Bab 17

801 51 0
                                    

Hari ini di perusahaan Atara Group...

Terlihat Tama yang buru-buru memasuki kantor sembari mengecek hp nya sekali kali karena akan di adakan rapat pada pagi hari ini. Langkah kakinya terhenti saat melihat seorang pria yang sangat familiar baginya, Tama langsung menghampirinya dengan tangan yang terkepal.

Bukk....

Tanpa berfikir panjang Tama yang terbawa emosi langsung memukul pria itu, dia tidak memperdulikan dengan orang-orang yang sedang melihatnya saat ini. Mata Tama yang penuh kebencian hanya terfokus melihat Aldrian yang saat ini di pukulinya tanpa perlawanan. Ya pria itu adalah Aldrian, Aldrian yang membuat Lyra nya bersedih.

Tak ada yang berani melerai mereka, para karyawan sendiri terkejut melihat bos nya yang seperti ini. Aldrian sendiri paham kenapa Tama memukuli nya seperti ini, dia memang salah dan pantas di pukuli karena perbuatannya dulu.

"Lu mau ngapain kesini hah?!" teriak Tama sembari memukul wajah Aldrian lagi, rasanya dia ingin membunuh si brengsek ini sekarang juga.

Di sisi lain saat Lyra tiba di kantor dia melihat ada kerumunan di lobby, dia pun mendekat dan berusaha masuk dalam kerumunan itu karena rasa keponya. Awas saja kalau mereka malas-malasan sekarang, batin Lyra

Lyra yang berhasil melewati kerumunan tersebut langsung terkejut melihat Tama yang begitu bernafsu memukuli Aldrian sampai seberdarah itu. Melihat Tama yang menarik kerah baju Aldrian dan bersiap akan memukulinya lagi, Lyra refleks langsung berlari ke arah mereka dan menarik lengan kekar Tama agar tidak memukul lagi.

"Tam... Stop!!!" teriak Lyra yang mendapatkan tatapan terkejut dari Tama dan Aldrian

"Aku gak suka liat kamu kek gini Tam!"
"Dan buat kalian semua bubar sekarang juga!! Kembali ketempat kalian jika tidak ingin di pecat!" teriak Lyra sembari melihat ke arah kerumunan tadi yang langsung bubar secepat mungkin.

"Sorry ku kebawa emosi" Saut Tama

"Kita bicarain ini nanti" Kata Lyra ke Tama yang kemudian menarik Aldrian bersamanya.

Tama hanya terdiam melihat kepergian mereka dan memilih untuk keruangannya. Lyra pasti akan mengomelinya nanti pikirnya.

.
.
.
Lyra masih menarik Aldrian ke arah ruangannya berada dan tak lama terlihat Nindi yang menyambut kedatangan mereka.

"Nin jadwal pagi ini kamu yang handle dulu sama bawain kotak P3K keruangan saya" Pinta Lyra yang langsung masuk ruangannya sembari menarik Aldrian

Nindi hanya mengangguk mengiyakan walaupun dia sedikit terkejut melihat wajah pria tadi yang berdarah di bagian ujung bibirnya.

Lyra kini melepaskan tangan Aldrian dan menyuruhnya untuk duduk terlebih dahulu sebelum dia mulai mengomel.

"Kamu ngapain sih pagi-pagi udah buat gaduh di kantor orang mana pake acara brantem ama si Tama lagi"

"Maaf Ly... ku cuman pengen ketemu ama kamu"

Lyra sendiri paham kenapa bisa Tama lepas kendali tadi, dia mulai menghela nafasnya kasar kini mencoba tenang.
"Emang hari ini kamu gak kerja?"

Aldrian menggeleng sebagai jawaban "Hari ini aku libur makanya aku kesini pengen ketemu sama kamu"

Tok...tok...

Terlihat Nindi yang sedang membawa kotak P3K dan menaruhnya di meja kemudian dia pamit keluar.

Lyra melihat wajah Aldrian kini yang terluka masih meneteskan darahnya, dia kemudian mengambil kapas dan obat merah di kotak P3K dan mulai mengobati luka Aldrian.

"Awww.." Rintih Aldrian

"Sakit banget yaa?" tanya Lyra dengan nada cemas

Aldrian menggeleng sebagai jawaban, hatinya senang melihat wanitanya yang mencemaskan dirinya.

"Setidaknya menghindar kek pas di pukuli Tama tadi" Gerutu Lyra

"Gpp Ly... Aku emang pantes kok di hajar" Balas Aldrian yang mulai memegang tangan Lyra yang sedang mengobati wajahnya.

"Ly... Kasih aku kesempatan" Dengan tatapan memohon

"Ian...."

"Pleasee Ly, biarin aku perbaikin semuanya!" mohonnya lagi dengan wajah memelas

Lyra mulai luluh jika Aldrian seperti ini sekarang
"Tapi Ian aku udah jadi istri orang, kalaupun aku cerai nanti apa orangtua mu mau nerima aku yang statusnya janda?"

"Gak masalah Ly... biar aku yang jelasin ke mereka, orangtuaku juga menyukai mu sedari dulu aku yakin mereka akan paham dan setuju"

Lyra terdiam

"Aku mohon Ly kita mulai dari awal lagi ya? Aku bakal nungguin kamu cerai sama suami itu, aku akan selalu ada buat mu sekarang dan kapanpun itu, aku gak bakal ninggalin kamu lagi..." Pintanya lagi dengan memegang erat tangan Lyra yang berada di wajahnya.
"Aku cuman sayang dan cinta ama kamu Ly..." Sambungnya

Tak lama Lyra mulai mengangguk sebagai jawaban yang langsung membuat Aldrian mengembangkan senyumnya walau masih sakit efek di pukuli Tama tadi dan langsung menarik Lyra kepelukannya.
Lyra membalas pelukan Ian dia sangat merindukan pelukan hangat dari sang kekasih.

"Thanx" Kata Aldrian sembari mencium kening Lyra sayang.

Lyra masih memeluk erat Aldrian "Jangan ngilang lagi... Aku kangen tau"

"Aku gak bakal ninggalin kamu lagi" Kata Aldrian sambil mengacak acak rambut wanitanya.

Lyra melepas pelukannya dan melanjutkan mengobati luka sang kekasih.

Di sisi lain Tama sedang rapat tapi pikirannya masih dipenuhi hal apa yang akan Lyra lakukan, apakah dia akan memaafkan Aldrian atau sebaliknya, alhasil dia tidak terlalu fokus dengan rapatnya dan setelah selesai dia langsung bergegas ke ruangan Lyra secepat mungkin.

"Nin... Lyra ada?" teriak Tama yang mulai mendekati ruangan Lyra

"Mohon maaf pak Tama, ibu sedang keluar"

"Hari ini dia ada ketemu client di luar?"

Nindi menggeleng sebagai jawaban "ibu mengcancel jadwal hari ini pak"

"Apa dia pergi dengan pria yang terluka?" tanya Tama memastikan dan semoga saja tebakannya salah

Tetapi Nindi mengangguk sebagai jawaban, sontak Tama langsung mengambil hp nya dan mencoba menelepon Lyra tetapi tak kunjung di angkat satupun.

Tama kini mencoba menelepon Mike menanyakan sahabatnya itu pulang kerumah atau tidak tetapi Mike sedang di resto jadi dia tidak tahu.

"Aaarrgh... Aldrian brengsek.!" teriak Tama yang membuat Nindi terkejut.

The Wrong Train [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang