Bab 32

880 51 0
                                    

"Kalau di pikir pikir nih yaa... nama keluarga Lyra sama keluarga Tama juga memiliki arti yang sama. Scarlet yang artinya merah begitupun dengan Akagami yang memiliki arti merah. Kurasa mereka memang mempunyai ikatan takdir khusus seperti utang karma di kehidupan yang dulu. Hutang karma yang bisa selesai saat salah satunya pergi atau meninggal!

Terus gak lama Lyra di rujuk ke RS terbaik di Jepang untuk melakukan terapi telinganya itu. Tama ikut ke Jepang bersamanya, dia sudah berjanji akan berada disisi Lyra. Sampai beberapa bulan melakukan terapi pendengarannya mulai pulih sedikit demi sedikit.

Saat pendengaran Lyra sudah normal mereka pun kembali ke Indo, hubungan Lyra dan Aldrian juga sudah membaik malah semakin lengket. Tama sendiri sudah membuang jauh-jauh perasaan cintanya itu semenjak Lyra kecelakaan.
Lyra masih trauma untuk menyetir mobil sampai sekarang, dia lebih memilih di antar jemput atau memesan grab jika ingin bepergian.

Tama yang begitu memprioritaskan Lyra selalu berusaha berada di samping Lyra, walau Tama sering gonta ganti pacar dia tetap menjaga Lyra. Mereka sampai memilih kampus dan jurusan yang sama dan see...! Mereka membuat perusahaan bersama saking gak bisa di pisahin. Sebenarnya itu alasan Lyra kenapa gak mau terjun ke perusahaan keluarganya, karena dia lebih memilih bersama Tama rasanya dia akan selalu aman kalau bersama Tama.

Tapi kalau buat cinta-cintaan gak deh, bagi Lyra Tama tidak lebih dari sahabatnya dan itu tidak akan pernah berubah. Lyra tidak ingin kehilangan Tama makanya dia tidak pernah menganggap Tama sebagai seorang pria di matanya selama ini. Lagi pula hati Lyra cuman untuk Aldrian seorang.

Kurang lebih ceritanya seperti itu gays...!" tutup Karin yang kemudian meminum air nya.

Mereka semua tercengang dengan penjelasan Karin, pantas saja cuman si Tama itu yang bisa nenangin istri sahabatnya. Mike sendiri lebih memilih diam, dia merasa sakit hati mendengar cerita itu kenapa bukan dia yang berbeda di sisi istrinya waktu itu.
Tetap saja kenyataannya dia tidak bisa menggantikan posisi Tama, bahkan Aldrian yang seorang first love saja belum tentu bisa.

                                                *****~*****     

Lyra sudah mulai sedikit tenang walau dia masih tetap merasa sakit kehilangan bayinya. Tama sendiri lebih memilih mengerjakan pekerjaan kantornya di kamar Lyra sampai sahabatnya itu di ijinkan pulang oleh dokter.

Lyra lebih banyak melamun sambil memegangi perutnya itu terkadang air matanya terus menetes. Tama sangat tidak menyukai pemandangan ini yang mengingatkan dia akan waktu Lyra tersadar saat kecelakaan waktu itu, hatinya ikut sakit melihat air mata itu yang terus menetes.

"Ra... makan dulu yaa" Bujuk Tama dengan mencoba menyuapi

Lyra mengikuti kemauan Tama dan mulai memakan makanannya tetapi sedari tadi dia hanya diam seolah olah pikirannya tidak disana.

"Ra... aku tahu kamu kuat, kamu pasti bisa melewati cobaan ini" Ujar Tama
"Aku akan selalu di sisimu sampai kapanpun itu" Sambung Tama sembari mengelus rambut Lyra sayang.

"Tam... kok rasanya selama ini ku selalu menaiki kereta yang salah? Padahal ku pikir akhirnya aku akan bahagia..." Ucap Lyra yang mulai meneteskan air matanya lagi.

"Terkadang kereta yang salah akan membawa kita ke tempat yang ingin kita tuju!" balas Tama sembari menghapus air mata Lyra.

Mendengar jawaban dari Tama tadi Lyra mulai tersenyum, benar kata sahabatnya itu hidupnya masih panjang untuk berhenti di titik ini. Lyra kemudian membulatkan tekad nya untuk tidak terlalu larut dalam kesedihannya.

Tama senang melihat sahabatnya yang mulai tersenyum, akhirnya sedikit demi sedikit Lyra mulai berekspresi lagi.
"Aku akan selalu di pihak mu ok! Jadi jangan takut akan pendapat dan pandangan orang lain" Saut Tama seolah-olah tahu isi hati Lyra.
"Kalaupun kamu selalu menaiki kereta yang salah sekalipun aku akan dengan senang hati menaiki kereta itu bersamamu" Sambungnya

Lyra mengangguk sebagai jawabannya "Thanx Tam, kamu emang paling debes"

"Tam tolong hubungi pengacara ku karena aku ingin bercerai secepatnya" Putus Lyra kini dengan wajah serius.

"Kamu udah yakin kah? Gak dipikirin matang matang dulu?"

Lyra menggeleng sebagai jawaban "Gak Tam! Keputusan ku sudah bulat... Please jangan larang aku buat pisah dengan dia Tam, tadi kan kamu udah bilang bakal di pihakku!" gerutu Lyra dengan memajukan mulutnya.

Tama mulai tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya itu
"Ok! Asalkan kamu cepat pulih apapun itu bakal ku usahain buat kanjeng mami" Ejek Tama kini.

...
Saat Tama keluar untuk menemui dokter dia melihat ada Mike di sana dengan baju yang sama dua hari yang lalu, Tama sebenarnya kasihan dengan Mike karena dia juga sama kehilangannya dengan Lyra tetapi apa boleh buat sahabatnya itu sudah bulat ingin cerai.

Tama menghela nafasnya kasar kini "Gak pulang Mike?" tanyanya

Mike yang mendengar namanya disebut langsung menoleh ke arah suara tersebut.
"Keadaan Lyra gimana Tam?" tanyanya dengan wajah kuatir

"Udah aman kok, dia udah tenang tapi tetap aja dia gak mau ketemu lu lagi"

Wajah Mike mulai sedikit tenang karena keadaan Lyra sudah lebih baik dari sebelumnya.
"Thanx Tam udah ada di samping dia selama ini"

"Itu udah tugas gue kali, yaudah gue mau nemuin dokter dulu mau nanya tuh anak bisa pulang kapan" Ucap Tama yang kemudian meninggalkan Mike di sana. Mike sendiri mengangguk sebagai jawaban.

Mike mencoba masuk ke kamar Lyra, dia melihat wanita itu sedang melamun sembari memegangi perutnya. Dia mulai berjalan kini mulai mendekati wanitanya itu, dia ingin sekali memeluknya saat ini.

Lyra yang kini sadar akan kedatangan Mike dia langsung menatap tajam ke arah Mike, dia sangat tidak suka lelaki itu memasuki ruangannya.
"Stop! Jangan coba-coba mendekat lebih dari itu!" tegur Lyra dengan nada penekanan.

Mike langsung berhenti melangkah saat mendengar teguran dari Lyra.
"Ra... aku khawatir sama kamu, aku juga kangen banget sama kamu" Rintih Mike

"Khawatirin saja si Jasmine mu itu!"

"Kamu salah paham Ra... aku beneran gak tahu kalau itu kamu, waktu aku mau ngelerai kalian tiba-tiba aja Jasmine udah kelempar ke arahku... beneran Ra aku gak ada maksud apapun" Jelas Mike

"Gue gak perduli dan lu gak perlu muncul lagi di hadapan gue! Kalau mau bicara ntar pas pengacara gue dateng"

"Maksudnya?"

"Gue mau cerai! Dan lu gak bisa ngubah keputusam gue kali ini" Kekeh Lyra yang membuat Mike semakin terpukul

"Ra pliiis jangan hukum aku seperti ini, ku beneran gak bisa pisah dari kamu Ra... ku benar-benar gak bisa ngebayangin gimana hidup tanpa kamu, tolong kasih aku kesempatan sekali aja" Pinta Mike yang kini mulai berlutut tetapi hati Lyra sudah kekeh ingin bercerai.

Tak lama Tama kembali dan mendapati pemandangan yang tidak enak ini, dia menyuruh Mike untuk berdiri sedangkan Lyra memalingkan wajahnya ke samping seakan tidak ingin melihat keberadaan Mike.

Tama mulai menghela nafasnya kini kenapa kedua orang dewasa ini seperti anak kecil saja tingkahnya.
"Kata dokter kamu udah bisa pulang besok pagi" Saut Tama yang mendapati tatapan dari kedua orang tersebut.

The Wrong Train [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang