Bab 18

754 52 0
                                    

Ting.... tong....
Ting... tong..... ting.... tong....

Mike yang baru saja rebahan tiba-tiba harus bangun karena bel rumahnya akan di hancurkan oleh seseorang jika dia tidak segera keluar.
Siapa siih malam-malam gini udah buat gaduh rumah orang, batin Mike

Ceklek....

Mike terkejut melihat sosok Tama yang berada dibalik pintu rumahnya dengan memasang ekspresi yang sangat kacau, ada rasa kuatir dan emosi yang bercampur jadi satu.

"Jan nafsu juga kali Tam mencet bel nya, rusak ntar bel rumah gue" Keluh Mike

"Lyra ada di rumah?" tanya Tama yang tidak memperdulikan keluhan Mike

Mike menggeleng sebagai jawaban "bukannya seharian ini dia ngantor? Kenapa gak coba kekantornya aja"

"Ya kalau ada juga gue gak bakal kesini maimunah..!" jawab Tama kesal
"Hari ini dia bolos kerja" Sambung Tama dengan memijat pelipisnya.

"Si gila kerja bisa bolos juga!" ucap Mike shock mendengarnya

"Jaga mulut lu ya!" tegur Tama yang tidak terima Lyra di katai seperti itu.

"Yaudah masuk dulu tunggu didalam aja" Tawar Mike dan mereka pun menuju ruang tamu.

Tak lama Mike mulai menyuguhkan minuman dan cemilan sembari menunggu kepulangan Lyra ke rumah.

Mike melihat Tama yang semakin cemas dengan beberapa kali mengecek jam tangannya.

"Lyra emang gak bisa di hubungi seharian ini?" tanya Mike penasaran karena Tama begitu kawatir, seperti seorang ayah yang kawatir anak gadisnya kenapa-kenapa.

"Gak di angkat satupun" Jawab Tama yang menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Mike terkejut melihat tangan Tama yang sedikit lecet seperti habis memukul orang "lo habis berantem? Tangan lo sampai sebegitunya"

Tama refleks melihat tangannya, dia sendiri terkejut melihatnya
"Aaah ini tadi gue habis ngehajar si Aldrian di kantor"

Mike yang mendengar nama Aldrian yang disebutkan langsung penasaran "kok bisa?"

"Dia mau nemuin Lyra keknya hari ini makanya dateng ke kantor, tapi tadi pagi gue gak sengaja liat dia terus refleks mukul dia saking gedeknya pengen gue bunuh juga sekalian tuh si brengsek" Geram Tama kini

Mike masih fokus mendengarkan

"Gue gak bisa nahan emosi tadi pagi sampai buat bonyok si brengsek itu tapi Lyra langsung nongol nyegah gue buat mukulin si brengsek itu lagi. Gue otomatis berhenti dong tadi, terus Lyra pergi ke ruangannya dengan menggandeng si brengsek itu. Gue yakin si brengsek itu pasti bahagia sekarang dan ngambil kesempatan dalam kesempitan"

"Kok bisa bahagia habis di pukulin?" tanya Mike yang semakin penasaran

"Ya bisa laaah... dia pasti manfaatin kesempatan tadi buat ngeluluhin si Lyra makanya tuh anak bisa bolos kerja"

"Jadi yang tadi siang lo nelpon gue karena ini?"

Tama mengangguk sebagai jawaban sedangkan Mike kini paham kenapa Tama bisa secemas ini sekarang.

"Mike coba lu telepon si Lyra dah kali aja di angkat" Pinta Tama yang kemudian di iyakan oleh Mike

.........

"Gak di angkat nih" Saut Mike yang sudah ikutan panik takut istrinya kenapa-kenapa, bisa-bisa dia di bunuh oleh maminya nanti.

"Coba lagi"

Baru saja Mike akan menelepon lagi tiba-tiba sudah ada suara mobil berhenti di depan rumahnya, mendengar hal itu mereka berdua langsung mengecek dari balik jendela. Mereka melihat ada Aldrian yang mengantar Lyra pulang, setelah itu Aldrian pamit pulang sembari mencium kening Lyra. Mike sendiri tidak suka melihat itu sedangkan Tama sendiri sudah mulai mengepalkan tangannya.

Tak lama Lyra masuk kerumah dan mereka berdua sudah siap untuk mengomelinya.

Cekleek....

Lyra yang baru masuk langsung terkejut melihat pemandangan ruang tamunya ada Mike dan Tama disana dengan tatapan yang siap menyantapnya hidup-hidup.

"Kok baru ba.." Perkataan Mike terpotong ketika Tama langsung berbicara dengan nada tinggi, benar-benar seperti seorang ayah yang siap memarahi anak gadisnya karena pulang malam

"Dari mana aja!" saut Tama yang langsung mengintrogasi
"Kok teleponnya gak di angkat satupun? Sampai bolos kerja cuman karena si brengsek itu!" tanya Tama yang penuh penekanan.

"Bener tuh buat orang cemas aja" Tindih Mike

Oooh shit kombinasi macam apa ini? Sejak kapan mereka berdua kompak gini, batin Lyra

"Duduk sini!" perintah Tama yang langsung di turuti oleh Lyra. Tama benar-benar menakutkan kalau sudah seperti ini.

"Jawab!" perintah Tama lagi sedangkan Mike tidak bisa berkata-kata melihat Tama yang emosional sekarang. Baru kali ini dia melihat Tama menaikkan suaranya kepada Lyra, ya itu semua karena dia cemas.

"Maaf... tadi aku jalan sama Ian" Jawab Lyra dengan nada bersalah.

"Harus gitu buat orang cemas? Kenapa gak ngangkat telepon coba?" tanya Tama lagi dengan tatapan mengintimidasi

"Karena ku tau kamu bakal kek gini makanya hp ku silent"

"Tapi gak gitu juga Ra... kita-kita khawatir jadinya tau, apalagi Tama udah uring-uringan nyariin lo kemana-mana" Saut Mike yang mendapat tatapan sinis dari Tama, dia paham tatapan itu tatapan menyuruhnya diam.

Melihat itu Lyra langsung memegang tangan Tama
"Tam maaf... aku gak bakal buat kamu kawatir kek tadi lagi" Rengeknnya kini sembari memasang wajah dengan mata yang berkaca-kaca. Lyra paham betul kelemahan Tama, dia tidak akan tega jika melihat Lyra sudah meneteskan air matanya.

Tama hanya bisa menghela nafasnya kasar kini
"Tapi kamu gak di apa-apain kan ama si brengsek itu?" tanya Tama kini dengan nada yang lembut

Lyra menggeleng sebagai jawaban, sedangkan Mike terkejut melihat respon Tama yang benar-benar seperti seorang ayah sekarang.

"Wait Tam... tangan mu belum kamu obati?" kini giliran Lyra yang akan mengomeli

Tama langsung menarik tangannya dan menyembunyikannya di belakangnya.

"Gak usah ganti topik" Saut Tama yang langsung mendapatkan tabokan dari Lyra.
"Sakit Ra" Rintihnya kini

Mike hanya tertawa melihat mereka.

"Terus hubungan lo ama Aldrian gimana?" tanya Mike yang membuat Tama kembali terfokus mengintrogasi

Kampret emang si Mike ini malah di ingetin, batin Lyra

"Jangan bilang kamu ngasih dia kesempatan" Saut Tama dengan menaikkan alis kanannya

Lyra terdiam sejenak....
"Yaa gitu.." Jawab nya

"Gitu gimana Ra?"

"Iyaaaaaaaaaaa..... balikan" Saut Lyra yang langsung berlari ke kamarnya meninggalkan mereka berdua yang memasang ekspresi tidak terima dengan perkataannya barusan.

"Aarrgh brengsek emang si Aldrian" Maki Tama

"Terus lo bakal gimana?" tanya Mike

"Yaa gak gimana-gimana, mau gak mau gue harus nerima keputusan tuh anak" Balas Tama dengan raut wajah tidak terima

"Semudah itu lo nerimanya?"

"Yaa mau gimana lagi Mike, apapun keputusan Lyra gue bakal dukung dia sekalipun harus nahan emosi buat ngehajar si brengsek itu"

Mike hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar perkataan Tama barusan. Ini mereka sahabatan apa sebagai ayah dan anak coba, pikirnya.

The Wrong Train [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang