18

22.3K 1.1K 16
                                    

Jari-jemari lentik Tiora sibuk memainkan tali half-moon bag mini berwarna hitam yang dia pakai. Sejak pulang dari rumah sakit menuju tempat kos, lalu terdampar di lobby bioskop yang terletak di lantai dua mall kawasan Cihampelas karena ajakan Vania untuk menonton film malam Minggu ini, tidak sedikit pun Tiora mengeluarkan suara.

Dia masih mempertahankan kebisuannya. Meski suara pengunjung yang duduk, mengantre tiket, maupun memesan makanan terdengar bersahutan dan sesekali membuyarkan lamunan. Tidak bisa dipungkiri memang ada beberapa hal mengganggu pikiran Tiora saat ini. Tapi dari beberapa hal tersebut, Stevano mengambil bagian besar alasan Tiora termenung sepanjang minggu ini. Bukan karena ciuman mereka waktu itu, tapi karena hal lain.

"Woy, Tiora!"

Tiora terlonjak, Vania membuatnya seolah tersadar dari lamunan panjang. Mata Tiora yang tadinya sayu langsung berbinar melihat dua cup mojito lime tea yang dibawa Vania saat perempuan itu kembali ke kursi tunggu bioskop setelah mengantre panjang di counter makanan di depan sana.

Vania memberikan satu cup minuman itu pada Tiora lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, "Sumpah ya, dari kemarin-kemarin sampai sekarang kerjaannya melamun terus. Gue takut lo kesambet. Lo kenapa sih?" Vania mengernyit, terlihat jelas raut wajah Tiora tidak bisa menyembunyikan kegundahan hatinya.

"Nggak kenapa-kenapa." Tiora tersenyum kaku, bergabung bersama Vania meminum minuman itu dengan pelan.

"Makanya, cari pacar dong Ra!"

Tiora hampir tersedak hingga terbatuk kecil. "Apa hubungannya melamun sama punya pacar?"

"Ya, biar ada yang gangguin lo. Biar lo nggak melamun gitu. Ngeri gue. Oh iya satu lagi, supaya ada orang yang bisa lo ajak nonton berduaan. Bukan nonton berdua sama gue. Atau lo pasang aplikasi Tinder sana, siapa tahu nasib lo kayak gue. Ketemu cowok idaman lewat aplikasi itu."

Tiora mencebik mendengar ledekan Vania. Dia langsung cemberut. Tiba-tiba, isapannya pada sedotan menjadi pelan. Tiora jadi ingat cerita Vania tentang pertemuannya dan Drian yang berkenalan melalui aplikasi Tinder. Dan ternyata... hari saat Vano mengantarnya pulang ke tempat kos yang lama, adalah hari Vania dan Drian memutuskan bertemu untuk pertama kali dan berpacaran setelah merasa cocok satu sama lain.

"Ra, sebenarnya gue mau nanya sama lo. Gue tuh udah memendam ke kepo-an gue ini. Tapi, nggak bisa. Lo tahu kan, gue ini ratu gosip."

"Lo mau ngomong apa sih?" Tiora mengernyit heran. Jari tangan kanannya memainkan sedotan minuman pesanan. "To the point aja kali."

"Beneran?" Vania menyimpan cup nya di pangkuan. "Aduh, gimana ya... habisnya rasa kepo gue ini tuh udah nggak bisa di bendung lagi."

"Kalau lo nggak jadi nanya, mending lo antre tiket sana." Tiora menunjuk wajah Vania dengan telunjuknya. "Daripada kita nunggu di kursi ini nggak jelas. Sebenarnya lo mau ajak gue nonton film apa? Kenapa lo nggak beli tiket terus daritadi?"

"Ih bentar dulu. Abis nanya ini, gue bakal langsung antre. Jadi gini..." Vania mengambil jeda panjang dan menatap penuh misteri pada Tiora, membuat Tiora menghentikan kegiatan minumnya. "Waktu di Pangalengan, lo dan Vano ke mana? Gue penasaran. Soalnya, pas lo balik ke depan pintu goa itu, lipstik di bibir lo agak sedikit berantakan. Gue jadi curiga."

Vania tersenyum dengan jenaka, sedangkan Tiora meluruskan badan, berusaha terlihat tidak salah tingkah.

"Tiora Lunardi." Vania memicingkan mata, memanggil nama Tiora dengan penuh penekanan. Entah mengapa Tiora benci mendengar namanya dipanggil seperti itu, dia menahan diri supaya Vania tidak terus-terusan mencurigainya. "Lo nggak bisa bohong sama gue. Jadi, apa yang terjadi antara lo dan-"

MR. ANNOYINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang