Imperfect Night

20.2K 1.8K 13
                                    

Bahagia itu sederhana...

Setiap mengingat ucapan serta apa yang mereka lakukan malam lalu mampu membuat lengkungan manis bibirnya terlihat. Definisi bahagia memang sederhana sekali atau memang dapat di rasakan karena seseorang yang bersamanya.

Melupakan sejenak pikiran kalut, Tyas merasa malam itu begitu lepas dan dunia hanya berputar di sekitar dia dan Dhito. Bukan sesuatu yang mewah, tak di sebuah restoran mahal atau tempat romantis lainnya namun, suasana malam itu seakan memiliki magis tersendiri, Tyas terhipnotis seperti ada sebuah melodi indah mengalun membuat kakinya mengayun dalam dekapan sang kekasih. Tanpa peduli sekujur tubuh basah, Tyas bahkan berharap waktu berhenti berdetak dan semua tidak segera berakhir cepat.

Mengurutkan kejadian demi kejadian saat mereka bersama, Tyas tersadar bahwa apa pun dilakukan bersama Dhito semua menyenangkan dan menjadi memorable moment meski terkadang sikap menyebalkan lelaki itu suka datang tapi, Tyas tidak pernah bisa benar-benar marah padanya.

Ya ampun! Tyas benar-benar seperti remaja baru memiliki pacar, lihatlah bagaimana kini telah berbaring sambil terus menatapi layar ponsel. Memandangi potret mereka berdua yang diambil beberapa hari lalu, hanya potret manis dirinya dalam pelukan Dhito. Wajah lelaki itu tidak terlihat, hanya bagian sisi kepalanya sementara Tyas tersenyum di sana. Potret manis yang tidak hanya Tyas simpan tapi juga terpasang di layar depan ponsel.

Tyas tidak pernah menyesal sudah berani melangkah untuk bersama Dhito kalau dia tidak berani mencoba maka sampai saat ini hanya akan bertahan dengan perasaannya. Meski rintangan itu kini jelas nyata di depannya.

Tok... tok... tok...

"Non..." Mami pasti minta salah satu asisten rumah tangga memanggilnya.

Sesuai permintaan Mami, di sinilah weekend Tyas. Pulang ke rumah orang tuanya, tadi sopir menjemput langsung ke BM hotel membuat Dhito mengurungkan niat untuk mengantar Tyas pulang. Tak sampai di Situ, Mami sudah mewanti Tyas untuk tidak makan malam di luar. Jadilah, Tyas di biarkan mandi lebih dulu, karena terlalu lama dirinya di dalam kamar, semua ini karena rasa rindu tiba-tiba atau telah terbiasa bersama Dhito saat pulang membuatnya malah berbaring sambil lama-lama menatap potret bersama kekasih dan ingatan mengali setiap momen indah yang sudah di lalui. Tyas yakin Mami akan memerintah seseorang untuk menyusul.

See... Benar saja, kan?

Tyas segera meletakan ponsel diatas nakas, jangan biarkan Mami menunggu itu akan membuat weekend di rumah ini jadi tidak damai-pikirnya segera membuka pintu dan menemukan Bi Yati berdiri di sana.

"Ya, bi?"

Asisten rumah tangga yang paling lama ikut dengan keluarganya itu tersenyum lembut, "Ibu udah menunggu untuk makan malam." Katanya menyampaikan amanah dari Mami.

Tyas mengangguk, "Baru juga aku mau turun, Mami biasa deh nggak sabar." Tyas mengeluh dan itu bukan hal asing yang baru di dengarnya.

"Non juga belum makan pasti, memangnya nggak lapar?" Tyas merangkul bi Yati untuk kembali ke bawah. Sedekat itu memang dia dengan bi Yati karena ketika semua orang sibuk sampai tidak jarang Tyas sering ditinggal sendirian di rumah, Yati lah yang menemani dan mengurusnya.

"Lapar dong bi, apalagi Tyas udah kangen banget masakan bibi!" Serunya.

Yati mengusap lengan anak majikannya itu dengan sayang, wanita itu sudah menganggap Tyas seperti putrinya sendiri. "Bibi sudah tau, makanya masak kesukaan non."

"Waaah makasih Bibi!" Tyas sangat semangat karena masakan bi Yati sama favoritnya seperti masakan Mami, meski jarang sekali Mami turun tangan untuk menyiapkan masakan untuk keluarganya. Hanya sesekali, itu juga kalau Papi atau Tara meminta.

Bukan Cinta diam-diam [no secret!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang