Hidupnya jauh lebih ringan, semua ini karena hubungan dengan Mami jauh lebih baik di banding dulu selalu dihiasi perdebatan tak henti-henti. Mami benar-benar berusaha mengerti pilihan Tyas, terlihat saat Dhito datang ke rumah menjemput dan mengantarnya, Mami tidak memberi tatapan dingin padanya meski tidak pula langsung hangat. Tyas tahu, Mami butuh waktu untuk pastikan Dhito adalah lelaki terbaik untuk jadi pendampingnya.
Wajah merona membuat semua teman-temannya tahu bahwa Tyas memang sedang diliputi rasa bahagia, pulang kerja Jumat malam, mereka semua berencana untuk menengok Sita yang tadi pagi melahirkan dengan selamat putrinya dan Chef Arsya. Sayangnya, Tyas tidak bisa bareng dengan Rere, Santi juga Yulia karena dia lupa membeli kado. Tyas akan menyusul diantar Dhito nanti setelah membeli kado.
"Jangan pada bubar dulu sebelum gue datang." Pintanya pada yang lain ketika berpisah di tempat parkir dengan sahabatnya, Tyas juga menunggu Dhito yang baru selesai dengan meeting.
"Makanya jangan pacaran, langsung fokus cari kado terus nyusul!" Santi mencibir seperti biasa, membuat Tyas mencebikkan bibirnya kesal.
"Iya ini juga mau cari kado... tapi, sekalian pacaranlah." Kata Tyas balas menggoda teman-temannya.
"Yeah dasar, centil!" Cibir Santi kembali, sementara Rere sudah membuka pintu mobil di ikuti Yulia yang masuk ke bagian belakang, mereka tersenyum melihat kelakuan Tyas-Santi.
"Biarin, centil sama pacar sendiri!" Lalu Tyas tersenyum melihat Dhito melangkah menuju mereka.
"Tuh sudah datang pangeran kodok lo, awas jangan lama-lama!" ancam Santi lalu menyusul yang lain masuk ke mobil.
"Siapa pangeran kodok?" Tanya Dhito curi dengar ucapan terakhir Santi.
Tyas berjalan menuju Mobil Dhito, di ikuti lelaki itu yang kemudian membuka pintu mobil untuk kekasihnya. "Kamu."
"Aku?" Tyas tersenyum melihat Dhito bingung dengan kalimat konyol teman-temannya.
"Kamu kodok bukan?"
"Bukanlah, aku manusia." Jawab Dhito lurus, belum sadar di kerjai pacarnya.
Tyas tidak tahan untuk tidak merasa gemas pada ekspresi serius kekasihnya, dengan gerakan cepat Tyas menggigit dagu Dhito. Membuat lelaki itu tercengang karena keberanian Tyas.
"Gemas banget sih pacarku, Ya iyalah mana mau aku sama kamu kalau kamu kodok." Dan kalimat itu membuat Dhito sadar sedang di jahili kekasihnya.
Dhito menggeleng kecil, lalu mengusap kepala Tyas. "Gemasnya di tahan ya, kalau aku sudah di dalam mobil atau apartemen kamu bisa gemas sepuasnya terus aku sedia di gigit-gigit yang lain."
"Ih Pacarku mesum!"
"Kamu mancing sih." balasnya santai lalu menutup pintu Tyas dan pastikan sudah aman, barulah dia berjalan memutar masuk ke bagian kemudi, menatap Tyas yang mukanya sudah memerah.
"Tuh pikirannya udah jauh, sabar ya sayang sampai halal." Kata Dhito, Tyas makin merona lalu salah tingkah dengan meninju pelan bahu Dhito.
"Apaan sih!" Keluhnya dengan nada manja, membuat Dhito mengulurkan tangan mengambil tangan wanita itu dan menciumnya.
"I love you, harusnya kamu bilang gitu."
"Dhito! udah ah, kapan jalannya! Nanti teman-temanku keburu bubar!" omelnya. Dhito tertawa, barulah menjalankan mobil meninggalkan kawasan BM hotel.
"Iya, sayang..."
Tyas... Tyas, sejak dulu wanita itu selalu mampu membuat hal kecil jadi menyenangkan seperti sekarang. Rona merah di pipi wanita jelita itu menjadi pemandangan favorit terbaru untuknya. Rasanya, dunia hanya milik mereka yang punya cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
Chick-LitTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...