Putu mayang

34.3K 3.1K 20
                                    

Memainkan Id card yang mengalung di lehernya, saat ini masih jam istirahat. Tyas baru saja kembali makan siang, tetapi bukannya kembali ke ruang finance, dia malah menyangkut di lorong tepat di depan ruang loker para karyawan kitchen. Ia sedang menunggu Yulia sahabatnya yang sedang mengambil pesanannya. Yulia ini jago buat jajanan tradisional, Tyas penggila kudapan manis dan meminta Yulia yang sedang mendapat pesanan membuatkan kue putu mayang, ikut memesan. Baru sempat di ambilnya.

Yulia muncul membawa sebuah tote bag, yang diyakini Tyas isinya pesanan dia. "Lama banget sih, Lia! Gue kan nggak sabar makan si manis ini!" katanya memanggil putu mayang—si manis—karena namanya begitu manis sesuai dengan kuah gula alias kinca yang di guyurkannya nanti pada kue tersebut.

Baru membayangkannya saja, air liurnya sudah hampir menetes!

"gue bikin banyak, kasih teh Rere sama Santi."

"Oke Sippp!" Tyas mengintip isinya, dan tersenyum senang saat mencium aroma pandan dan gula merah, serta santan yang tercium.

"Gue pisahkan juga buat Sita, nanti gue titip suaminya." Tyas memang meminta terang-terangan di grup gibah mereka, tentu saja Sita yang memang sedang masa mengidam-ngidamnya langsung muncul dan berteriak harus di bawakan.

"Nggak kita aja yang antar sekalian main ke rumahnya?"

Yulia tersenyum kecil, "Bilang aja lo mau makan tiramisu gratisan!" Tyas tidak mengelak, dia malah menyeringai. "Udah ah gue balik dapur, resto lagi rame." Usirnya tanpa menunggu langsung kembali ke dalam kitchen.

Tyas segera beranjak dari saja, tepat di ujung lorong dia berpapasan dengan Chef ganteng yang melangkah ke arahnya, Chef yang tidak lain suaminya Sita. Memakai chef jaket kebangaan hotel, ditangannya ia membawa sebuah kertas.

"Siang chef." Semenjak dekat dengan Sita bahkan setelah menikah, Chef Arsya kian ramah pada sahabat-sahabat sita.

"Siang juga Tyas, dari dapur?"

"Iya nih chef, ambil pesanan dari Yulia."

Arsya mengangguk, "Sita juga terus teror saya, mengingatkan agar nggak lupa bawa kue putu mayang buatan Yulia, padahal saya bisa buatkan kalau dia mau."

"Ya ampun! Chef manis sekali sih!" Sita yang di perlakukan seromantis itu sama suaminya, Tyas yang tersipu. Ada-ada saja Tyas ini.

Arsya tertawa. "tapi, teh sita sehat kan chef?" Sita mengeluh pusing dan mual beberapa waktu lalu. Di grup juga setiap di tanya, dia hanya jawab sedang menyesuaikan kondisinya.

"Trimester awal mungkin ya, jadi mual sama sensitif aja sama bau-bauan yang menyengat. Saya bahkan mulai meninggalkan parfum" beritahunya tanpa ragu, karena Arsya tahu seberapa dekat Sita dengan para sahabatnya itu.

Tyas jadi membayangkan bagaimana kondisi Sita menghadapi kehamilannya itu.

***

"Makan apa Tyas?"

"Ya Allah si bapak hobi banget buat jantung Tyas mau copot!" putu mayang yang hampir masuk ke mulutnya gagal, begitu Dhito dengan Hugo boss menguar darinya membuat Tyas terkejut sekaligus hampir melayang karena wanginya. Akhir-akhir ini kepala Hrd itu senang sekali membuat dia terkejut.

Dhito tertawa—Dhito charming as usual. Pikir Tyas sambil memandang terang-terangan wajah dan penampilan lelaki itu.

"Kamu terlalu asyik makan kuenya, sampai nggak sadar saya berdiri di sini sejak tadi."

Tyas menyengir. "Bapak nih nggak cukup apa buat jantung Tyas berdebar-debar saja, sekarang juga buat jantung Tyas mau copot!" Keluhannya masih terselip gurauan khas dia pada dhito.

Bukan Cinta diam-diam [no secret!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang