5.

8.3K 552 7
                                    

Sesampainya dirumah Alisya langsung merebahkan tubuhnya dikamar, perutnya masih terasa sakit, sepertinya ia kedatangan tamu bulanannya. Alisya menghela nafasnya.

"Hufttt, ini sakit banget lagi," ucap Alisya.

Alisya menutup matanya, baru saja hendak ke alam mimpi agar melupakan sakit perutnya sejenak, tetapi gagal karena ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Tok!tok!tok!

"Masuk," Alisya membuka matanya lalu duduk bersandar diranjang.

"Kok belum mandi?, muka kamu pucet banget sih dek, kamu kenapa?, Kamu sakit?" Tanya Lana khawatir.

"Lisya nggak apa-apa ma, kayaknya Lisya mau dapet jadi sakit perut" jawab Alisya yang langsung dimengerti oleh Lana.

"Mama ambilin obat dulu biar mendingan," Lana lalu keluar kamar untuk mengambilkan Alisya obat pereda nyeri.

"Makasih ma" ucap Alisya saat mamanya memberikan obat dan satu gelas air putih.

"Sama-sama sayang."

"Abis ini mandi ya, kita siap siap. Mama keluar dulu, dandan yang cantik. Mama udah siapin baju buat kamu di lemari."

Alisya mengangguk saja. Gadis itu melaksanakan perintah mamanya dengan baik.

Saat jam menunjukkan pukul set 8 malam, Alisya turun dengan mengenakan gaun berwarna pink dan kerudung dengan warna senada, nampak cantik sekali.

"Cantiknya anak papa, yaudah yuk kita langsung berangkat."

Mereka langsung masuk mobil dan berangkat menuju salah satu restoran ternama.

"Ayo masuk, udah di tunggu" ucap Bagas sesampainya di restoran.

"Papa duluan aja ya?" Tanya Alisya sambil memegangi tangan kakaknya.

"Kenapa dek?, Perut kamu masih sakit?."

"Nggak kok ma, Lisya cuma kebelet doang. Mama sama papa duluan aja, Lisya ke kamar mandi dulu."

"Sendirian?."

"Nih sama kak Alif" ucap Alisya.

"Yaudah, tapi jangan lama-lama ya" ucap Bagas lalu menggandeng Lana untuk memasuki restoran terlebih dahulu.

"Kakak tunggu disini, jangan tinggalin aku."

"Iya udah cepet."

"Beneran, awas aja kalau ninggalin."

"Nggak dek, cepetan sana."

Alisya segera masuk, kamar mandinya memang tidak terpisah antara kamar mandi pria dan wanita. Tetapi kamar mandi di restoran ini sangat luas dan bersih, totalnya ada sekitar 15 ruangan kamar mandi.

Setelah selesai, Alisya membenahi tampilannya terlebih dahulu barulah keluar dari kamar mandi, ia sedikit terburu-buru karena takut ditinggalkan oleh Alif.

Saat Alisya hendak keluar dari kamar mandi, ia menabrak seseorang. Tadinya Alisya ingin marah apalagi ia sedang mendapatkan tamu bulanannya yang membuat emosinya jadi cepat tersulut, tetapi saat ia mendongak ternyata orang yang ditabraknya tadi adalah Rey.

Ya, ia menabrak dosen killernya.

'mampus' ucap Alisya dalam hati.

"M-maaf p-pak, s-saya nggak sengaja," ucap Alisya kembali menunduk.

"Iya nggak apa-apa, maafin saya juga" Ucap rey yang dibalas anggukan oleh Alisya.

"Sya?," Rey memanggil Alisya sampai gadis itu mendongak dan menatapnya. Entah tiba-tiba saja, Rey terpesona dengan mata gadis itu, matanya begitu meneduhkan seolah memintanya untuk menikahinya sekarang, tapi ia ingat ia sudah dijodohkan.

Rey juga tidak melupakan niatnya, bahwa ia di restoran ini karena permintaan bundanya.

"Iya pak?" Tanya Alisya yang menyadarkan Rey

"Kamu cantik" ucap Rey, entah kenapa kalimat itu bisa terlontar tadi mulutnya. Mungkin karena melihat Alisya cukup berbeda dibandingkan tampilannya di kampus karena di kampus Alisya lebih sering berpenampilan natural dengan outfit yang sederhana.

"Ehmm m-makasih pak, kalau begitu saya duluan. Permisi pak."

Alisya keluar lalu menghampiri kakaknya, ternyata pria itu benar-benar menunggunya sampai selesai.

"Udah?, ngapain aja sih didalem?, Lama banget" Ucap Alif kesal.

"Biasalah perempuan."

"Biasalah-biasalah, untung adek. Papa nelfon nih gara-gara kamu, ujung-ujungnya kakak yang diomelin."

"Yaudah si, orang udah beres juga malah ngomel."

"Lah, kok jadi kamu sih yang kesel."

"Ya abisnya ngedumel mulu, orang nggak sampai setengah jam juga."

"Ya in, yaudah ayo cepet nyusul papa."

"Mejanya dimana?."

"Tinggal ngikutin kakak apa susahnya sih, ribet amat" ucap Alif terlanjur kesal dengan Alisya, ia tidak tau kalau Alisya sedang mendapat tamu bulanan.

"Maaf terlambat" ucap Alif sesampainya di meja yang di maksud Bagas, Alif sudah mengenal siapa teman yang dimaksud Bagas kemarin. Namun Alisya belum tau sama sekali.

Alif menyalami Nita dan Arya, teman Bagas. Begitupun juga Alisya.

"Eh Alif, makin ganteng aja kamu. Nggak apa-apa kok, anak tante juga terlambat ini" ucap Nita.

Alif dan Alisya duduk berdampingan, ikut menyimak pembicaraan Bagas dan temannya. Sampai akhirnya seseorang yang mereka tunggu kecuali Alisya pun tiba.

"Maaf terlambat," ucap seseorang, Alif dan Alisya menoleh bersamaan. Alisya terkejut melihat pria yang berdiri didepannya saat ini sedangkan Alif biasa saja karena ia sudah berteman lama dengan pria itu.

"Pak Rey?."

"Alisya?, Alif?."

Rey memandangi Bagas, tadi siang mereka memang bertemu tetapi Rey tidak tau sama sekali jika teman ayahnya yang dimaksud adalah Bagas, ia langsung menyalami Bagas dan juga Lana.

"Baguslah kalian sudah saling kenal, Rey duduk dulu sini," ucap Nita, ia tidak tahu kalau putranya dan Alisya sudah saling kenal.

"Nah pesenannya udah dateng, kita makan dulu" ucap Lana.

Mereka menghabiskan makananya terlebih dahulu sampai selesai, setelah itu barulah mereka membahas tentang perjodohan Rey dan Alisya.

"Bagaimana?, tentang perjodohan ini?" Tanya Arya.

"Untuk saya sama istri setuju-setuju aja sih, apalagi Rey sudah mapan, bertanggung jawab, sholeh lagi, tapi semuanya kembali lagi sama Alisya, saya cuman sebagai orang tua ingin yang terbaik untuk putri saya satu satunya" Ucap Bagas yang disetujui Lana.

"Kamu sendiri gimana ar?" Tanya Bagas.

"Aku setuju juga gas apalagi putrimu ini sholehah, cantik lagi, tapi semua juga tergantung Reyhan, gimana Rey?," Arya bertanya kepada Rey.

"Ekhmm, mendapatkan jodoh kan dengan gimanapun caranya salah satunya perjodohan, jadi Insya Allah Rey setuju" ucap Rey melirik Alisya sekilas, jujur Rey tidak menyangka karena yang dijodohkan dengannya itu Alisya, gadis bermata coklat yang meneduhkan hatinya. Mendengar penuturan Rey kepala Alisya terangkat, semua mata menuju padanya meminta jawaban, Alisya menghembuskan nafas pelan.

"Tolong beri saya waktu, Saya ingin membuktikan perkataan papa dan juga ingin memantapkan hati saya dulu," ucap Alisya yang diangguki oleh semuanya.

"Tapi kalau memang tidak bersedia juga tidak apa-apa, semoga kita bisa tetap menjalin silaturahmi" ucap Nita tulus.

~Rey&Alisya~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang