Tyas jengkel sekali, padahal semalam acara tunangan Tara berjalan lancar sampai mood-nya anjlok saat Mami memaksa dia berkenalan dengan, Rian, anak tante Melinda. Lelaki yang memang memiliki wajah rupawan, tinggi, dan berkulit lebih putih dari Tyas. Dia jadi ingat pria-pria Korea, jika melihat Rian.
Dia memang tidak punya kriteria khusus soal pria, terpenting enak di pandang dan mampu mendebarkan jantungnya. Walau Tyas pernah berkelakar, bahwa profesi juga membuat nilai plus untuk kriterianya, misalnya seperti Chef Arsya, suami Sita. Bukan karena suka pada suami sahabatnya itu, Tyas yakin semua wanita yang pernah bertemu Chef Arsya pasti setuju, bahwa lelaki itu berkarisma dengan profesi yang dinilai keren tersebut.
Berkenalan dengan Rian, si pengacara sukses yang ternyata sahabat Tara. Tyas justru tidak merasakan apa pun, dia malah tidak nyaman saat Rian malah sebaliknya, menempeli dan terus mengajaknya mengobrol.
Astaga, sejauh ini yang terakhir berhasil buat dia berdebar hanya saat bersama Dhito—pikiran kacau malah buat dia jadi memikirkan lelaki itu.
“Dhito benaran di Bali..” Gumamnya.
kembali harus mengingat bagaimana berhasil melarikan diri dari resto dan Tara gelisah terus menanyakan keberadaannya malam itu. Kata Tara, ia bertemu rekan kerjanya yang tempo lalu di kelab sampai Tara tahu alasan larinya malam itu. Malah Tara jadi curiga.
Ingatan Tyas berputar pada malam itu, saat Tara kembali ke Villa dan menemui di kamarnya, yang lebih dulu sampai Villa
“Kamu suka sama lelaki itu?” tuduhnya sembarangan saja.
“dih, datang-datang ngomongnya asal. Kesambet leak di jalan, ya?!” gurau dia menyebut sosok mistis familier di Bali.
Tyas memeluk guling semakin erat, membiarkan Tara duduk di sisi ranjang. “Sembarangan!” Tyas terkekeh “Tadi aku ketemu cowok yang kamu pergoki di kelab itu, kepala Hrd di hotel tempatmu kerja, kan?”
“Terus dia lihat kamu lagi sama Cla dong?” Dhito, tahunya Tara sebagai kekasihnya. Lalu bagaimana jika Dhito menangkap kemesraan Tara dengan Clarisa, sebentar lagi pasti Dhito akan tahu identitasnya!
Memikirkan itu membuat Tyas jadi gelisah.
“Tenang saja, aku yakin dia nggak melihat. Aku yakinnya, dia lihat kamu deh, Tyas. Dia seperti terburu-buru sampai menabrak aku di pintu mau keluar resto.” Cerita Tara.
“Bagus deh.” Tanggapnya lega, dhito tidak melihat Tara dengan Clarisa. Kalau soal Dhito melihatnya, Tyas sih sudah tahu. Itu urusan gampang, terpenting tidak tertangkap basah. Nanti dia bisa berpura-pura dan mengatakan Dhito mungkin salah lihat.
Pikirannya sudah jauh memikirkan jawaban mengelak yang tepat.
“kamu kabur karena takut ketahuan identitasmu, atau he-um.. kamu suka sama dia?” Tyas membulatkan matanya mendengar tebakan tara.
“mentang-mentang kamu pengacara, jadi sering praduga gitu!” Tyas menggeram kesal.
“Berarti nggak suka, kan?”
“Iyalah, jelas-jelas kamu kan lihat dia lagi sama cewek. Kelihatan buaya gitu, masa kamu mau aku sama cowok seperti itu!”
Tara terkekeh, dia terdengar menghela napas dan Tyas menangkap nada lega. “Syukurlah, kamu tahu! Jelaslah aku nggak akan setuju kamu sama cowok buaya seperti bos di tempat kerjamu itu, lebih baik kamu sebatas profesional saja kalau interaksi sama dia. Menghindar, jangan kasih kesempatan dia dekat sama kamu. Buaya itu, cukup dengan matanya saja dan gerakan halus dia bisa mendapatkan mangsanya. Sama seperti buaya darat.” Kata Tara memperingati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
ChickLitTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...