008

13.7K 2.3K 65
                                    

【泣いていい、逃げてもいい、ただあきらめるな〜Naiteii, nigetemoii, tada akirameruna】

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

【泣いていい、逃げてもいい、ただあきらめるな〜Naiteii, nigetemoii, tada akirameruna

「 You can cry, you can run away, but you cannot quit. 」

💬💬💬

"MON BAWA SINI BOLANYA!"

Sedikit terusik dengan teriakan lantang itu, aku duduk dari posisi tiduran sebelumnya. Wajar saja sekitarku berisik, aku berbaring di taman kecil beralas rumput yang cukup tertutup di dekat lapangan olahraga outdoor.

Aku melihat Mono mengangkat tangannya ke atas kepala membentuk lingkaran lalu berlari membawa bola ke area lapangan. Ia meninggalkan Di sendirian di koridor.

Yang aku tau mereka semua yang sedang bermain bola adalah teman tongkrongan beda kelasnya Mono. Perempuan itu memang mudah bergaul dengan siapa saja. Jadi sudah bukan hal aneh jika di sebelahnya hanya para laki-laki.

"Mon main bentar lah." Kata salah satu laki-laki di sana yang aku tidak tau namanya.

Mono mengangguk semangat. Ia mengikat rambutnya dengan headbands hitam hasil mengambil paksa dari kepala temannya.

Aku berdecak kagum masih menonton, semangat sekali mereka semua di cuaca sepanas ini.

Bola terus digiring Mono tanpa memperdulikan sekitarnya. Terus saja berlari tidak melihat kanan kirinya teman atau lawan. Sesekali tertawa lebar sambil berkata kasar jika ada yang merebut bola dari kakinya.

Di berlarian ke tengah lapangan menarik pergelangan Mono agar diam sebentar.

"Di sebentar Mono mau main." Rengek Mono.

"Sebentar Mono.. Dah selesai."

Mono kembali berlari saat Di selesai mengikat rompi seragam luar miliknya di pinggang Mono.

Pasti laki-laki itu sadar jika rok Mono tersingkap saat berlari. Benar-benar memperhatikan segala detail pada diri Mono.

Aku memasang aerpod di kedua telinga kemudian kembali merebahkannya diri di bawah rumput kering.

Menatap jutaan awan yang menggantung indah saling berarak-arakan di langit biru yang cerah.

Aku selalu berpikir bagaimana tekstur awan itu. Apakah seempuk dan selembut kelihatannya? Atau tidak bisa disentuh?

Entah lembut, keras, dingin, atau panas sekalipun. Benda putih itu tidak akan bisa disentuhnya. Mereka jauh di atas sana beramai-ramai, sedangkan aku kecil di bawah sini sendiri.

Awan hitam pekat menggantikan langit biru, seiring waktu mendominasi langit luas menjadi gelap.

Cuaca yang menyebalkan.

bukan GADIS TANPA PERAN [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang