059

5.8K 1K 203
                                    

"Gimana kemaren kuenya? Mami lo suka?"

Aku mengangguk menjawab kalimat pertama yang Nona tanyakan saat aku tiba di kelas.

Mami menyukai kuenya walaupun aku tidak bisa memakannya karena dipenuhi krim. Tapi mami bilang itu kue yang lezat.

"Bagus deh, ngga sia-sia kita pelototin segala jenis kue kemaren." Kata Nona sambil tertawa.

"Nona manis siapa yang punya?"

"Nona manis siapa yang-"

"Bacot, De." Ketus Nona memutus nyanyian Deka.

Deka berdecak. "Non gue ada salah sama lo? Kalo ada gue minta maaf, tapi kayaknya sih ngga ada."

Nona membuang napas panjang, tangannya menutup buku dengan kasar. "Bayar utang-utang lo."

Deka terkekeh menggaruk kepalanya. "Besok nunggu gue jadi CEO dulu, Non. Sekarang gue miskin ngga ada duit."

"Miskin miskin, lo pikir gue ngga tau kalo lo abis foya-foya sama Okta?" Sembur Nona membuat Okta yang baru datang langsung menoleh terkejut.

"Kok gue?"

Nona mendengus memalingkan wajahnya.

Deka meletakkan kedua telapak tangannya di depan meja Nona. "Foya-foya apa sih, Non? Kapan gue foya-foya tanpa ajak lo?"

"Kemaren malem lo sama Okta nonton bola di rumah Okta ngga ajak gue kan? Iya kan? Lo nyewa PS juga, lo beli banyak kuaci, dan parahnya ngga ada satu pun dari kalian yang chat gue."

Deka menepuk dahinya gemas. "Astaga."

Lagi-lagi Nona mendengus dengan sebal.

"Gue udah ajak lo pas siang, tapi lo bilang mau keluar sama El."

"Kapan lo ajak gue?" Tanya Nona semakin kesal.

"Kemaren di parkiran. Lo bilang gini, gue sibuk gue sibuk bye!, Gitu." Ucap Deka sambil meniru cara Nona berbicara.

"Ah botak! Lo ngga ngomong ya kalo kalian ngajak gue mainnya malem. Gue emang ada niat keluar sama El sama Hepta. Tapi kalo lo bilangnya nontonnya pas malem, gue hayuk juga!"

"Gue ngga botak! Ini ada rambutnya." Deka berseru menjambak rambutnya sendiri. Saat dijambak rambutnya hilang ntah ke mana, kabur melalui sela-sela jari Deka.

"Terserah." Balas Nona dengan tenang. Pulpen di genggaman Nona di remas dengan kuat.

"Lo lagi buat benteng sama gue, Non?" Tanya Deka dengan serius.

Nona melebarkan matanya dengan wajah tertunduk.

"Lo ngga bisa bohongin gue. Lo pikir gue kenal lo baru kemaren?"

Nona menggeleng, wajahnya terangkat dengan galak. "Siapa juga yang buat benteng?! Lagian gue emang gini."

"Gue tanya sekali lagi. Lo lagi berusaha jauhin gue?" Tanya Deka dengan lebih lirih, namun nada suaranya tidak melembut, masih sama tegasnya.

"Kenapa harus jauhin gue? Gue ada buat lo marah?"

Hepta mengangkat setengah tangannya di udara, aku buru-buru menariknya agar duduk.

"Ada apa?" Tanya Hepta kebingungan dengan suasana di sekitar.

"Ssstt dengerin aja." Bisikku.

Hepta melepas tasnya lalu ikut mendengarkan percakapan Nona dan Deka.

"Gue ngga jauhin lo. Berhenti tanya-tanya lagi, Deka!" Balas Nona.

Deka memejamkan matanya, aku bisa melihat dia menyembunyikan kepalan tangannya di bawah meja.

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang