Tiora mengerjapkan mata sekaligus menggeliat di atas tempat tidurnya. Saat dia melirik ke samping, Vano masih tertidur cukup pulas dalam keadaan lelah. Padahal sebentar lagi, Vano harus segera berangkat ke bandara. Mengingat, pria itu memilih jadwal penerbangan pagi menuju Bali.
Tiora tidak membangunkan Vano. Ada suatu hal yang harus dia kerjakan, tanpa diketahui oleh pria itu. Saat kakinya menyentuh lantai dan bokongnya sedikit terangkat, tiba-tiba sebuah rangkulan memaksa Tiora membatalkan niatnya.
"Mau ke mana?" tanya si pemilik tangan. Mata hitam nan teduh itu menyambut Tiora saat perempuan itu setengah berbalik, menolehkan kepalanya ke arah Vano. "Jangan pergi, aku mau bermalas-malasan lebih lama sama kamu sebelum berangkat."
"Mau ke kamar mandi, buang air kecil. Masa harus aku tahan?" ucap Tiora sebelum Vano menahannya lebih lama. "Cuma sebentar."
"Oh, oke." tangan Vano pamit dari pinggang Tiora. Sialnya, Tiora merasa kehilangan.
Saat Vano menarik selimut dan kembali memejamkan matanya, Tiora langsung memanfaatkan kesempatan itu untuk meraih kotak medis berwarna putih di dalam nakas dekat ranjang. Tiora melesat menuju kamar mandi, menutup pintu dengan rapat.
Di dalam sana, berulang kali Tiora menghirup dan menghela napas sebelum akhirnya dia mengambil alat uji kehamilan berwarna putih dan sebuah wadah. Tadi malam setelah menghabiskan waktu di restoran cepat saji, Tiora meminta Vano mengantarnya menuju apotek terdekat. Perempuan itu beralasan ingin membeli obat sakit kepala yang persediaannya sudah menipis di rumah. Bukannya membeli obat sakit kepala, Tiora justru membeli beberapa alat uji kehamilan tanpa memperbolehkan Vano mengikutinya ke dalam apotek.
Tiora tidak yakin. Tapi, mungkin alat itu bisa memberi jawaban baginya. Apalagi semalaman, dia tidak bisa tidur memikirkan berbagai kemungkinan yang terjadi. Tidak jarang, Tiora terbangun dan menuju dapur, mengambil air minum untuk menenangkan pikiran.
Inilah waktunya memutus rasa gelisah yang melanda itu. Tiora memilih melakukan tes kehamilan pada pagi hari. Sebab, urin di pagi hari adalah urin yang memiliki konsentrasi paling pekat dan mengandung hCG lebih tinggi daripada waktu lainnya.
Hampir lima menit berlalu. Tiora masih diselimuti rasa was-was. Matanya kembali menatap alat kehamilan di atas meja wastafel. Tiba-tiba, Tiora menutup mulut, matanya membulat lebar. Rasa was-was makin menjadi saat alat itu menunjukkan dua garis merah yang artinya saat ini dia dinyatakan positif hamil.
Tiora meraih kotak medis; mengambil dua buah alat kehamilan untuk mengujinya lagi. Mencelupkan dua alat itu ke dalam wadah dan mengawasinya. Tiora kembali menunggu selama lima menit. Sial, lima menit terasa bagaikan satu jam bagi Tiora untuk merasa yakin dengan hasilnya.
Hasilnya tetap sama.
Dua garis merah terlihat pada kedua alat uji kehamilan itu. Tiora terlalu tercengang untuk melakukan apapun. Dia membeku. Tangannya bergerak menuju perut. Ini gila, ada nyawa baru di dalam perutnya.
Demi apapun, Tiora masih tidak percaya. Dia sedikit meneteskan air mata dan menghapusnya dengan cepat. Tidak mengherankan memang, selama hampir satu minggu ini dia mengalami mual yang begitu hebat. Selain itu, dia telat datang bulan. Jadi ya.. bisa diartikan bahwa saat ini dia tengah mengandung buah cintanya dengan Vano.
"Tiora."
Tiora tercekat, perempuan itu segera merapikan alat tes kehamilan dan menyimpannya dalam kotak saat mendengar Vano mengetuk pintu kamar mandi dari luar. Vano dengan setia menatap pintu yang tertutup dengan mengetuk nyaring.
"Tiora, aku mau mandi. Kamu belum selesai?"
Masih tidak ada jawaban. Tiora bergeming, tidak berniat membukakan pintu. Dengan helaan napas panjang, Tiora akhirnya memberanikan diri membuka pintu kamar mandi. Tepat saat itu juga, Vano masuk ke dalam sana. Matanya mengawasi Tiora, sekaligus mencuri-curi pandang ke area belakang.

KAMU SEDANG MEMBACA
MR. ANNOYING
Romance[SOME PARTS ARE PRIVATE. FOLLOW TO READ.] WARNING! AKAN ADA BANYAK ADEGAN DEWASA. Tiora Lunardi, si dokter cantik yang mempunyai perasaan terpendam selama bertahun-tahun pada pria bernama Drian. Tapi, siapa sangka kalau Drian justru malah memiliki h...