Tyas Larasati

28.1K 2.9K 23
                                    

Bunyi ketukan pintu terus terdengar sejak tadi, tetapi hal itu tidak cukup kuat membuat wanita yang sedang bergelung nyaman di dalam selimut tebal berwarna merah muda dengan motif bunga kecil-kecil itu terusik.

Tok.. tok.. tok..

Kembali orang di balik itu mengetuk pintunya, tampak tergesa dan tidak sabar.

"Ya Tuhan siapa sih orang yang nggak tahu ini Weekend.. w-e-e-k-e-n-d!" Dia menggeram kesal sambil mengeja kata terakhirnya, padahal percuma karena orang yang di luar pun tidak akan dengar. Tyas paling benci jika hari leha-lehanya di rusak seperti itu.

Dia menarik selimut kian tinggi sampai melewati kepala, tidak berniat sedikit pun untuk beranjak dari sana. Kelembutan seprai terlalu membuainya di sebuah kamar indekos sederhana. Tyas memang memilih tempat kos tidak jauh dari tempat kerjanya, walau harus setengah jam naik angkutan umum dulu atau menumpang pada Rere yang kebetulan rumahnya searah untuk sampai BM Hotel.

Tyas pikir dia sudah terbebas dari gangguan ketukan pintu tersebut saat perlahan tidak lagi terdengar.

"Baguslah orang itu tahu diri, sebelum di amuk!" gumamnya kembali memejamkan mata.

Namun, kesenangannya hanya beberapa detik karena berikutnya suara Ariana Grande menyanyikan lagu Thank you, Next terdengar begitu mengganggu. Padahal Tyas memilih lagu itu karena sangat mengagumi penyanyi mungil dan cantik tersebut. Tetapi saat-saat Weekend dan bermalas-malasan jelas, mau Ariana datang langsung di depan pintu kos dan nyanyi, Tyas tetap tidak akan peduli.

Geez! Pikiran apa itu, Tyas akan menyesalinya nanti kalau Ariana Grande benar-benar mengamen di depan pintu kosnya.

Kanjeng Ratu Calling—begitu melihat nama sang ibu di layar ponselnya, Tyas bergerak cepat dan menjawabnya.

"Tyas, kamu di mana?" langsung saja ibunya bertanya dengan nada kesal yang tidak di tutupi.

"Mami, Tyas di kos." Tyas segera berdiri, dia belum mandi padahal sudah jam sembilan pagi, masih memakai kaos lusuh kebesaran yang menutupi celana bahan tipis yang super pendek.

"Mami di depan pintu, cepat buka!'

"Ma—tut...tut" Tyas menarik napas dalam-dalam, lalu melangkah gontai untuk segera membuka pintu, ia pasrah setelah ini Mami jelas akan mengomel.

Kalau sudah begini jelas Tyas tidak bisa mengamuk, yang ada dia yang akan di amuk!

***

Tyas menatap ibunya yang selalu terlihat mahal dengan pakaiannya yang modis khas istri-istri pengusaha atau pejabat kaya, tampak tidak suka melihat kamar kos yang ditempati putri satu-satunya itu terlihat berantakan dan tidak layak.

"Mami akan lapor ke Papi, setuju atau nggak kamu kembali ke rumah!"

Bahu Tyas merosot, ditatap mata Mami yang terlihat marah tersebut. "Papi pasti akan dengarkan Tyas, Mi. Aku belum mau kembali!"

"mau sampai kapan? Sudah cukup kami membiarkan kamu hidup sesukamu begini!" Lalu mami berdiri, clutch hitam di tangannya tidak sedikit pun dia lepas bahkan sepertinya tidak layak untuk tergeletak sembarangan di ranjang jika mengingat harganya serupa harga motor matic baru.

"Mami mau pulang?" Tyas tahu watak Mami lebih keras dari Papi, jadi Tyas tidak akan mendebat, yang ada dia yang malah di seret pulang saat itu juga.

"Mami ada arisan." Mami menunjuk makanan yang dibawanya sudah tertata di meja kecil kamar kos. "Makan yang banyak, itu sehat. Mami nggak tahu selama ini pola makanan yang kamu konsumsi seperti apa."

"Iya Mami, makasih." Kata Tyas tidak bersemangat.

"Satu lagi, Mobil kamu di luar"

Mendengar itu Tyas membulatkan matanya. "Tyas nggak minta mobil di antarkan!"

Bukan Cinta diam-diam [no secret!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang