6.

7.8K 506 13
                                    

Pukul 6 pagi, Alisya sudah siap untuk berangkat kekampus, ia turun kebawah lalu berpamitan dengan mamanya.

"Ma, Alisya berangkat dulu ya," ucap Alisya lalu mencium punggung tangan mamanya.

"Kamu nggak sarapan dulu dek?, nggak bareng sama papa?."

"Berangkat sama supir aja ma. Nggak sarapan, Lisya buru-buru, udah di tungguin Karina soalnya. Assalamualaikum mama."

"Wa'alaikumussalam" jawab Lana sambil menatap punggung Alisya yang berjalan keluar rumah.

"Non Lisya kok tumben nggak bareng bapak?" Tanya pak min saat di mobil, beliau adalah supir pribadi keluarga Alisya yang sudah bekerja kurang lebih 25 tahun di keluarga Alisya.

"Lagi pengen dianter pak min aja."

"Bisa aja non Lisya."

Jarak rumah Alisya dan kampus memang tidak terlalu jauh, hanya kurang lebih 6km. Tiba tiba di kilometer 4 menuju kampus, mobilnya tiba-tiba berhenti.

"Kenapa pak?."

"Mogok non ini kayaknya, aduh bakal lama nih, saya periksa dulu ya non," ucap pak Min lalu keluar dari mobil untuk mengecek mesinnya dan ternyata benar, sepertinya akinya rusak.

"Gimana pak?" Tanya Alisya sedikit kencang dari dalam mobil.

"Ini harus dibawa ke bengkel non, non Alisya berangkat naik taksi bisa?, soalnya takut nya kelamaan kalau nunggu mobilnya beres."

"Yaudah pak, nggak apa-apa" ucap Alisya lalu keluar dari mobil.

"Saya jalan dulu aja sambil pesen taksi."

"Maaf ya non."

"Nggak apa-apa kok pak, bukan salah pak Min" ucap Alisya lalu mulai berjalan.

Setelah berjalan cukup lama Alisya mulai merasakan pegal, ia juga belum mendapatkan taksi dari tadi, sudah hampir 30 menit ia berjalan.

Tin!Tin!

Suara klakson mobil menghentikan langkah Alisya, ia membalikkan badannya dan mendapati Rey yang berjalan ke arahnya.

"Alisya?, Kamu ngapain jalan kaki?."

"Mobilnya mogok pak, tadinya saya mau pesen taksi sambil jalan tapi nggak dapet-dapet," ucap Alisya jujur.

"Yaudah bareng sama saya aja, saya juga mau ke kampus, dari pada kamu terlambat kan."

"Eh nggak usah pak nanti saya me-."

"Kamu nggak ngrepotin saya kok, saya nggak terima penolakan, nggak usah segan, anggap saja untuk permintaan maaf saya" ucap rey lalu menuju mobilnya dan membukakan pintu untuk Alisya, sedangkan yang dibukakan pintu masih diam mematung ditempatnya.

"Alisya ayo" ucap Rey yang membuat Alisya tersadar dan segera menuju mobil Rey.

"Saya bisa sendiri pak" ucap Alisya ketika Rey hendak menutupkan pintu mobil untuknya.

"Nggak apa-apa, cepet masuk," ucap rey yang dituruti oleh Alisya. Setelah Alisya masuk, Rey segera menutup pintu mobilnya lalu berjalan memutar dan duduk di kursi kemudi tepat di samping Alisya lalu melajukan mobilnya.

Alisya melirik Rey sejenak, degup jantungnya tidak normal saat didekat Rey, bisa satu mobil dengan rey rasanya Alisya butuh oksigen sekarang, berlebihan memang. Bukan kenapa, Rey adalah salah satu dosen killer dan sekarang ia satu mobil dengan pria itu.

"Wajahmu pucat sya, kamu sakit?" Tanya Rey yang menyadarkan Alisya.

"E-enggak pak, saya nggak apa-apa" ucap alisya sedikit gugup.

"Kamu ngga usah gugup, saya nggak ngapa-ngapain kamu, tenang aja."

"Iya pak, untuk semalam saya minta maaf pak, saya nggak bermaksud menolak pak Rey," ucap Alisya sembari menunduk.

"Nggak papa, saya tau kamu belum siap, saya juga tau kamu perlu waktu untuk meyakinkan kamu, dan mungkin saya akan membantu meyakinkan kamu bahwa nggak selamanya nikah muda itu seperti apa yang ada di pikiran kamu, nggak selamanya nikah muda itu menderita" ucap Rey yang membuat Alisya mendongak menatapnya.

"Kenapa pak Rey ngomong gitu?."

"Kenapa apanya?."

"Pak Rey bilang nggak selamanya nikah muda itu menderita, sekarang kan bapak sudah hampir 27 tahun, kenapa bapak dulu nggak menikah muda?" Tanya Alisya yang membuat Rey menatapnya sebentar lalu kembali fokus ke jalanan.

"Saya itu seorang laki-laki Sya, kalau saya nikah muda sedangkan saya belum sukses terus istri saya harus makan apa?, saya bekerja keras mengorbankan masa depan ya supaya saya sukses, supaya orang tua saya bangga, dan anak istri saya kehidupannya terjamin," jawab Rey.

Alisya mengangguk, ia sudah mendapatkan satu jawaban, sepertinya memang Rey adalah laki-laki yang bertanggung jawab.

Suasana mobil kembali hening sampai memasuki area kampus

"Pak saya turun didepan gerbang aja" pinta Alisya.

"Kenapa?."

"Nanti takutnya saya sama bapak dikira yang aneh-aneh" ucap Alisya takut, pasalnya Rey ini banyak penggemarnya.

"Nggak apa-apa, kamu harus terbiasa sebelum kita menikah nanti" jawab rey yang sukses membuat Alisya terdiam.

"Memangnya pak Rey saya terima?."

"Kenapa tidak?" Ucap Rey sembari tersenyum singkat dan menatap Alisya yang membuat Alisya terdiam. Sebelumnya memang Rey adalah orang yang dingin dan jarang tersenyum dan sekarang Alisya melihat senyum manisnya, author ulang senyum manisnya.

"Alisya kamu nggak mau turun?, atau perlu saya gendong?" Tanya rey saat melihat Alisya masih terdiam karna ucapannya, lucu sekali.

"E-eh i-iya p-pak" ucap Alisya gelagapan karna ia tidak tau sejak kapan Rey sudah membukakan pintu untuknya.

"Sesuai permintaan kamu, saya cuma mengantar kamu sampai disini."

"Terimakasih banyak pak, kalau begitu saya ke kelas dulu" pamit Alisya yang dibalas anggukan oleh Rey.

~Rey&Alisya~ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang