Dalam hidup kita kerap sampai pada titik kesadaran bahwa, bagi Sang Pencipta untuk mengubah kehidupan dari satu fase ke fase lainnya hanya perlu waktu sangat singkat, sekejap yang tidak akan pernah sampai pada pikiran manusia biasa. Tidak ada manusia dapat mengetahui apa yang terjadi di detik berikutnya. Begitu pun dengan Tyas, jika bukan karena tidak merasakan langsung sampai saat ini, hari berganti hari sampai genap menjadi seminggu, lalu berubah menjadi bulan, ia tidak akan percaya kini statusnya tidak lagi sendiri melainkan ada Dhito yang mengklaim sebagai pacar.
Perubahan tidak hanya terasa sebagai status saja, Setiap hari mulai merasakan siklus kegiatan yang berubah. Pergi-pulang Tyas jarang sendiri atau ikut bersama Rere, Dhito selalu menyempatkan diri menjemput dan mengantar. Padahal Tyas sudah menolak, ia tidak ingin merepotkan lelaki tersebut meski berakhir sia-sia. Bukan, Dhito tidak bisa begitu saja di beri label sebagai New Bucin alias budak cinta--kata sahabatnya--karena baginya lelaki yang lebih perhatian pada pacarnya bukan bentuk perbudakan cinta, melainkan bentuk kasih nyata.
Hari ini, Dhito absen menjemput Tyas karena ada Brifing penting. Lelaki itu bahkan belum mengabari sama sekali. Mungkin sedang sibuk, pikir Tyas tidak sedikit pun negatif.
Menjelang siang, Tyas memang biasa buat minuman segera pergi ke Pantry yang terlihat sepi bahkan tidak terlihat office boy berada di sana. Meneruskan langkah ia begitu hafal letak-letak cangkir dan juga minuman instan yang banyak di nikmati karyawan finance dan pilihan hari ini membuat lemon tea dengan tambahan madu.
Tyas baru selesai membuat lemon tea, tiba-tiba terkejut saat mendengar pintu Pantry di tutup lalu di ikuti suara langkah seseorang, segera berbalik mendapati Dhito muncul dengan senyum merekah lalu tanpa di tawari langsung mengambil gelas milik Tyas dan meminumnya.
"Ya ampun! Itu punyaku!" Protes Tyas terlambat karena teh yang memang sengaja tidak di seduh dengan air terlalu panas, hanya air hangat langsung mudah di habiskan Dhito.
"Terima kasih, minum ini sangat pas di nikmati saat hujan turun kayak sekarang" ucapnya tanpa dosa, dia suka sekali menggoda Tyas.
Seharian ini, Bandung memang sedang di guyur hujan sejak pagi. Tyas bahkan sengaja memakai sweater rajut.
Memutar bola matanya malas, Tyas tidak pedulikan seringai jahil sang pacar yang sering sekali di tunjukan akhir-akhir ini.
"Nikmat, sayangnya itu bukan sengaja aku buat untuk kamu!" gerutunya lalu Tyas berbalik, mengambil gelas baru dan bersiap menyiapkan minuman lain tentu saja seleranya pada lemon tea sudah hilang.
Uhm... semua gara-gara orang yang nggak di undang ini! Iya.. siapa lagi kalau bukan Dhito. batinnya.
"Sepertinya minuman lain lagi?" suara Dhito terdengar jelas karena lelaki itu sudah berdiri tepat di belakangnya, sedang memerhatikan. Tyas memang memilih menyeduh minuman matcha instan di banding teh lemon madu yang jauh lebih rumit, harus memeras lemon juga menuangkan madu.
"Sudah tau, masih aja bertanya!" Katanya lalu sedetik kemudian dia tersentak karena Dhito malah memeluknya "Dhito!" gerakan sendok sedang mengaduk-aduk minuman terhenti karena perlakuannya.
"Iya, sayang..." jawabnya berbisik di telinga Tyas.
"Ngapain sih seperti ini?!" Protes Tyas sudah berdebar karena posisi mereka berbahaya, bisa jadi gosip jika ada yang menangkap basah.
"Peluk pacar aku.. di luar hujan, kamu nggak dingin?" santai sekali tanggapan lelaki itu.
Luar biasa nyebelin untung sayang! gerutu Tyas di dalam hati.
"Modus aja! Lepas nggak?!"
"Nggak!"
"Dhito!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
ChickLitTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...