Bab 37

935 48 1
                                    

Bagai petir di siang bolong, itu adalah kalimat yang sangat cocok untuk menggambarkan perasaan Aldo saat ini. Hatinya begitu sakit dan kecewa dengan kenyataan yang ada.

Jadi seperti ini rasanya tidak di anggap oleh orang yang kita sukai?  apakah aku hanyalah seekor lalat pengganggu buatnya? Yang mana keberadaannya di anggap tidak terlalu penting walau hilang sekalipun?, batin Aldo yang mulia bergelut dengan pikirannya sendiri.

Semakin dia berusaha untuk mencari potongan ingatan bersama Nindi yang tersenyum bahagia semakin dia jatuh ke lubang kekecewaan yang semakin dalam.
Karena selama ini Nindi selalu dingin terhadap nya, bahkan Nindi tidak pernah memberi kan feedback terhadap Aldo dalam segala hal. Serasa ada tembok kokoh yang memisahkan mereka.

Aldo mulai melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Lyra tanpa sepatah kata, dia masih sibuk berkutat dengan pikiran nya sendiri.

Lyra dan Nindi mulai terkejut dengan respon Aldo barusan, seperti bukan Aldo yang biasanya pikir mereka.

"Nin... Ku bener-bener minta maaf, ku gak tau kalau Aldo bakal seperti itu" Ucap Lyra dengan ekspresi bersalahnya.

Nindi menggeleng sebagai jawaban
"Ini pure bukan salah Ibu kok, memang saya yang sengaja tidak memberitahu dia" Balasnya dengan tenang sambil tersenyum datar.

......

Selesai rapat Lyra langsung kembali ke ruangannya untuk istirahat sejenak sebelum melanjutkan beberapa jadwal pekerjaan nya hari ini.

Ceklek.....

"Udah selesai rapatnya?" tanya Mike yang sedang duduk di sofa ruangan Lyra.

Lyra sudah tidak kaget lagi dengan kedatangan Mike karena hampir setiap hari Mike tidak pernah absen untuk mendatanginya.

"Iya" Balas Lyra dengan nada malas

"Aku bawain makanan nih buat kamu" Tawar Mike dengan menyuguhkan bekal yang dibawah nya.

"Gak perlu gue masih kenyang habis makan pizza tadi, tuh masi ada sisanya banyak" Balasnya sambil melirik ke arah pizza berada.

Lyra kemudian berjalan menuju meja kerja nya untuk melanjutkan beberapa pekerjaan nya. Padahal tadi dia ingin istirahat sejenak tetapi karena ada Mike dia lebih memilih untuk fokus kerja dari pada harus melayani Mike.

Belum sempat dia duduk di kursi kerja nya tiba-tiba saja Mike sudah memeluk nya dari belakang dengan begitu erat sambil membisikan "Aku kangen banget sama kamu Ra... " dengan nada sedih.

Sudah berapa lama dia tidak bisa memeluk istri nya itu, rasanya seperti dia ingin gila karena selalu mencoba menahan rasa rindunya.

Lyra sendiri langsung terdiam membatu dengan kelakuan Mike saat ini, apalagi saat dia mendengar suara Mike yang begitu merindukannya. Ingin rasanya untuk membalas pelukan tersebut tapi kini dia tersadar bahwa dia harus tetap jaga jarak demi bayi yang ada di kandungannya. Lyra tidak ingin hal buruk terjadi lagi seperti sebelumnya.

Dengan berat hati dia mulai mencoba melepaskan pelukan Mike kini.
"Tolong jangan lakukan hal seperti ini lagi" Tekannya kepada Mike.

"5 menit aja ok? Pleaseee Ra..." Pinta Mike yang tidak ingin melepaskan pelukannya.
Lyra hanya bisa menghela nafas kasar kini, bagaimanapun dia juga merindukan pelukan dari Mike.
.
.
.
                     ~~~~~~~~

Apartemen Aldo 

Seperti biasa mereka selalu kumpul di apart milik Aldo, tapi hari ini mereka dikejutkan dengan tingkah laku Aldo yang mirip seperti mayat hidup.

Toni menyikut pinggang Evan kini sambil berbisik "heh Van lu gak ngambil koleksi wine nya si Aldo lagi kan? "

Evan menggeleng sebagai jawaban "gak ada Ton gue kan bareng lu mulu hari ini, kemaren dan kemaren nya lagi... Lagian nih ya kalau gue ambil  yang ada dia tuh masang wajah marah bukan masam kek gitu"

Kini mereka berdua melirik ke arah Kevin yang berdiri di sebelah mereka.
Kevin paham dari tatapan kedua sahabat nya itu
"lu pada  kan tau gue baru balik dari luar kota njer..."  Keluh Kevin karena di curigai oleh mereka.

"Iya juga ya" Jawab Toni dan Evan

Mereka bertiga kini mendekati Aldo yang sedang duduk melamun di sofa ruang tamu.

"Do are you okay?" tanya Toni tetapi tidak mendapat respon dari Aldo

Kini Kevin yang maju mendekati Aldo, dia memanggil nama Aldo sambil menepuk-nepuk bahu Aldo tetapi hasilnya masi saja sama.

Mereka mulai panik dengan keadaan Aldo yang tidak seperti biasanya.

Evan memegang dahi Aldo kini untuk mengecek suhu badan sahabatnya itu panas atau tidak dan hasilnya tidak. Kini Evan memegang kedua pipi Aldo sambil berbicara dengan nada selembut mungkin
"Hei... Heii... Lihat mata gue Do..."
Aldo mulai melihat mata Evan kini

"Lu kalau ada masalah cerita-cerita sini ke kita okay? Lu kan gak sendirian...Kita akan selalu ada buat lo..!" Tekan Evan.

Seketika mereka bertiga terkejut dengan respon Aldo yang mulai meneteskan air matanya dan hal itu membuat mereka bertiga langsung panik.
Bagaimana tidak panik? Ini adalah pertama kalinya mereka melihat Aldo yang seperti ini selama mereka berteman.

Toni yang panik langsung menelepon Mike agar segera ketempat mereka.

Tak lama Mike datang dan langsung mengernyitkan keningnya karena terkejut melihat pemandangan yang ada di depan matanya.

Terlihat Aldo yang masih meneteskan air mata dalam diamnya, Toni yang mencoba menenangkan Aldo, Evan yang terlihat sedang berfikir keras sambil mondar mandir dan Kevin yang mencoba menenangkan sang sahabat.

"Ini ada apa sih guys? " tanya Mike bingung dan yang lain hanya mengangkat bahu tidak tahu.

"Baru kali ini gue ngeliat si Aldo galau kayak gini" Saut Kevin

Evan yang mendengar ucapan barusan langsung menatap ke arah Aldo kini
"Lu lagi ada masalah apa sama Nindi?" tanya Evan to the point

"Lu galau karena bakal di tinggal Nindi dinas ke luar Negeri?" sekarang Mike yang melemparkan pertanyaannya.

"Maksudnya gimana Mike? " tanya Kevin penasaran yang di ikuti tatapan kepo dari Evan dan Toni

"Jadi tadi gue ke kantor Lyra terus dia bilang besok besok gak usah datang soalnya dia ama Nindi bakal dinas ke Shanghai besok" Jelas Mike

Aldo masih tetap terdiam tanpa kata dan hanya menatap ke arah Mike.

"Masa lu galau doang cuman karena ginian doang Do, kan doi bakal pulang juga kalau udah kelar kerjaan di sana" Saut Kevin yang tidak habis pikir

Aldo mulai menghapus air matanya kini dan mulai angkat bicara
"Masalahnya bukan gitu" Keluh nya

"Yaudah cerita sini biar kita pada paham yaa kan" Balas Evan

Aldo menghela nafas kasar terlebih dahulu sebelum mulai bercerita.
"Jadi gue itu cuman nyesek aja sama kenyataan yang baru aja gue sadari tadi"

"Kenyataan?" tanya Toni

Aldo mengangguk sebagai jawaban
"Jadi ya gue sadar aja gitu selama ini Nindi gak pernah suka balik ama gue, padahal gue udah nyaman banget ama dia tapi... tapi dia selama ini gak pernah ngasih feedback dari perjuangan gue.
Gue tau kok di sini posisinya yang ngejar-ngejar gue, cuman semakin gue kejar semakin dia masang tembok pembatas antara kami.
Sumpah nyesek banget tau dia mau pergi tapi gak ada ngasih kabar atau apa pun, malahan gue makin di anggurin dari kemaren.
Gue harusnya sadar diri gak sih guys?" Tanya Aldo yang berharap dapat jawaban dari sahabat-sahabatnya itu.

The Wrong Train [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang