Gelas baru akibat retakan yang sangat kecil menjadi ditelantarkan, berdebu, mengusang, dan tidak diperhatikan.
Akhirnya rapuh dan hancur.
💬💬💬
Penjual es tebu menarik perhatianku. Gerobak kecil dengan alat penggiling tebu di atasnya.
Aku mengantri untuk menyesap air manis itu. Sampai sembuh keributan kecil mengalihkan perhatian ku.
Kenapa dengan mereka berdua?
"Semalem kamu bilang hari ini kita nonton Di, liat aku udah pesan tiketnya." Mono menatap Di dengan nanar, wajahnya sudah merah.
"Tapi aku udah janji dari 2 Minggu yang lalu sama anak-anak mau main futsal."
Mono menepis cekalan tangan Di pada pergelangan tangannya, "kenapa kamu ngga bilang ke aku dari semalem? Kan aku jadi ngga perlu siapin semuanya!"
"Aku takut kamu marah. Maaf Mon tapi aku ngga bisa batalin janji sama mereka." Di tertunduk menatap kuku-kuku jari Mono.
Mono tersenyum miris, "dengan begini kamu malah buat aku kecewa Di! Harusnya bilang dari awal kalo udah ada janji! Kamu ngga pernah mau jujur sama aku! Sesusah itu terbuka sama aku?" Nada suara Mono mulai meninggi.
Kepala Di terangkat melihat mata Mono yang berkaca-kaca karena terbawa emosi. "Maaf Mon."
Lagi-lagi Mono menepis tangan Di yang hendak mengelus rambutnya. "Udah lah, aku ngga mau kita berantem lagi Di. Aku-"
"MON! IKUT ARKADE NGGA?!" Sebuah teriakan tak jauh dari mereka berdua memotong ucapan Mono. Mereka adalah sekumpulan siswa laki-laki teman tongkrongan Mono.
Mono mengangkat kepalanya, "TUNGGU!".
Gadis itu berlari kecil menghampiri mereka. Wajahnya masih terlihat kusut namun segera diusapnya. Ia meninggalkan Di dengan tatapan mata yang tidak sulit diartikan jika laki-laki itu tidak senang.
"Mon sini deh!" Salah satu laki-laki di sana meletakkan telapak tangannya di kepala Mono, lalu memukulkan kepalan tangan satunya di atas telapak tangan tersebut.
"PUSING BEGO!!" Jerit Mono lalu dengan brutal memukul tersangka tersebut.
Mereka semua tertawa lalu merangkul Mono dan pergi dari sana.
"Neng es tebunya." Tukang es tebu tadi menghentakkan ku dari lamunan.
"Iya pak, makasih."
"Serius banget neng, ini kembalinya."
Aku mengangguk menerima uluran uang dari bapak penjual es tebu.
Mono sudah pergi dari sana. Tapi Di masih mematung lesu di tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]
Подростковая литератураNamaku El. Usiaku 16 tahun. Hidupku seolah dikekang oleh penulis jahat. Berkali-kali aku bertemu dengan orang jahat di sekitarku, tidak ada satu pun yang memihakku. Aku El. Aku memiliki masa lalu yang terus membayangiku sampai sekarang. Siapa yang t...