Meredakan detak tak normal di dada, perlahan ia menarik diri meski kening mereka masih menyatu. Lelaki itu terdiam beberapa detik menatap wajah jelita bersemu merah di kedua pipi, bibirnya merekah bagai kelopak bunga mawar yang indah. Tidak berhenti di situ, ia menatap alis tebal tertata rapi membingkai kelopak mata tertutup.
Ini gila, bagaimana bisa ia begitu menginginkan wanita yang jelas telah memiliki kekasih.
Dhito tahu ini jelas salah.
Menutup mata sebentar, Dhito harus melepaskannya... menjauh adalah pilihan tepat agar ia tetap waras. Merebut kekasih orang lain bukanlah dirinya, tidak akan pernah mengukir cinta diatas luka orang lain.
"Kamu benar, menjauh memang terbaik buat kita." Bisiknya berhasil membuat kelopak mata tersebut terbuka sepenuhnya, lalu tatapan terkesiap terlihat di sana. Bibirnya bergetar seakan ingin mengatakan, namun ia berusaha menahannya.
Congrast, lo berhasil jadi brengsek.. Dhito! Setelah menciumnya lalu mengatakan kalimat itu.
Ada perdebatan di dalam sana yang tidak setuju atas tindakannya ini.
Menunggu, Dhito berharap mendapat satu tamparan sebagai apresiasi sudah berbuat kurang ajar. tapi, ia justru tercengang saat dengan cepat Tyas malah keluar dari mobil.
Bruk!
Membanting pintu. Dhito tetap bertahan menatap langkah demi langkah cepat wanita itu masuk melewati gerbang tinggi di depannya, seiring Dhito mengepalkan tangan di atas setir mobil, menghentikan dirinya yang beringinan kuat untuk mengejar. Dia benar-benar memukul setir dengan kepalan tangannya.
"Brengsek!" serunya memaki dirinya sendiri karena tadi tidak bisa mengendalikan diri untuk tidak mencium Tyas
Lalu sekarang apa? Tentu saja Tyas akan semakin menjauh darinya.
Amazing! Wanita itu tidak hanya berhasil menarik rasa penasarannya tapi, membuat dia belajar melepaskan justru saat ia mulai mencintai.
***
Menatap wajah cantik terbingkai di beberapa foto yang mereka ambil saat Rafting di Bali waktu itu-Tyas tertawa lepas saat mereka melewati satu titik turunan tinggi, setelah itu ada foto bagus lainnya, mereka saling menatap dan ia ingat betul saat itu Tyas mengucapkan terima kasih.
Dhito tidak teralihkan sama sekali, meski di sekitarnya ramai oleh suara orang-orang bersorak dan suara bising musik yang mengentak-entak. Jarinya bergulir bolak-balik dari satu foto ke foto lainnya, hanya bergerak di foto terdapat Tyas.
Kegiatan itu mencuri perhatian temannya, Gege mengajukan diri untuk menemaninya malam ini setelah ia tidak bisa tidur. "Jadi wanita itu udah berhasil buat galau? Kemajuan man, lo akan punya tujuan hidup sekarang!" Dhito menoleh pada Gege, tidak menjawab ia hanya mengedikan bahu saja.
"Siapa namanya?"
"Tyas Larasati, cantikkan bro?" tanyanya.
Gege meneguk bir pesanannya, "Cantik, pantas teman gue jadi tergila-gila."
Dhito tersenyum kecut, mengingat apa yang sudah terjadi tadi diantara mereka. "Sayangnya, dia udah jadi milik orang lain."
"udah bersuami?" tanya Gege sedikit berteriak
Dhito menyimpan ponsel sebelum meneguk minumannya. "Bukan, kekasih." Jawabnya.
"Gue pikir udah bersuami, hampir aja jantung gue lepas!" Terdengar lega, ternyata temannya masih waras tidak menyukai istri orang lain.
"Meski begitu, gue tetap aja terlarang untuk mendekatinya."
"Sebelum cincin suci pernikahan melingkar di jari manis wanita tersebut, lo masih punya harapan man! Doakan aja siapa pun lelaki yang sedang bersamanya saat ini bukan jodohnya, atau harus mulai move on cari wanita lain nggak akan sulit buat lo!" Gege melirik beberapa wanita sejak tadi mencuri pandang ke arah sahabatnya itu, dhito tidak serius mendengarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
ChickLitTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...