"True friend no only accept who you are, but also help you become who you should be." -Anonim
***
Seperti mengupas cangkang yang menutupi dirinya selama ini, Rere dan Santi tidak melepaskan ia begitu saja. Di sinilah mereka sekarang, rumah Rere. Memastikan anak-anaknya sudah berganti pakaian, lanjut tidur siang yang terganggu tadi. Mereka menyandera Tyas untuk tetap di sana sampai semuanya jelas.
Santi dan Rere sama-sama diam, mencoba sabar jadi pendengar baik sampai Tyas selesai bercerita dan memberi alasan atas tindakan yang selama ini seperti menipu mereka.
Melirik Rere, Santi membiarkan wanita itu berkomentar lebih dulu. Rere mengangguk, usia di kepala tiga membuatnya lebih tenang menghadapi setiap masalah.
Menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya, "Setelah Sita sekarang lo." Katanya berujar pelan.
di tatapnya Tyas yang duduk di depan mereka, terlihat tegang sekali seperti terdakwa menunggu hakim mengetuk palu keputusan hidupnya. "Gue nggak tahu mengapa kalian kompak menipu kita-"
"sorry for that, teh." Sesal Tyas.
"Tyas, awas aja lo sekali lagi penggal omongan gue, kepala lo yang gue penggal!" ancam Rere sedikit kesal karena Tyas tidak biarkan selesaikan kalimatnya. Tyas terkesiap langsung bungkam. "Kenapa gue bilang kalian menipu, memang begitu adanya. Karena perkenalan sampai kita dekat seperti sekarang, lo dan sita menipu dengan merahasiakan identitas sebenarnya."
"Setuju." Santi mengangguk.
"gue nggak akan menghakimi kalian dengan keputusan tersebut. Melihat sita dengan masa lalunya menurut gue itu wajar, ada luka yang membuat ia trauma sampai mempercayai orang lagi itu sulit. Mungkin, caranya itu memang terbaik untuknya. Tapi, gue belum paham dengan pemikiran lo. Apa yang salah dengan latar belakang keluarga lo-"
"Astaga, Adam Rashid? Really? Dia dan sang istri terlihat sempurna sebagai pasangan dan gue yakin dia orang tua yang sempurna juga-"
"San!" tegur Rere beri lirikan kesal karena Santi ikut-ikutan memotong kalimatnya.
Santi tersenyum salah tingkah, "Sorry Rere, lanjut... lanjut!"
Menghela napas kembali demi mendapat kesabaran ekstra, Rere menatap Tyas serius. "Gue lupa mau ngomong apa! ckck.."
"Gue paham maksud lo, teh. Boleh gue ngomong sekarang?" Tyas angkat bicara. Rere mengangguk, memberi Tyas kesempatan. "Seperti teh Sita yang punya masa lalu, gue pun sama." semua berubah dan keputusan di ambil selain karena Tyas yang ingin mandiri. Lingkungan dan teman yang ditemui di masa lalu menjadi sebab, mengapa ia memilih menutupi latar belakang orang tuanya dari teman-temannya sekarang.
Dari anak-anak, remaja dan beranjak dewasa. Teman yang ia temui semuanya palsu, berteman karena memanfaatkan ia yang merupakan anak Adam Rashid. Hidup penuh fasilitas, membuat teman-temannya dulu kerap memanfaatkan. Semua tidak tulus terlebih ia sendiri pernah dengar orang-orang yang mengaku teman itu malah membicarakan ia di belakang-Kalau bukan anak Adam Rashid, gue sih ogah berteman sama dia-kalimat itu selalu terngiang di telinganya. Menurut mereka, Tyas adalah teman yang membosankan.
"Gue hanya mau di kenal sebagai Tyas Larasati tanpa Rashid. Lebih baik gue yang palsu, kan? daripada gue muncul dengan keaslian, tapi mendapat teman palsu?" Kata Tyas setelah menceritakan semuanya. "Apa salah kalau gue cuman mau jadi diri sendiri tanpa bayang-bayang nama besar bokap? Gue lebih bahagia kalau orang menghargai gue meski hanya menghasilkan sesuatu yang kecil tapi hasil usaha sendiri. Gue lebih bahagia kalau orang menerima gue sebagai Tyas Larasati si biggosip dibanding Tyas Larasati Rashid si anak bigboss."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Cinta diam-diam [no secret!]
ChickLitTidak ada rahasia! Begitulah Tyas Larasati, si jelita berusia 25 tahun penghuni Finance BM Hotel yang terkenal suka bergosip. Termasuk urusan hati--bukan lagi pengagum rahasia--Tyas dengan terang-terangan mengaku suka pada Dhito, director of human...