Rey hendak beranjak namun ponselnya lagi-lagi menghentikannya.
"Halo, maaf pak mengganggu waktunya-."
"To the point."
"Maaf pak, bapak harus ke kantor sekarang juga karena ada urusan penting."
"Saya tidak bisa."
"Maaf pak tapi ini sangat penting, kami tunggu pak."
Rey mengusap wajahnya kasar, beraninya asistennya mematikan panggilan terlebih dahulu padahal ia belum sempat berbicara.
Dengan terpaksa Rey harus menuju kantor terlebih dahulu, setidaknya ia harus memastikan tidak terjadi sesuatu mengenai perusahaannya.
Bukan maksud Rey lebih mementingkan perusahaannya dibandingkan istrinya, keduanya sangat penting dan Alisya tetap ada diposisi pertama bagi Rey.
Hanya saja kali ini keadaannya sangat rumit, Rey benar-benar tidak bisa berfikir kritis. Sedari pagi semua aktifitas yang ia jalani tidak sesuai dengan apa yang ia pikirkan.
Rey pasrah.
Rey melajukan mobilnya ke kantornya. Tidak sampai 30 menit, Rey sudah sampai di kantor.
Rey langsung masuk dan menemui asistennya namun asistennya justru malah menyuruhnya untuk mengecek sendiri dilaptopnya.
Rey masuk ke dalam ruangannya, duduk dikursi kebesarannya lalu langsung menyalakan laptopnya.
Saat laptopnya menyala, Rey justru malah terpaku melihat apa yang ia lihat di tampilan menu laptopnya.
Beberapa detik kemudian Rey tersadar, Rey menyandarkannya tubuhnya dikursinya dan menangkup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Mata Rey memanas, ia tidak bisa mencegah cairan bening lolos dari matanya namun segera ia usap dengan kasar.
Rey menjauhkan kedua telapak tangannya dari wajahnya lalu kembali menatap laptopnya, memastikan bahwa ia tadi tidak salah lihat.
Senyum haru terbit diwajah Rey bersamaan dengan Alisya yang keluar dari kamar pribadi diruangannya yang membuat Rey terkejut.
Bagaimana tidak, istrinya ada disini, didepannya, dengan senyum manis yang ia harapkan sejak tadi pagi, dan Alisya merentangkan kedua tangannya menandakan bahwa istrinya itu bersedia dipeluknya.
Rey langsung bangkit dari kursinya dan menghampiri Alisya yang berdiri tidak jauh darinya.
Rey memeluk Alisya erat, sangat erat sekali sembari menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Alisya. Ia tidak bisa menahan air matanya lagi.
Alisya membalas pelukan Rey, dielusnya punggung tegap milik sang suami. Ia bisa merasakan bahwa suaminya kini sedang menangis dipelukannya.
"Maaf ya mas."
"Congrats ya sayang" ucap Alisya lagi.
Ucapan Alisya membuat Rey memejamkan matanya, rasanya ia bahagia sekali sampai ingin menangis sepuasnya.
Rey melepaskan pelukannya lalu setelah itu menatap Alisya dalam begitupun juga Alisya.
"Sayang kamu serius?" Tanya Rey, ia masih tidak percaya dan dijawab anggukan oleh Alisya.
Rey lalu bersimpuh didepan Alisya, menjadikan kedua lututnya tumpuan untuk menahan tubuhnya. Kedua tangan Rey masih berada di pinggang Alisya.
Alisya yang gemas pun langsung mengarahkan tangan rey tepat diperutnya. Rey menatapnya sekilas lalu suaminya itu kembali terfokus pada perutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
~Rey&Alisya~
Teen Fictioncerita ini menceritakan tentang perjodohan antara Alfaro Reyhan Saputra dan Alisya Putri Mahendra. Alfaro Reyhan Saputra atau biasa dipanggil Rey adalah seorang dokter, dosen, dan juga pengusaha muda keturunan dari keluarga Saputra. Alisya Putri Mah...