Run Off

20K 2.1K 13
                                    

Minggu pagi ini ada yang berbeda, Tyas sudah bangun sejak pagi dan bersiap datang ke acara pengajian empat bulan kehamilan Sita. Mengondisikan dengan acara, Tyas terlihat cantik dan anggun memakai gamis model turki berwarna Baby blue dan kerudung putih menutupi kepala.

Teh Santi: Gue udah di depan.

Satu pesan dari santi masuk, Tyas segera bergegas keluar setelah memastikan tidak ada yang tertinggal dan kamar aman untuk di tinggalkan.

Benar saja, Rere dan Santi bersama anak-anaknya sudah menunggu di dalam mobil. Yulia tidak bisa hadir karena harus masuk kerja, Minggu ini ia mendapat weekend list di BM hotel.

"Para bapak nggak ikut?" Tanya Tyas begitu duduk di kursi belakang bersama anak Rere, "Duh ponakan ntie-yas cantik-cantik sekali!" Pujinya pada Arsila dan Thalia yang hari ini memakai gamis bermotif bunga-bunga.

Mereka segera salim padanya tanpa disuruh. Sementara Santi sepertinya tidak mengajak anaknya. "ntie-yas juga cantik." Jawab Arsila, gadis cantik berusia delapan tahun sementara adiknya yang berjarak tiga tahun di bawahnya sudah kembali pada video klip lagu anak-anak di ponsel ibunya.

"Makasih sayangku." Tyas menyengir lebar lalu beralih pada dua sahabatnya yang duduk di depan.

"Laki gue belum balik kali!" Suami Rere memang sedang ada seminar di luar kota.

"Nah teh santi, buntut sama kepalanya nggak diajak?"

"Suami gue mana mau ikut, eh anak gue juga nggak boleh di bawa karena pasti rumah sepi."

"Enak dong berasa gadis lagi." Gurau Tyas.

Santi tertawa, "Iyalah, muka gue kan Baby face. Orang nggak akan menyangka usia gue udah kepala tiga." Ujarnya percaya diri.

Tyas dan Rere berdecak bersama, "Ckck.. Mana ada puji diri sendiri begitu!" Keluh Rere dan Tyas tertawa.

Butuh waktu satu jam menuju bukit Dago karena hari minggu jalanan Bandung sangat ramai dan padat. Sesampai di sana, parkir Sacred Resto sudah di penuhi mobil-mobil para tamu. Resto sengaja di tutup untuk umum hari ini, resto di ubah untuk acara pengajian empat bulanan Sita.

"Sepertinya acara besar-besaran nih." Komentar Santi juga mengamati situasi ramai di depan mereka.

Tyas mengangguk, "Jelaslah, Chef Arsya sampai ambil cuti lho dari kemarin. Kata teh Sita, suaminya lebai, masa mau empat bulanan nyawa ballroom hotel. Teh Sita tentu nggak setujulah, katanya bukan tempatnya, kurang religius. Jadilah, di resto terus mengundang anak yatim dan ibu-ibu pengajian gitu." Sita bercerita hal itu minggu lalu di grup mereka.

"Arsya really love her, Tyas. Dia juga terlihat bahagia banget Sita hamil." Kata Rere, ia mematikan mesin mobil setelah mendapat ruang parkir. "Ayo keluar sekarang!"

Acara benar-benar megah, makanan berjejer rapi dengan menu beragam bersanding dengan kue-kue tradisional sampai modern begitu juga minumannya. Dekor dengan dominan putih dan bunga berwarna pastel menjadi pilihan acara empat bulanan sahabatnya itu.

"Mana sita?" Tanya Rere begitu tidak menemukan sang ratu acara hari ini.

"Eh itu tanya Azmi aja!" Tyas yang pertama kali menemukan putra tampan Sita, anak itu memakai baju muslim putih. Ia sedang berjalan bergandengan bersama gadis cantik seusianya menggunakan gamis putih. Gadis kecil itu merupakan anak dari kakaknya Arsya.

"Azmi—aduh!" seru Tyas memanggil azmi dengan lantang dan Santi langsung mencubit lengannya. "Kenapa sih teh!" keluhnya kesal.

"Kenapa-kenapa! Tau aturan dong Tyas, di tempat ramai udah pakai baju anggun seperti putri Turki, masih aja bar-bar!" omelnya.

Bukan Cinta diam-diam [no secret!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang