Dalam hidup, kita sering kali ditempatkan pada satu sudut yang memerangkap. Begitulah yang Dhito rasakan saat ini, penasaran pada seorang gadis membuat dia bertindak diluar hal-hal biasanya.
Dia memang players, mendapatkan wanita mana pun bukanlah hal yang menguras waktu atau tenaga. Tapi, dia masih cukup waras merebut wanita yang jelas-jelas telah memiliki pasangan.
Tidak.. tidak, dia hanya ingin dekat sebagai teman! Itu saja! Hatinya terus saja menyangkal.
Tidak dengan kenyataan malam ini, setelah berhasil meruntuhkan formal yang membentang diantara dia dan Tyas, Dhito seakan membuat itu sebagai jalan bisa menghabiskan waktu bersama wanita itu setiap kali punya kesempatan.
Memerangkap, dia sedang melakukan itu pada dirinya sendiri!
Geez!
"Jadi mampir, kan?" Suara lembut itu menyadarkan Dhito dari lamunannya.
Dhito mematikan mesin mobil setelah menemukan tempat yang pas dan aman di halaman indekos Tyas. Ajakan spontan menghabiskan satu porsi martabak keju tadi disetujui, tempat kos wanita itu jadi pilihan.
"Iya.. Hm.. tempat kos kamu ada aturan tertentu?"
"Ada, kami nggak bisa bebas terima tamu laki-laki dijam tertentu." Kata Tyas memberitahu aturan di indekos khusus putri yang dia tempati.
Kening Dhito mengerut "Lho terus kenapa kita di sini?"
"Ya, nggak apa-apa masih sore. maksud aku aturan jam malam. Jadi, nanti sebelum di tegur ibu kos, sebelum jam sembilan kamu pulang."
"Oh! Aku kira benaran nggak boleh sama sekali."
"Boleh, cuman mulai jam sembilan nanti ada yang patroli kalau masih ada tamu, ya wajib lapor, kasih ktp dan kalau nggak bisa buktikan masih ada hubungan saudara, siap-siap di usir." Jelasnya.
Mendengar tempat indekos pilihan Tyas terbilang nyaman dan aman, terlebih aturan yang tegas, membuat Dhito entah mengapa bisa bernapas lega, artinya Tyas aman tinggal disini.
Lho kenapa dia jadi khawatir pada Tyas? Hatinya berbisik.
Tyas terkekeh melihat wajah Dhito yang tadi hampir bingung, lalu mereka keluar dari mobil menuju kamar kos Tyas yang kebetulan berada dilantai bawah dan menghuni kamar paling depan.
***
Mata tajam lelaki itu tidak berhenti menyelidik setiap sudut bangunan dua lantai tersebut dengan puluhan pintu yang berjajar dan pengamanan yang cukup ketat, di depan ada pos keamanan, beberapa CCTV terpasang, gerbang tinggi kokoh membentengi bangunan di dalamnya, ada halaman luas untuk parkir motor dan mobil. Walau indekos yang di pilih Tyas terbilang sederhana dan terjangkau kaum pekerja sepertinya, tempat ini jauh terlihat nyaman dan cocok untuk gadis seperti Tyas.
Dhito berdiri di belakang Tyas yang sedang berusaha membuka pintu putih kamarnya, begitu berhasil ia memiringkan tubuh lalu membuka pintu kamar.
"Sori ya, tempatnya sempit." Kata Tyas sambil melangkah masuk, pintu dibiarkan tetap terbuka. Dia melepaskan sepatu, meletakan dengan rapi di rak sepatu yang berada tepat di dekat pintu. Dhito mengikuti, melepas sepatu sebelum masuk ke kamar Tyas.
"Cukup luas, nyaman dan bersih." Dhito bicara jujur, selain aroma manis khas seperti parfum yang di pakai Tyas, kamarnya terbilang sangat rapi, juga bersih.
Tyas menyimpan tas diatas meja, dia kemudian menuju lemari es satu pintu yang ada di sudut kamar. "Mau minum apa?"
"Air putih aja, ini martabak manis akan aneh kalau minum yang manis juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
ChickLitTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...