32.

4.8K 321 28
                                    

" Bi, kok ini sayurannya habis?" Tanya Alisya yang tengah membuka kulkas.

"Iya non, Bibi belum belanja."

"Terus saya masaknya gimana?, takutnya nanti mas Rey udah pulang."

"Non mau bibi belanja sekarang?, biar bibi belanja ke supermarket dulu buat ngisi kulkas."

"Boleh Bi, Bibi jalan kaki?" Tanya Alisya yang diangguki bibi.

"Dianterin pak supir aja, biar cepet."

"Nanti non Alisya dirumah sendiri."

"Nggak apa-apa bi, saya berani kok, tenang aja" ucap Alisya meyakinkan Bibi, dan juga diangguki oleh Bibi.

Setelah bibi berangkat belanja bersama pak supir, Alisya mencoba mengamati seketika, ia sangat bosan hendak melakukan apa.

Matanya terfokus pada selang dan tanaman rumah, oke Alisya memutuskan untuk menyiram tanaman saja.

Alisya mulai menghidupkan keran air lalu menyirami tanaman dan rumput hias dengan telaten.

Ting!Ting!

Bel rumah berbunyi yang menghentikan kegiatan Alisya. "Siapa yang bertamu pagi-pagi gini?" Tanya Alisya lirih kepada dirinya sendiri.

Alisya mendekat ke arah gerbang lalu melihat seorang wanita yang menggunakan jilbab yang hanya disampirkan dipundak, memakai masker dan juga kaca mata.

"Maaf anda siapa ya?" Tanya Alisya sembari sedikit membuka gerbang.

"Anda tidak perlu tau siapa saya, anda istri Alfaro Reyhan benar?" tanya wanita tadi yang diangguki Alisya

"Ada perlu apa anda dengan saya?."

"Saya hanya ingin memperingati anda, sebaiknya anda siap-siap untuk poligami karena semalam mas Rey emm-."

"Mas Rey kenapa?" Tanya Alisya saat wanita tadi menggantung ucapannya, perasaannya sudah tidak nyaman karena wanita tadi memanggil Rey dengan sebutan 'mas'.

"Mas Rey melakukan hubungan selayaknya suami istri dengan saya semalam" ucap wanita tadi yang membuat Alisya terdiam.

"Bohong, saya tidak percaya!" Ucap Alisya mencoba berfikir positif terhadap suaminya.

"Ini buktinya" ucap wanita tadi sembari menunjukan lehernya yang penuh dengan kissmark. Alisya terdiam lagi, benarkah Rey melakukan hal itu dengam wanita didepannya ini?, semalam bahkan ponsel Rey tidak aktif sama sekali.

"Kalau nanti anda tidak mau poligami saya ikhlas tapi yang jelas jika nanti saya hamil saya juga ingin anak saya punya sosok seorang ayah."

"Cukup sandiwara anda, silahkan keluar dari rumah saya!."

"Anda bilang saya sandiwara?, terserah jika anda tidak percaya dan menunggu suami anda mengungkapkannya kebohongannya sendi.-"

"SAYA BILANG KELUAR DARI RUMAH SAYA" perintah Alisya kasar sembari mendorong wanita tadi sampai terjatuh yang membuat wanita tadi terkejut.

"Berani ya kamu dorong saya!" Ucap wanita tadi lalu ia mendorong Alisya sebagai balas dendam dan tak sengaja ia mendorong Alisya terlalu kuat.

Wanita tadi terkejut, Alisya merintih kesakitan. Wanita tadi tidak bermasud untuk mendorong Alisya sekuat ini, ia melihat sekitar dan dari kejauhan sepertinya ada mobil hitam yang mungkin akan menuju kesini. Ia harus segera kabur, ia tidak mau disalahkan jika terjadi sesuatu dengan Alisya.

"Tolong" ucap Alisya lirih sembari memegangi perutnya dan menahan rasa sakit di bagian panggul dan juga punggung bagian belakangnya.

"Sa-kit" ucap Alisya lirih, kepalanya juga mendadak pusing berat.

~Rey&Alisya~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang