya agak basah.
“Oh, itu pasti karena posisi kita tadi.” Dhito sejak tadi tidak berhenti memperhatikan Tyas, baju bagian bawah wanita itu agak basah karena posisi mereka tadi, menempel dengan celananya yang basah setelah surfing.
“Nanti juga kering.” Tyas tidak akan mempersalahkan itu sekarang, embusan angin ditambah teriknya matahari pasti perlahan bisa membuat bagian basah jadi mengering karena basahnya juga bukan seberapa.
“So, what are you doing in Bali?” Tanya Dhito kemudian dengan penekanan terdengar berlebihan.
Tyas mengerjap, dengan cepat mencari alasan yang tepat. “Liburan. Kalau bapak?”
“Mudik, Bali kampung halaman saya.”
“Oh..” Tyas mengangguk pelan, itu informasi baru untuknya yang sudah lama mengenal atasan tidak langsungnya di Hotel BM. Dhito memang serapi itu menyimpan hal-hal tentang kehidupannya sampai tidak mudah di endus oleh para tukang gosip seperti dirinya.
“kamu sendirian? Hm.. di mana kekasihmu?”
“Ya?” Tyas terlalu bingung untuk menjelaskan, pasti yang di maksud Dhito adalah keberadaan Tara. “Dia ada pekerjaan.” selalu geli saat harus mengakui kakaknya sendiri sebagai kekasih. Oh ya ampun!
Dhito tidak langsung menanggapi. Dia menatap ke sekitar, sadar posisi mereka masih berdiri sejak tadi. “Sudah ada rencana hari ini?”
“Belum sepertinya liburan ini memang nggak terencana.” Tyas tertawa kecil.
Dhito mengangguk, lalu tersenyum “Kalau begitu ikutlah dengan saya?!” Ucapnya berhasil membuat Tyas menghentikan tawa juga mengerjap.
Apa yang baru saja di katakan laki-laki itu? tanya hatinya.
Mungkin Dhito hanya asal bicara atau Tyas salah mendengar, tapi sialnya Tyas yang memilih diam diartikan setuju oleh Dhito.
***
Akhir-akhir ini sepertinya jalan takdir lebih sering mempertemukan dia dengan lelaki itu, sudah berada jauh dari kota Bandung saja, kembali bisa bertemu Dhito. Ditambah situasi yang lebih sering bersama seperti sekarang. Terjebak di dalam mobil, berdua.
Tadi sebelum menuju mobil, Dhito berganti baju dulu lalu sempat mengenalkan dengan lelaki yang Tyas lihat bersamanya, Dewa, sepupunya yang berusia sembilan belas tahun. Tyas sudah menebak bahwa mereka terikat darah, terlihat dari garis wajah yang mirip.
“Kita akan ke mana?” Tanya Tyas akhirnya, setelah mobil melaju meninggalkan kawasan pantai Balangan.
Dhito melirik Tyas sebentar, dia tersenyum kecil “ini pertama kali ke Bali atau udah pernah?” Dia malah menjawab dengan pertanyaan lain.
“udah beberapa kali.” Tyas tidak mungkin mengatakan jujur, bahwa hampir setiap ada kesempatan keluarganya akan berlibur kesini karena punya Villa di Jimbaran.
“Berarti sudah banyak juga tempat yang kamu kunjungi, ya?”
Tyas mencoba mengingat, tempat mana saja yang sudah dia kunjungi selama di Bali. Hanya seputar pantai, tempat wisata lain, tempat makan, gerai pakaian. “Lumayan, meski nggak menjelajah ke setiap titik.”
“Mau ke tempat yang belum pernah kamu kunjungi?” Ucapnya menarik perhatian Tyas, dia menoleh dan mata mereka bertemu sesaat.
Tentu saja, ada beberapa tempat ingin dia kunjungi yang selama ini hanya ada di kepala. Lalu tawaran Dhito mengapa terdengar menggiurkan dan membuat perdebatan di dalam hatinya, ya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
أدب نسائيTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...